Bahasa Kalbu: Surga
(Dan Schaeffer)
Pengharapan terbesar kita ada di tempat kita akan hidup bersama Tuhan selamanya.
Salah satu kata yang paling berharga bagi orang Kristen, surga,berbicara tentangpengharapan terbesar kita—bahwa sebuah kehidupan yang jauh lebih baik sedang menanti kita. Ini adalah janji Yesus di Yohanes 14:2: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.”
Meskipun merupakan sebuah konsep pokok Kekristenan, surga juga dapat membingungkan—banyak kata dan frasa yang digunakan untuk menggambarkannya.Surga disebut Firdaus (Lukas 23:43), Yerusalem sorgawi (Galatia 4:26), kerajaan surga (Matius 25:1), kerajaan kekal (2 Petrus 1:11), warisan kita (1 Petrus 1:4), pangkuan Abraham (Lukas 16:22), dan tanah air yang lebih baik (Ibrani 11:16). Mengapa surga digambarkan dengan banyak cara? Mungkin karena surga itu seperti berlian yang memilikibanyak segi, yang tiap seginya mencerminkan satu aspek kemuliaan surga.
Di pemakaman, kita sering mendengar perkataan seperti, “Sally sedang menanam bunga-bunga Tuhan sekarang” jika Sally seorang penata kebun yang hebat, atau “Bob sekarang sedang mengarungi ombak surgawi” jika Bob seorang peselancar. Dengan kata lain, surga, bagi banyak orang, adalah tempat atau aktivitas idola merekaselagi di bumi—hanya yang di sini tanpa kematian dan penderitaan. Tetapi, surga bukanlah sesuatu yang bisa kita ciptakan di pikiran kita. Ketika kita mati,surga menjadi nyata; surga adalah tempat yang nyata yang sudah ada—dan tidak ada sesuatu yang bisa kita bayangkan yang mendekati kemuliaan dan keajaibannya.
Paulus pernah mendapat penglihatan tentang surga (2 Korintus 12:2) seperti jugarasul Yohanes di dalam kitab Wahyu. Surga adalah tempat yang sangat nyata. Karena kita dipersatukan dengan Kristus, orang Kristen sudah memiliki real estate di sana (Filipi 3:20), dan kita sudah menjadi penduduk yang sah (Efesus 2:6). Karena itu, kita hanyalah “para pengontrak” di bumi ini. Rumah masa depan kita adalah satu-satunya tempat kediaman kekal kita yang pasti (2 Korintus 5:1). Ketika hidup menjadi sulit, kebenaran penting inilah yang perlu dipegang teguh. Seperti dikatakan penulis lagu Irlandia Thomas Moore, “Bumi tidak memiliki kesedihan yang tidak dapat dipulihkan oleh surga.”
Kata surga mencakup seluruh harapan dan impian kita tentang masa depan bersama Tuhan. Barangkali tidak ada frasa yang lebih dapat mencakup imajinasi kita selain yang disebutkan penulis Ibrani: tanah air yang lebih baik. Itulah yang sangat kita rindukan dan idam-idamkan; suatu tempat yang nyata, bukan sekadar eksistensiyang sangat halus di antara awan-awanyangbermain harpa. Petrus mengingatkan kita bahwa bumi dan langit kita yang sekarang ini akan terbakar habis, dan Tuhan akan menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru—dan kita akan tinggal di sana selamanya (2 Petrus 3:7-13).
“Iman adalah fondasi orang Kristen, pengharapan adalah jangkarnya, kematian adalah pelabuhannya, Kristus adalah Jurumudinya, dan surga adalah tanah airnya.” — Jeremy Taylor, rohaniwanabad ke-17.