Jawaban Yang Kita Cari

jawaban-yang-dicariKemana Anda pergi mencari pertolongan saat Anda merasa tidak yakin atau bingung? Bagi kebanyakan kita, sumber informasi tercepat untuk topik apapun terdapat di Internet. Namun terkadang sulit untuk menyaring ribuan jawaban dan opini yang kita temukan disana. Bagaimana kita tahu mana yang benar? Lebih buruk lagi, mana yang akan membuat kita menyimpang? Yang sesungguhnya kita perlukan adalah hikmat, bukan hanya sekedar informasi. Secara khusus, kita memerlukan sumber informasi terpercaya yang akan menuntun kita dengan benar setiap saat.

Amsal 2:6-7 berkata, "Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. … Menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya." Dan sekalipun Tuhan ingin memberikan hikmat-Nya kepada kita, Ia tidak semata-mata menaruhnya di kepala kita. Kita memiliki tanggung jawab untuk mencarinya dengan tekun.

Hikmat sejati adalah kapasitas untuk melihat kehidupan dari sudut pandang Tuhan dan meresponinya sesuai dengan prinsip alkitabiah. Karena itu, ladang emas hikmat-Nya terdapat di dalam Alkitab. Disanalah kita akan menemukan siapa Tuhan itu, apa yang Ia pikirkan, bagaimana Ia bekerja, dan apa yang Ia hendak capai. Di dalam setiap halamannya adalah teladan untuk diikuti, perintah untuk ditaati, dan prinsip untuk menuntun kita dalam setiap situasi.

Enam langkah akan menolong kita menemukan segala sesuatu yang Tuhan mau ajarkan kepada kita.

Pertama, merenungkan Firman Tuhan. Dengan begitu banyak sudut pandang dunia membombardir kita melalui media dan budaya, kita perlu memenuhi pikiran kita dengan kebenaran Alkitabiah (Mazmur 19:8). Semakin kita membaca dan merenungkan apa yang Tuhan katakan dalam Firman-Nya, semakin kita memahami pikiran-Nya tentang berbagai keadaan yang kita hadapi setiap hari.

Kedua, menaati Firman Tuhan; membaca saja tidaklah cukup. Ingatlah, sekedar menumpuk informasi, bahkan tentang Alkitab, tidak akan menjadikan kita bijaksana. Hikmat datang sebagai hasil dari mengadopsi sudut pandang Tuhan ke dalam kemampuan terbaik kita dan meresponi dengan taat perintah dan prinsip-prinsip-Nya.

Ketiga, kita harus berdoa meminta hikmat. Yakobus 1:5 berkata, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” Mengetahui bahwa Tuhan adalah sumber dari segala hikmat, kita seharusnya meminta kepada-Nya dengan kerendahan hati.

Keempat, menjadi jeli. Tujuannya adalah membandingkan apa yang kita lihat di sekitar kita dengan apa yang Tuhan katakan di dalam Alkitab. Bila kita memiliki cara pandang ini, maka sekalipun kecil, mahluk yang tidak penting pun dapat mengajarkan hal yang berharga kepada kita. Contohnya, semut memberikan kepada kita teladan etika kerja yang bijaksana (Amsal 6:6-11).

Kita pun dapat mempelajari hikmat dari mengamati orang lain. Contohnya, ketika kita melihat seseorang yang tidak taat dan merasakan penderitaan konsekuensi dari pilihannya yang buruk, kita akan berhati-hati untuk tidak mengikuti jejak orang tersebut (Amsal 14:16). Namun tidak semua contoh yang kita lihat buruk sifatnya. Mereka yang menjalani gaya hidup yang saleh pun dapat menginspirasi kita untuk meneladani mereka.

Kelima, hikmat dipelajari dengan bergaul dengan mereka yang bijaksana (Amsal 13:20). Kita harus menemukan orang yang membuat kita ingin mengenal Tuhan dengan lebih mendalam. Mereka mendorong kita untuk melayani dan menaati Tuhan serta membuat kita semakin lapar akan Firman-Nya. Setelah melihat hasilnya dalam kehidupan mereka, kita ingin Tuhan melakukan di dalam kita apa yang Ia lakukan di dalam mereka.

Langkah terakhir adalah memperhatikan nasehat yang saleh. Kita semua membutuhkan nasehat saat ini dan nanti. Di dalam keadaan dimana kita tidak dapat benar-benar melihat apa yang Tuhan ingin kita lakukan, kita seharusnya mendengarkan seseorang dengan hikmat yang sesuai dengan kehendak Tuhan – seseorang yang hidupnya diperintah oleh Firman Tuhan. Mungkin yang kita perlukan hanyalah tuntunan untuk situasi tertentu. Atau mungkin ada saatnya kita harus merendahkan diri kita untuk menerima teguran dan koreksi.

Internet tidak memiliki semua jawaban – khususnya untuk pertanyaan-pertanyaan yang paling penting. Firman Tuhan adalah satu-satunya sumber hikmat sejati, dan Ia ingin Firman itu menyerap ke dalam pikiran dan hati kita. Dengan demikian, kita akan menjadi orang yang melihat kehidupan dari perspektif-Nya dan dapat memberikan nasehat yang bijaksana kepada orang lain. -Charles F.Stanley