Kerajaan Surga Dalam Satu Telur Plastik

Terkadang momen yang paling signifikan tersembunyi di dalam satu langkah kecil pertama.

Oleh Christie Purifoy

KERAJAAN SURGA DALAM SATU TELUR PLASTIKKami tinggal di sebuah rumah pertanian berbata merah tua, namun perkebunannya itu sendiri telah lenyap. Dulu, melalui kaca bergelombang dari jendela bergaya Victorian ini saya melihat padang rumput, namun sekarang, saat saya membuka tirainya, saya melihat trotoar, anak-anak yang bermain sepeda, dan kayu di geladak halaman belakang.

Tanah yang tersisa dari perkebunan asli terpapar seperti garis hijau panjang. Saat pertama kali kami melihat rumah ini 4 tahun lalu, saya berkata kepada suami saya bahwa tempat ini sangat sempurna untuk kegiatan mencari telur paskah. Kemudian kata-kata ini keluar dari mulut saya: “Mungkin kita dapat mengundang semua tetangga kita.”

Sampai musim semi pertama kami di rumah tersebut, kami masih belum berjumpa dengan satu orang pun. Musim dingin yang menusuk terasa seperti penghalang yang tidak dapat ditembus. Rasa kesepianlah yang menimbulkan ide mengadakan kegiatan mencari telur di lingkungan ini, namun saya kuatir tidak seorang pun akan datang. Atau, saya takut anak-anak akan datang namun pergelangan kaki mereka patah karena beberapa lubang di tanah yang ditinggalkan para tetangga kami.

Selama bertahun-tahun, saya telah belajar untuk mendengarkan bisikan dan meresponi dorongan kecil yang ada di hati saya. Sekalipun saya merasa takut, namun saya memesan 2000 telur Paskah plastik secara daring (online). Kemudian, sebelum kami berubah pikiran, suami saya dan saya mengumpulkan tumpukan undangan yang masih hangat dari percetakan, dan meninggalkan satu undangan di setiap pintu tetangga kami. Ada 115 undangan yang dihiasi dengan gambar kelinci.

Dalam perumpaan yang diceritakan Yesus, kerajaan surga yang besar dan mulia selalui dimulai dari cara-cara yang kecil dan tidak signifikan. Ada benih yang kecil. Ada ragi. Ada mutiara. Ada harta karun yang terpendam di ladang. Bagi saya, hal itu adalah telur Paskah merah muda dengan permen di dalamnya.

Sekalipun pokok perumpamaan itu adalah hal yang agung dan segala sesuatunya dipertaruhkan, namun perumpamaan-perumpamaan ini nampaknya hanya meminta sedikit saja dari kita. Kita hanya harus melemparkan benih atau menguleni adonan. Terkadang yang diminta hanyalah agar kita membuka mata kita dan menyadari apa yang ditawarkan kepada kita: suatu mutiara yang jauh lebih berharga dari segala resiko yang kita harus ambil atau segala rasa takut yang kita mungkin miliki.

Pada akhir minggu Paskah pertama itu, saya takjub ketika keramaian 100 orang mulai tertumpah di pagar belakang kami. Anak-anak kecil memenuhi tempat bermain kami yang kecil. Para tetangga membawakan bunga tulip di pot dan muffin blueberry di piring-piring. Saya juga baru menyadari untuk pertama kalinya, ada bunga-bunga bakung kuning keemasan yang mekar di sepanjang jalan. Saya tidak menanam bunga-bunga itu, namun mereka muncul. Saya dapat memetiknya. Saya dapat menikmatinya.

Tahun ini kami akan mengadakan kegiatan mencari telur Paskah yang keempat kalinya. Saya tidak lagi terkejut ketika kerumunan orang mulai memenuhi pekarangan kami, dan mereka ingin berbincang dan saling terhubung, serta mencari permen! Namun sama seperti pada hari pertama, perayaan komunitas kami mengingatkan saya akan janji Tuhan bahwa kemuliaan-Nya akan “diam di negeri kita” (Mazmur 85:9).

Kegiatan pencarian telur ini telah berubah seperti bunga-bunga bakung itu. Apa yang dimulai sebagai hal kecil, telah berubah menjadi suatu penyingkapan kemuliaan tak terduga di petak tanah kami. Allah berdiam bersama kami dengan cara yang mengejutkan dan tidak diantisipasi, namun kemudian Ia mengundang kami untuk berpartisipasi di dalamnya.

Paskah tahun ini, saya akan menyaksikan puluhan anak mencari telur diantara bunga-bunga bakung itu. Dan dengan pertolongan dari anak-anak saya, saya telah mengisi semua telur itu. Dan dalam cara-cara yang kecil ini, saya memupuk sedikit lagi tanah untuk kemuliaan Tuhan. Ini seumpama menggali harta karun yang saya tahu dapat ditemukan.

Dan selagi saya menggali, saya berdoa: Datanglah Kerajaan-Mu.