Membaca Alkitab Dengan Rasa Ingin Tahu
(Amy Hayes)
Di antara semua sarana yang kita miliki untuk mempelajari Alkitab, ada satu yang sering hilang
Menjadi cucu pengkhotbah Baptis Selatan berarti memiliki perpustakaan Alkitab. Karena alasan tertentu, di antara tumpukan Kitab Suci saya, satu yang sering saya baca adalah Alkitab versi NIV untuk remaja – Teen Study Bible. Meskipun faktanya saya sudah berusia 30 tahun, saya tetap menyukainya. Dan barangkali dengan agak antusias juga.
Sejujurnya, saya dulu tidak menyukai Alkitab ini – atau Alkitab mana pun. Membaca Alkitab itu membosankan dan terlalu sulit untuk dimengerti. Tetapi kemudian saya mendengar seorang pengkhotbah mengutip Amsal 25:2: “Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.”
Tunggu. Allah sengaja merahasiakan segala sesuatu?Agar saya menemukannya? Wow.
Pewahyuan sederhana inimembawa saya kepada banyak petualangan Alkitab, dan sekarang saya menulis penggalian-penggalian Alkitab sebagai bagian dari pekerjaan saya – hak istimewa yang tak pernah saya bayangkan di masa praremaja. Ketika para editor Majalah In Touch meminta saya membagikan sebuah perjalanan dari proses belajar saya, saya menyergap kesempatan itu. Jadi, jika Anda tertarik untuk bergabung dalam pesta penyelidikan meriah, teruslah membaca.
Ingat: rahasia adalah undangan Tuhan kepada keintiman. Dan kabar baiknya Anda tak perlu menjadi teolog untuk membaca Alkitab. Pegang saja isyarat Albert Einstein yang mengatakan, “Aku tak punya talenta khusus. Aku hanya seorang yang sangat ingin tahu.”
Dengan pemikiran ini, ambillah Alkitab Anda dan duduklah di tempat yang nyaman – mari kita menyelidiki sebuah bagian Alkitab bersama-sama.
1. Memulai/Persiapan
Sebelum membaca apa pun, saya memanjatkan doa sederhana ini: Roh Kudus, tunjukkanlah pada saya sesuatu yang baru. Dengan demikian saya menyelaraskan harapan-harapan saya dengan sifat-Nya sebagai Roh Kebenaran, yang memuliakan Yesus dengan membimbing para murid-Nya lewat pewahyuan (Yohanes 16:13-14). Mengetahui saya berpasangan dengan Pengajar tepercaya membebaskan saya untuk bertanya dengan jujur, dan mengurangitekanan untuk menguraikan setiap ketidakjelasan ke dalam pelajaran sekolah Minggu yang rapi.
2. Membaca Alkitab
Bukalah Alkitab Anda di bagian Yohanes 13 dan marilah kita menyelidiki catatan murid yang paling dikasihi itu tentang Perjamuan Malam Terakhir.
Setelah berdoa, bacalah Yohanes 13:1-17.
Bagi kita yang dibesarkan di gereja, bagian ini sudah sering sekali dibaca, sehingga sulit untuk menemukan sesuatu yang baru karena kita “sudah mendengar semuanya sebelumnya.” Itu sebabnya saya membiarkan diri saya diusikoleh perasaan-perasaan saya. Alkitab adalah dokumen asing, kuno dan penuh ranjau namun berharga, jadi jangan singkirkan segala kebingungan atau benteng pertahanan yang terbangun di dalam diri Anda—selidikilah. Anda tak pernah tahu ke mana Anda akan dibawanya.
Perkataan pertama yang menyandung saya adalah ayat 8: “Tidak,” kata Petrus, “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Bagi saya, penolakannya yang keras tampak seperti respons yang sangat kasar terhadap Yesus. Membiarkan kaki Anda yang kotor dibasuh oleh mentor yang menanggalkan jubahnya memang membingungkan, tetapi Petrus mestinya tidak “selebay” itu. Yang lain juga tampaknya biasa-biasa saja.
3. Menyelidiki
Keganjilan yang jelas ini cukup membuat saya mengunjungi Blueletterbible.orguntuk mencari tafsiran-tafsiran tentang ayat itu.
Dalam ulasannya tentang Yohanes 13, David Guzik mengarahkan saya ke ayat 2, kepada kalimat sederhana yang berbunyi, “Mereka sedang makan bersama.” Menurut Guzik, biasanya yang membasuh kaki para tamu adalah hamba yang paling hina di rumah itu – fakta yang suka disoroti banyak pendeta sebagai inti pelajaran ayat itu: Yesus telah merendahkan diri-Nya untuk melayani, maka kita pun hendaknya melakukan hal yang sama. Pelajaran yang sangat bagus – tetapi ada yang lain dalam cerita itu.
Guzik juga menyebutkan bahwa pembasuhan kaki ini selalu dilakukan sebelum makanan disajikan. Tetapi karena alasan tertentu, yang terjadi di sini tidak demikian. Yesus membasuh kaki mereka ketika mereka sedang atau sudah makan (Yohanes 13:2-4). Menarik – mungkinkah hal ini ada hubungannya dengan kegelisahan Petrus yang jelas?
Sebelum kita meneliti lebih dalam, ada hal penting lain yang ditemukan dalam tafsiran Guzik. Seperti saya, Anda mungkin mengira para murid semuanya duduk tegak di kursi-kursi yang diatur di sekitar meja persegi panjang – seperti lukisan Perjamuan Malam Terakhir da Vinci yang terkenal itu, bukan? Salah. Menurut Guzik, kemungkinan besar makan malam ituberlangsung di sekeliling triklinium, meja berbentuk U khusus yang rendah ke bawah dan mengharuskan orang-orang berbaring dengan tubuh bagian atas mendekat ke meja makan. Tidak seperti dalam lukisan da Vinci, semua orang dalam adegan ini benar-benar sedang rebahan.
4. Memasuki Adegan
Saya membayangkan ulang adegan ini dengan keterangan baru yang menarik ini- murid-murid yang rebahan dengan kaki yang sangat kotor – dan saya menggeliat dengan kerentanan yang sama yang membuat Petrus mengucapkan kata-kata kasar di ayat 8. Hal yang tidak nyaman, namun merupakan pertanda baik. Mengidentifikasi diri dengan kemanusiaan tokoh-tokoh Alkitab menempatkan kita untuk bertemu Tuhan. Dandi tempat itulah transformasi terjadi—bukan melalui penjelasan tetapi dalam perjumpaan.
Menempatkan diri pada situasi mereka saat itu membuat saya melihat yang mereka lihat: Yesus yang semakin dekat dan personal dengan bagian diri saya yang paling kotor dan menjijikkan. Tiba-tiba saya memahami Petrus. Jika saya berada di situ, saya juga akan langsung melompat dan bersikeras untuk membasuh kaki saya sendiri dulu. Tetapi intinya adalah: Jawab Yesus: “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku” (Yohanes 13:8). Ini bukan tentang kebersihan atau bahkan pelayanan yang rendah hati. Ini tentang hubungan. Dan suatu hubungan tidak dapat terjalin tanpa membiarkan orang lain berhadapan langsung dengan kekotoran yang seharusnya sudah Anda bersihkan.
Terkadang Anda harus bertahan dengan bau tak sedap dan keganjilan untuk menemukan kemuliaan tersembunyi dalam ayat-ayat yang tak asing seperti ini. Sementara Anda mengikuti rasa ingin tahu Anda di bagian-bagian lain Alkitab, ingatlah untuk mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin tentang bacaan itu (jangan takut tidak menemukan jawabannya), berpetualang ke luar Alkitab dengan membaca berbagai tafsiran dan konkordansi (misalnya Blueletterbible.org), dan terus memperhatikan perasaan-perasaan Anda ketika membaca. Tetapi di atas segalanya, percayalah pada Roh Kudus. Dia tak akan membuat Anda tersesat.