Supir Misionaris
Julius Fai, seorang murid dari Julius Esunge, menggunakan ketrampilannya mengemudi untuk menjangkau masyarakat Kamerun.
Oleh : John VandenOever
Julius Esunge tinggal di Virginia, namun hatinya tidak pernah jauh dari kampung halamannya Kamerun, dimana ia terus membina banyak murid. Pada kunjungannya yang cukup sering kesana untuk mengajar dan berkhotbah, sang profesor matematika dan penginjil ini menyisihkan waktu untuk membangun orang-orang di sekelilingnya – secara khusus, sekelompok pria muda. Pria muda seperti Julius Fai.
Fai adalah pria yang mengerti mobil – seorang mekanik otodidak dan navigator yang seksama di belakang kemudi. Ibu Fai meninggal ketika ia baru berusia 6 tahun, dan ia menghabiskan masa kecilnya bersama tantenya, berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya selama bertahun-tahun. Pada usia 17 tahun, ia sudah mandiri, dan ia adalah mekanik peringkat terendah dari 8 mekanik di Bengkel Fako di Bues, Kamerun. Saat ini, ia adalah mekanik nomor 2, satu peringkat di bawah sang pemilik bengkel.
Namun yang lebih penting bagi Fai adalah bahwa bengkel ini adalah tempat dimana ia dapat berkarya untuk melayani Tuhan. Beberapa tahun lalu, ia menjadi supir pribadi Esunge, dan sejak saat itu, Fai dengan ahli memberi masukan kepada mentornya untuk tempat-tempat dimana injil diberitakan dan Messenger dibagikan. Dimana pun dia dan apapun yang ia lakukan, Esunge tidak pernah melewatkan satu kesempatan untuk memberitakan tentang kasih Tuhan. Dan teladan itu menggugah hati Fai. Sepanjang waktu tenang yang ia miliki – selagi ia bersiap, menantikan perjalanan berikutnya – dan ia menggunakan waktu itu untuk mendengarkan Perjanjian Baru di Messenger-nya. Dan ia tetap membuka matanya sebagai cara yang sederhana dan efektif untuk menjadi duta Kristus.
Namun ketika presiden Kamerun berada di Buea untuk urusan pekerjaan, Fai berdiri di luar bersama seorang anggota Pengawal Kepresidenan. Ia memberikan kepada pengawal itu sebuah kartu Micro SD yang berisi materi-materi Messenger, untuk telepon selularnya. Ia mengatakan kepada sang pengawal itu, “Kamu berdiri disini seharian. Mungkin ini akan membantumu.”
Sepanjang waktu tenang yang ia miliki, ia menggunakan waktu itu untuk mendengarkan Perjanjian Baru dan tetap membuka matanya sebagai cara untuk menjadi duta Kristus.
Pada kesempatan lainnya, Fai sedang mendengarkan Messenger-nya saat seseorang mendekatinya, penasaran dengan alat yang dipakainya. Mendapati bahwa itu adalah suatu Alkitab bersuara, pria itu bertanya apakah ia dapat memilikinya. Dengan semangat ia memberikan miliknya. Kemudian ia berkata, “Saya rasa Messenger ini bermanfaat bagi pria itu.”
Dan melalui Messenger, Tuhan juga melakukan pekerjaan baik di dalam diri Fai. Mungkin ia tidak memimpin pertemuan atau berbicara kepada orang-orang terpenting di negeri itu, tapi Fai melakukan misinya, bersiap untuk kesempatan yang datang kepadanya. Sukacita di wajahnya tidak dapat dipalsukan. Dan ketika ia datang membawa kabar baik tentang Yesus Kristus dengan senyum lebarnya, ia sulit untuk ditolak oleh siapapun.