Hanya di Rumah Kita

Oleh Jessica Haberkern

Hanya di Rumah KitaKitti Murray pernah mendengar bahwa 85 persen imigran di Amerika Serikat tidak pernah berada di dalam rumah orang Amerika. Karenanya ia memutuskan untuk melakukan apa yang ia dapat lakukan untuk membuat orang merasa diterima. Ia tidak membangun tembok. Sebaliknya, ia membeli sebuah truk makanan dan memperlengkapinya dengan mesin kopi.

Syukurlah, berkat lokasinya yang berada di Clarkston, Georgia – suatu komunitas transmigran yang ditunjuk oleh PBB di pinggiran Atlanta – gagasannya menjadi Refuge Coffee Co., dan tempat ini telah menyambut dan memberi minum kopi orang-orang dari 48 negara sejak tahun 2015. Namun Murray tidak hanya melayani para pengungsi; ia pun mempekerjakan mereka. Diantara jajaran baristanya ada seorang apoteker dari Suriah, seorang insinyur listrik dari Etiopia, dan seorang guru sekolah dari Kongo.

Dalam Firman-Nya, Tuhan berbicara banyak tentang memperhatikan orang lain. Menurut Murray, pengajaran-pengajaran itu adalah ekspresi nyata dari siapa diri-Nya. Ia berkata, “Dalam Perjanjian Baru, banyak perumpamaan berkisah tentang pengungsi yang mencari sebuah rumah. Yesus berkata bahwa seperti itulah Kerajaan surga.”

Ia mengakui bahwa terkadang ia merasa tidak praktis untuk membangun suatu kehidupan dengan menjajakan minuman latte, “Namun ketika seorang pengungsi datang ke truk kami dan melihat pengungsi lainnya melayani dia, ia menyadari bahwa ia sedang dilibatkan.” Dan kemampuan Murray untuk keramah-tamahan itu tidak berakhir saat tokonya tutup. Saat truknya sudah tutup dan bel pintunya berbunyi tanpa diduga – dimana hal itu sering terjadi – ia membuka pintu depannya, mengundang tamunya untuk masuk ke ruang tamunya, dan menyajikan satu teko kopi untuk menjamu tamunya.