Nikmati Hari Ini

nikmati-hari-iniSaya duduk sendiri di ruang keluarga, dengan mangkuk berisi berondong jagung di tangan, dan menonton John Keating – tokoh guru fiksi yang diperankan Robin Williams dalam film Dead Poets Society – mengajarkan puisi yang ditulis Robert Herrick, “Bagi para perawan, pakailah waktu sebaik mungkin.” Adegan ikonik ini mencapai puncaknya saat Keating berbicara seorang diri. Kemudian saat ia meminta para murid menghadap ke kotak trofi sekolah, menatap mata mereka yang telah berlalu sebelum mereka, Keating berkata “Anak-anak itu sekarang sedang memupuk bunga bakung. Namun bila kamu mendengarkan dengan cukup dekat, kamu dapat mendengar mereka membisikkan warisan mereka kepadamu … carpe diem, nikmati hari ini.”

Saya baru berusia 15 tahun, seorang romantis pemula, dan adegan ini menjadi motivator saya. Saya ingin “mengumpulkan kuntum mawar” dan menghisap semua kebaikan hidup. Saya menikmati setiap hari dan memanfaatkan hari itu sebaik mungkin. Namun saat saya mulai mempraktekkan gaya hidup seperti ini, saya memperhatikan bahwa gaya hidup ini lebih mirip harimau yang bergulat.

Dengan usia dan tanggung jawab yang semakin bertambah, menikmati hari menjadi semakin sulit. Terjadi krisis gereja ketika saya berusia 20an, pertemuan bisnis yang mengacaukan rencana terbaik bagi keluarga saya di awal usia 30an, dan penyakit yang menyerang anak saya Titus di pertengahan usia 30an. Anggota keluarga meninggal. Teman-teman mengecewakan saya.

Selain itu, mata saya terbuka terhadap situasi buruk di berbagai belahan dunia. Ada banyak orang Kristen yang dianiaya di Asia Tenggara, Afrika Timur Laut, dan Timur Tengah. Ada banyak anak yang kekurangan gizi di seluruh dunia. Tsunami yang menghancurkan Indonesia. Gempa bumi yang meluluh-lantakkan Nepal. Tentunya, mereka yang terkena tragedi ini tidak akan dapat menikmati hari mereka – setidaknya menurut standar Keating.

Saat saya mencari jawabannya di Alkitab, saya menyadari bahwa Firman Tuhan tidak pernah menginstruksikan kita untuk menikmati hari kita. Bahkan, Alkitab memberikan banyak contoh orang yang kehidupannya justru “tertahan” oleh hari. Misalnya Stefanus yang dirajam karena memberitakan kabar baik tentang Yesus. Paulus dan Silas yang ditangkap, dipukuli, dan dilempar ke penjara. Yesus, Allah dalam rupa manusia, yang ditangkap oleh prajurit Romawi dan disiksa hingga mati.

Alkitab memberikan beberapa beberapa contoh dari orang-orang yang memiliki kesempatan untuk mengumpulkan tangkai bunga mawar. Hidup ini terlalu bergejolak, tidak dapat diprediksi. Ada beberapa waktu dimana kehidupan kita mengalami gangguan. Bagi beberapa orang, hal itu mungkin adalah kewajiban pekerjaan yang tidak terduga atau anggota keluarga yang jatuh sakit; bagi yang lain, hal itu mungkin lebih menyenangkan sifatnya. Mungkin inilah mengapa Yakobus menulis di dalam suratnya:

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. … Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (Yakobus 4:13-15).

Yakobus mengingatkan kita bahwa rancangan-rancangan kita seringkali “terganggu” – atau tertahan – oleh kehendak Tuhan. Begitu juga Paulus. Ia menginstruksikan kita untuk mempergunakan waktu yang ada sebaik mungkin. Bagaimana caranya? Dalam suratnya kepada jemaat Efesus, Paulus menulis, “Jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih… ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.” Ia melanjutkan, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Efesus 5:1, 10-11, 15-16). Paulus dapat saja meminta kita untuk membuat hidup kita menjadi luar biasa. Sebaliknya, ia menginstruksikan kita pada sesuatu yang lebih merendahkan hati kita dan tidak melayani keinginan diri kita sendiri: yaitu untuk membawa terang Kristus ke sudut-sudut dunia yang gelap dan mengambil setiap kesempatan untuk memberitakan kebenaran.

Selagi saya menulis hal ini, saya memikirkan ke-21 orang Kristen yang mati syahid di tangan ISIS di bulan Februari tahun lalu. Apakah mereka menikmati hari mereka ataukah hari mereka menahan mereka? Dan ketika rancangan terbaik mereka terganggu, ketika nyawa mereka terancam, mereka membawa kejahatan terorisme relijius kepada terang Kristus.

Kehidupan seperti inilah yang dimaksudkan oleh Paulus.

Sudah 20 tahun berlalu sejak saya menonton Dead Poets Society untuk pertama kalinya. Namun sekarang saya tahu bahwa menikmati hari itu sulit sebagian besar orang bahkan mustahil bagi beberapa orang.  Jadi, ketika hari menahan saya, ketika saya diperhadapkan dengan kesulitan-kesulitan yang tak terduga, saya akan berdoa meminta hikmat untuk mempergunakan waktu yang ada dan memancarkan terang Yesus di dalam kegelapan.