Tuhan Bagi Yang Terpinggirkan
(James Cain)
Sebagai orang Kristen, kita perlu menilai dengan jujur: apakah kita bagian dari orang banyak yang menghalangi pandangan Yesus, atau yang memberi jalan kepada orang terpinggirkan untuk bertemu Dia?
Perjumpaan paling awal saya dengan Zakheus menunjukkan bahwa ia bukanlah jenis orang yang akan dilirik banyak orang. “Zakheus orang pendek,” saya menyanyi bersama teman-teman di kelas Sekolah Minggu, “kecil betul ia…” Meskipun kata-katanya seperti itu (ditambah lagi dengan gerakan tangan), tujuan lagu itu bukanlah untuk mengolok-olok Zakheus. Kata-kata lagu itu hanya mengikuti cerita di Lukas 19, yang menunjukkan tentang Yesus yang memanggil seorang yang tersisihkan untuk mengalami perjumpaan yang mengubah-hidup dengan-Nya. Cerita itu memanggil para murid Yesus untuk memikirkan perjumpaan yang radikal dengan orang-orang yang terpinggirkan.
Cerita dalam lagu itu cukup sederhana. Zakheus, seorang pemungut cukai yang kaya raya di kota Yerikho ingin melihat Yesus, mungkin ingin tahu seperti apa wajah Penyembuh terkenal yang sedang melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan Paskah itu. Banyak orang berkerumun, seperti yang selalu terjadi jika Yesus muncul, sehingga Zakheus tidak dapat melihat. Ia lalu berlari mendahului iring-iringan itu dan memanjat pohon ara agar bisa mendapat pemandangan yang lebih baik. Yesus melihatnya dan memintanya untuk turun dan menjadi tuan rumah. Zakheus menerimanya “dengan gembira,” sementara orang banyak bersungut-sungut melihat keterbukaan sikap Yesus terhadap orang berdosa. Perjumpaan itu mengubah hidup Zakheus secara drastis, dan ia membuat pernyataan drastis bahwa ia akan memberikan setengah dari kekayaannya kepada orang miskin dan mengembalikan uang yang diperasnya sekaligus dengan memberikan ganti rugi. Yesus berkata,”Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini” (Lukas 19:9).
Sebagai pembaca kisah ini, kita tak boleh mengabaikan beberapa fakta penting – mulai dari siapa Zakheus dan apa pekerjaannya. Meskipun lagu itu menggambarkan Zakheus dari penampakan fisiknya, tetapi yang membuat Zakheus tersisihkan dari orang banyak di sekitar Yesus adalah statusnya dalam masyarakat. Ia adalah orang yang “kaya” menurut Lukas, dan “seorang kepala pemungut cukai” (Lukas 19:2). Meskipun dari luar ia tampak sebagai orang yang sukses, respons orang banyak yang bersungut-sungut ketika Yesus bersosialisasi dengan Zakheus menunjukkan bagaimana sebenarnya status pemungut cukai di Israel pada abad pertama itu. Pejabat di wilayah Yudea yang dikuasai pemerintah Romawiitu biasanya menarik pajak secara berlebih dari rakyatnya dan memeras uang mereka. Bagi mereka, ia adalah “orang berdosa,” dan sebagian orang bahkan menyebutnya sebagai pengkhianat bangsa.
Kita juga tak boleh lupa bahwa meskipun Zakheus melakukan tindakan ke arah Yesus, berlari mendahului dan memanjat pohon, yang memprakarsai perjumpaan itu adalah Yesus. Dengan kata lain, Yesus mengikuti dan mengejar Zakheus. Ayat terakhir dalam cerita itu menegaskan kembali tujuan hidup Yesus: Dia datang “untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19:10). Dan pernyataan misi ini – yang digambarkan dengan sangat indah dalam kisah Zakheus—seharusnya menarik perhatian kita sebagai murid-murid Yesus. Apalagi dalam budaya kita sekarang yang sibuk dan terdistraksi ini, cerita ini merupakan panggilan untuk bergabung dengan Yesus dalam misi penyelamatan-Nya.
Mengikut Yesus menuntut kita memiliki kerendahan hati, seperti yang ditunjukkan oleh Zakheus. Nama Zakheus dalam bahasa Yunani berarti “suci” atau “tidak bersalah,” dan meskipun kehidupannya sendiri tidak menunjukkan hal itu, beberapa penafsir melihatnya sebagai contoh yang penting dari Ucapan Bahagia yang mengatakan bahwa orang yang suci hatinya akan melihat Tuhan (Matius 5:8). Penafsir lain mendengar perintah Yesus untuk “turun” sebagai undangan untuk rendah hati. Di gereja-gereja Ortodoks Timur, misalnya, kisah Zakheus dibacakan pada Minggu kelima sebelum Great Lent (dalam Minggu Sengsara/Pra-Paskah), 40 hari masa pertobatan dan persiapansebelum Paskah. Zakheus memiliki status yang lebih tinggi di wilayah kekuasaan Romawi itu,dan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Rumah Yerikho yang sekarang dikenal sebagai Rumah Zakheus adalah sebuah menara yang besar dan mewah. Tetapi ia sudah memakai uang rakyatnya untuk membeli statusnya di wilayah kekuasaan Romawi ini, sehingga bangsanya sendiri menolak dan menyingkirkan dia. Pengejaran Yesus atas diri Zakheus menggambarkan sifat kerajaan surga yang terbalik. Ditolak oleh umat pilihan Tuhan, Sang Putra memilih untuk memulihkan kedudukan orang tertolak lainnya ke tempatnya yang benar sebagai “anak Abraham” (Lukas 19:9). Para pengecam dalam kerumunan itu, yang mengandalkan pilihan dan kebenarannya sendiri dan bukannya kebenaran Tuhan, akhirnya menghadapi jalan yang lebih sulit.
Tidak seperti si buta Bartimeus, yang usahanya yang gigih untuk bertemu Yesus membuat gusar orang banyak (Lukas 18:35-43), Zakheus memanjat pohon untuk melepaskan diri dari orang banyak. Di atas pohon itu, ia mungkin lebih terlihat seperti anak kecil daripada pemungut cukai yang kaya raya. Ia bisa dengan mudah diabaikan oleh orang-orang yang bersama Yesus, tetapi Lukas mencatat bahwa Tuhan Yesus “melihat ke atas” (Lukas 19:5). Dari sini kita bisa menduga bahwa Yesus sudah memperhatikannya secara aktif, mencarinya – seperti tokoh-tokoh dalam perumpamaan-perumpamaan sebelumnya tentang mencari yang terhilang (Lukas 15). Ketika Zakheus turun dari pohon, ia menjadi domba terhilang dalam kehidupan nyata yang diselamatkan, dirham yang hilang yang ditemukan, si anak hilang yang kembali pulang ke rumah bapanya. Dan sebagaimana perumpamaan-perumpamaan itu berakhir dengan sukacita, Zakheus juga menerima Yesus “dengan sukacita” (Lukas 19:6).
Kita memiliki kesempatan untuk menghidupkan kembali kisah Zakheus ketika kita melihat melampaui distraksi-distraksi hidup kita kepada orang-orang tersisih dan terpinggirkan yang sedang bergumul untuk bertemu Yesus. Sungguh menyenangkan melihat diri kita berada di antara orang-orang yang bersama Yesus, tetapi kita harus hati-hati agar tidak menjadi orang yang menghalangi orang-orang seperti Zakheus untuk melihat Yesus. Perhatikanlah dengan saksama, dan berdoalah agar Tuhan membuka mata kita untuk melihat orang-orang yang sedang dicari Juru Selamat; dan kita bergabung bersama Yesus dalam misi-Nya mencari dan menyelamatkan yang hilang. Dan yang lebih penting, dengan memperhatikan tempat kita di antara orang banyak, kita diingatkan bahwa kita juga perlu melihat Yesus, dan kita dapat mengundang orang-orang tersisih itu untuk bergabung bersama kita dalam perjalanan kita kepada-Nya.