Dikeluarkan Dari Rencana Keluarga

(Sarah Quezada)

Kita dapat mengambil langkah-langkah kecil dan sampai pada kehidupan yang lebih terhubung

 

Saya cepat sekali menghabiskan kuota data. Dan karena saya bekerja di bidang pemasaran digital, saya pengguna berat teknologi. Namun ketika adik saya memberitahukanbahwa ayah saya ingin “bicara”—untuk menyarankan saya dan suami agar membuat rencana pemakaian telepon sendiri – saya terkejut.

“Saya bisa berbuat lebih baik!” Saya meyakinkan ayah saya ketika ia akhirnya membicarakannya. Sesungguhnya intervensi masalah data ini datang pada waktu yang tepat. Saya tahu saya perlu berhenti sejenak dari serangan gencar hal-hal negatif melalui jaringan internet. Saya ingin – dan perlu – menarik diri dari ponsel saya dan teknologi pada umumnya.

Tidak ada strategi hebat untuk mencapai keseimbangan, tidak ada langkah tujuh poin untuk detoksifikasi. Saya bahkan tidak menarik diri tiba-tiba dan serentak dari seluruh aktivitas jaringan. Pekerjaan saya tidak memungkinkan hal itu. Tetapi, saya membuat beberapa perubahan kecil dan sederhana untuk beberapa waktu ke depan.

Pertama, saya mematikan sementara kapasitas data telepon saya. Saya ingin membuktikan bahwa saya dapat bergantung pada Wi-Fi dan menggunakan data lebih sedikit. Saya tetap bisa melakukan panggilan dan mengirim pesan teks, tetapi saya harus dengan sengaja mengaktifkan kembali  data saya untuk memakai aplikasi tertentu seperti media sosial atau internet. Selanjutnya, saya keluar dari akses Fesbuk agar saya harus mendaftar lagi untuk masuk kembali. Dan akhirnya, saya benar-benar menutup laptop dan menjauhkan ponsel saya. Kadang-kadang. “Intervensi data keluarga” saya terjadi pada masa Thanksgiving, sehingga saya juga harus fokus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan hari raya itu. Kemudian, saya menutup komputer sepanjang hari Minggu, sebagai semacam teknologi hari Sabat.

Tiga keputusan sederhana ini tampaknya tidak terlalu terasa “sakit” untuk melakukan rehat sejenak. Bahkan, beberapa penyesuaian kecil semacam itu mengajarkan saya banyak hal tentang peran teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa hal yang penting:

Pelajaran berharga yang langsung terasaadalah mengenali seberapa sering sebenarnya saya meraih ponsel tanpa sadar. Hal yang mutlak terbaik dari mematikan data adalah mendapatkan kembali pengambilan keputusan yang disadari. Apakah saya ingin melihat-lihat Instagram ketika anak-anak saya mulai mengaitkan sabuk pengaman, atau apakah saya perlu menanyakan tentang pengalaman mereka di sekolah pada hari itu? Terkadang saya memilih yang kedua. Dan terkadang – ketika kesabaran saya sedang menipis – saya memilih untuk kembali menyalakan data dan melakukan penjelajahan. Tujuannya bukan supaya saya tidak menggunakan teknologi. Bagi saya, pembuka mata yang sebenarnya adalah bahwa saya sudah mulai dapat memilih bagaimana saya akan menghidupi nilai-nilai saya dan menggunakan waktu saya.

Kejutan lain adalah tekanan yang saya rasakan untuk berada dalam jaringan terus-menerus. Ketika saya masih muda, ada kaos Kristen yang terkenal dengan gambar ikan kecil yang berenang  melawan arus. Tidak pernah saya merasa seperti ikan itu selain ketika saya mengambil langkah mundur dari media sosial. Sesungguhnya, Fesbuksendiri mulai mengintimidasi dengan mengirimkan surat-surat seperti, “Hei Sarah, mantan teman sekolah Anda baru saja mengirim foto!” Ketika saya masuk lagi setelah dua hari berselang, satu notifikasi berbunyi, “Teman Anda menunggu respons Anda tentang foto yang ia kirimkan kepada Anda.” Padahal itu tidak benar, saya sudah menjumpainya dalam kehidupan nyata.

Akhirnya, saya terkejut dengan rasa bersalah saya sendiri karena menarik diri dari dunia jaringan. Saya bergairah untuk terus terlibat dengan isu-isu yang dekat di hati saya, dan melangkah mundur terasa seperti saya sudah tidak terlibat lagi. Namun, percakapan dengan seorang sahabat yang bijak mengingatkan saya bahwa ketika kita sedang berusaha melakukan kehidupan yang menjembatani keterpisahan – kehidupan yang menyatakan kasih Kristus – pengisian daya kembali adalah hal yang vital agar kita bisa melakukan pekerjaan yang diberikan Allah.

Teknologi adalah sarana, dan kita bisa menyesuaikan perannya dalam hidup kita dengan hanya melibatkan diri sepenuhnya pada saat yang paling penting. Kita tidak bisa mengingkari nyaringnya bunyi panggilan tantangan teknologi nyata. Tetapi kita tidak boleh diperbudak olehnya. Dan bahkan jika puasa jangka panjang bukan sebuah pilihan, kita dapat terus mencari cara-cara sederhana untuk bisa bernapas di dunia notifikasi yang konstan. Tidak mudah memang – tetapi saya terus mengusahakannya. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk terus memikirkan kesempatan-kesempatan untuk melakukan lagi jeda-jeda temporer ini pada saat yang memungkinkan. Hasil dari usaha-usaha itu? Saya sudah menemukan bahwa sungguh bukan hal yang mustahil untuk hidup dengan lebih sedikit data. Dan sekarang, keluarga saya juga sudah membiarkan saya untuk tetap pada rencana pemakaian telepon saya.