Tidak Ada Keputusan Yang Terlalu Kecil
Kecil (Joseph E. Miller)
Bapa surgawi senang ketika kita meminta tolong pada-Nya dalam segala hal.
Bahkan sejak masih kecil, saya sudah tahu bahwa saya ingin memiliki keluarga sendiri. Meskipun sangat terdampak akibat perceraian orangtua, saya memiliki keinginan besar untuk menjadi ayah. Dalam beberapa hal, saya kira ini sangat berkaitan dengan keinginan “memperbaiki kesalahan” – atau mengoreksi cara yang salah. Namun jika melihat ke belakang (dan melalui terapi), saya percaya semua ini adalah pekerjaan yang sedang terus dilakukan Tuhan.
Bisa dikatakan, saya sudah menghabiskan sebagian besar waktu saya di usia 20-an untuk mendoakan seorang istri—saya berdoa “tentang” pasangan hidup, bertanya pada Tuhan apakah hal itu akan terjadi, bergumul dengan kesepian dan kesadaran mendalam tentang kegagalan-kegagalan saya sendiri. Saya sudah bertekad untuk tidak menjadi seperti ayah saya, tetapi pada saat yang sama, saya sangat takut membuat kesalahan sampai saya terus-menerus membawa permasalahan ini di hadapan Tuhan. Terkadang rasanya menyedihkan. Tetapi keputusasaan telah membawa saya ke salib sebelumnya, dan saya pikir tak ada alasan yang lebih baik untuk mendekatinya selain kebutuhan yang sangat besar.
Dalam khotbahnya, “How to Be Sure of God’s Will” (Bagaimana Mengetahui Kehendak Tuhan), Dr. Stanley berkata, “Pikirkanlah tentang keputusan besar terakhir dalam hidup Anda. Apakah Anda bertanya pada Tuhan tentang keputusan itu? … Kita semua berkembang atau akan berkembang sampai titik tertentu. Ada beberapa keputusan yang tidak seorang dari kita dapat memutuskannya dengan bijak tanpa pertolongan dan pimpinan Tuhan.”
Meminta (calon) istri saya untuk menikah dengan saya jelas merupakan satu keputusan terbesar dalam hidup saya. Jika saya meninjau kembali, saya bersyukur sudah menghabiskan banyak waktu untuk berdoa selama bertemu dengannya. Saya tidak pernah sedikit pun menganggap relasi kami sebagai suatu kebetulan. Meskipun saya suka bergurau, “Terima kasih Tuhan, ia menjawab ya – saya tidak membayangkan ada wanita lain yang bisa tahan dengan saya,” saya dapat melihat dengan makin jelas bahwa relasi ini adalah rencana Tuhan untuk kami. Dia yang menggerakkan dan bekerja — pernikahan kami adalah sebuah buku yang Dia tulis, yang penuh dengan situasi pasang surut dan keadaan-keadaan di antaranya.
Meskipun saya sering menghargai cara berpikir saya yang cepat, saya sudah belajar bahwa saya perlu membawa situasi besar maupun kecil ke hadapan Tuhan. Saya tidak ingin mencari pimpinan-Nya hanya pada saat-saat sulit atau penuh tekanan saja. Alkitab mengingatkan kita bahwa Dia peduli pada kita melebihi yang kita bayangkan. Jika Dia mengetahui jumlah rambut di kepala saya, saya tentu dapat dan harus memercayakan segala sesuatu ke dalam pimpinan-Nya.