Kekuatan Seorang Ibu
(Tim Rhodes)
Kecanduan, kesulitan ekonomi, dan tak punya rumah—sudah banyak dialami Cindy Parker. Tetapi Tuhan berjalan bersamanya melalui semua itu.
Cindy Parker menganggap suatu mukjizat ketika ia bisa selamat dari masa kanak-kanaknya. Ia hidup dalam ketakutan terus-menerus terhadap ayahnya yang kejam, tanpa pernah mengetahui bagaimana ia bisa memicu kemarahan ayahnya yang begitu dahsyat. Di usia remajanya, Parker sudah mengalami berkali-kali patah tulang dan menderita luka-luka lainnya akibat kebengisan ayahnya. Luka-luka fisik itu menimbulkan luka-luka emosional dan spiritual, yang terus ia bawa sampai ke usia dewasa.
Beberapa dasawarsa kemudian, ketika membesarkan anaknya, Parker menutupi luka-luka masa lalunya dengan berfokus pada karier. Ia senang dapat menafkahi keluarganya secara berkelimpahan. Tetapi pekerjaan menyita hampir seluruh waktunya, yang artinya anaknya sering dibiarkan tanpa pengawasan. Di akhir usia remajanya, kecanduan narkoba sudah membuat anak itu begitu tergantung sampai harus menguras seluruh tabungan Parker untuk membiayai kebiasaannya. Tidak memiliki cara untuk membayar utang atau bahkan rekening-rekening kecil, Parker akhirnya kehilangan hampir semua yang ia miliki.
Selama lima tahun mereka tidak punya rumah dan hanya tinggal di dalam mobil. Sementara Parker menghabiskan hari-harinya dengan berusaha mencari cara agar mereka dapat kembali hidup layak, anaknya terus dikendalikan oleh kecanduannya dan menghabiskan hari-harinya mengejar kehaluan yang lebih tinggi.
Pada suatu malam di musim panas yang lembab, ketika Parker sedang menata kursi mobilnya untuk dijadikan tempat tidur darurat, anaknya membuat pengakuan bahwa ia tak sanggup lagi mengikuti kecanduan, pencurian dan kebohongannya. Ketika ia baru beberapa hari menjalani upaya terakhirnya untuk lepas dari jerat narkoba, Parker melihat kuasa yang mengerikan akibat penarikan dirinya. Sepanjang malam, saat tubuhnya mengejang kesakitan, intensitas kecanduan itu begitu jelas. Parker melingkarkan tangannya di sekujur tubuh putranya, memeluknya erat-erat sampai ia akhirnya menjadi tenang. Ketika ia melepaskan tangannya, Parker merasa cemas sekali memikirkan kesulitan-kesulitan di hadapannya. Jika setiap hari ia harus fokus mencari nafkah untuk menjaga kelangsungan hidup mereka, bagaimana ia dapat memberikan perawatan yang cukup yang dibutuhkan anaknya?
Suatu sore, ketika ia sedang mencari-cari stasiun pemancar di radio mobilnya, suara Dr. Stanley terdengar dari radio itu. “Orang ini benar-benar berbicara tentang firman Tuhan,” kata Parker. “Semua yang saya pikirkan diungkap olehnya.” Ia sadar bahwa meskipun ia sudah berusaha memerhatikan anaknya dan memberikan kehidupan yang layak dan berlimpah untuk keluarganya, ia sudah melakukannya dengan cara yang salah, yang tidak didasarkan ajaran dan pimpinan Kristus. “Saya tahu Tuhanlah yang bekerja melalui Dr. Stanley untuk membuat saya menyadari hal itu,” kata Parker.
Sekarang Parker sudah bekerja dan tidak lagi tinggal di dalam mobil. Ia menempati sebuah apartemen bersama putranya dan menjadi perawat utamanya, untuk memastikan anaknya mendapatkan rehabilitasi dan juga terapi medis. Ia berharap semua protokol yang dijalani itu dapat membawa pemulihan bagi anaknya.
Setelah kehilangan segalanya, Parker percaya bahwa Kristus akan membangun kembali kehidupan mereka. Tetapi, sekalipun tanpa semua barang yang pernah ia miliki, hari-harinya kini menjadi lebih kaya dan memuaskan. “Saya selalu suka dengan perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus,” katanya. “Anak yang hilang itu adalah anak saya. Ia telah mengambil semua yang saya miliki dan menghabiskannya. Tetapi ketika ia kembali, semuanya terlupakan dan diampuni.” Parker mengakui bahwa masalah-masalah itu sangat signifikan, tetapi setiap hari Tuhan memberinya kekuatan untuk menanggungnya.