Ya, Tuhan Itu Misterius
(Cara Meredith)
Dan kadang kerinduan kita akan jawaban menghalangi kita untuk mengalami Dia.
Dalam suatu wawancara dengan Billy Graham, jurnalis David Frost bertanya kepada penginjil itu, apakah ia punya pertanyaan-pertanyaan yang ia harap bisa ia tanyakan kepada Tuhan di surga nanti. Jawaban Graham sederhana: “Ya, ribuan. Banyak hal dalam misteri Alkitab.” Jika saya yang mewawancarai Pak Billy Graham, saya pasti akan menyelidik lebih lanjut: Berikan kami beberapa contoh pertanyaan itu. Apa yang pertama-tama akan Anda tanyakan kepada Pencipta Agung itu? Saya mungkin akan bertanya, apakah ia memiliki pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan di mana saja, atau adakah satu pertanyaan tertentu yang terus mengganggunya sepanjang hidupnya. Saya juga ingin tahu bagaimana Graham bisa baik-baik saja ketika mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu kepada Tuhan pertama kali. Barangkali ini adalah pertanyaan yang terpenting dari semuanya, karena merupakan satu aspek kehidupan Kristen yang sering diabaikan.
Saya kadang bergurau tentang kelahiran saya sebagai orang Kristen: ibu saya dibaptis ketika saya bertumbuh dalam tubuhnya. Apakah air baptisan kudus mengalir dari kolam baptisan ke tali pusar? Saya berusia 5 tahun ketika saya meminta Yesus masuk ke dalam hati saya; saya juga ingat ketika saya berjalan menyusuri lorong panjang berkarpet merah di gereja Baptis kecil yang kami sebut rumah di usia sekitar 9 atau 10 tahun, langkah-langkah saya merupakan pernyataan di depan umum bahwa saya ingin dibaptis. Ketika remaja dan dewasa, saya melayani sebagai sukarelawan dan kemudian menjadi staf pelayanan yang digaji di sebuah lembaga pelayanan. Pada akhirnya, saya menikah dan sebagaimana orangtua saya sebelumnya, saya membesarkan anak-anak saya dalam tradisi yang selalu menjadi tradisi saya sendiri.
Di dalam semua tempat dan waktu ini, daftar pertanyaan saya sendiri kepada Tuhan hanya hidup di bawah permukaan. Jika saya mau jujur, untuk banyak kehidupan saya, saya tidak merasa berhak untuk bertanya. Mengapa hal-hal buruk terjadi pada orang-orang baik? Mengapa kejahatan ada di dunia ini? Mengapa Engkau tidak selalu menjawab doa-doa orang benar? Dengan alasan apa pun, saya tidak percaya saya bisa datang pada Tuhan dengan pertanyaan-pertanyaan yang paling riil bagi saya – bahkan yang membuat saya terjaga di malam hari dan menggerogoti jiwa saya.
Selama hampir empat dasawarsa, pertanyaan-pertanyaan itu tetap terkunci rapat di dalam diri saya. Terkadang saya memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pemazmur: “Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa merancang persekongkolan yang sia-sia?” (Mazmur 2:1). “Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah tekanan musuh?” (Mazmur 42:10). Limapuluh-satu pertanyaan bisa ditemukan di dalam kumpulan 150 mazmur. Demikian juga, 3294 pertanyaan bisa ditemukan, dari awal sampai akhir, di dalam Kitab Suci—baik dari orang yang datang pada Tuhan maupun dari Tuhan sendiri. Sebetulnya, keikutsertaan mereka memberi saya izin untuk melakukan hal yang sama.
Tetapi ironisnya, justru misteri itu yang akhirnya memberi saya damai sejahtera.
Saya merasa jatuh cinta pada misteri Tuhan di sebuah gereja di sudut kota Seattle, Washington. Saya bukan bermaksud mencari “rumah” dalam tradisi yang berbeda, tetapi saya memang berada jauh dari jemaat dari denominasi yang saya kenal. Ketika saya selalu berkunjung ke gereja Anglikan dan mereka selalu menyambut kedatangan saya, saya merasa dimiliki dan memiliki. Saya merasa nyaman. “Aroma dupa dan dentang lonceng” yang menyertai doa-doa kuno yang telah dipanjatkan ribuan tahun oleh ribuan lidah menghangatkan hati saya dengan cara yang sebelumnya saya tidak tahu bahwa saya membutuhkannya. Saya merasa aman dan mendapat izin untuk melepaskan segala keraguan yang terpendam dalam diri saya.
Di sini, saya dibawa kembali ke paruhan kedua jawaban Graham yang membingungkan: “Banyak hal dalam misteri Alkitab.” Saya membayangkan ia mengucapkan perkataan ini kepada Frost dengan mengedipkan mata dan tersenyum. Tetapi pada saat itu ribuan penonton di bagian lain dari layar telivisi diundang untuk juga merenungkan dan menghargai misteri.
Tak ada yang perlu ditakutkan. Setiap kita punya hak untuk mengajukan pertanyaan apa pun kepada Tuhan, besar atau kecil, yang mungkin ada di pikiran kita. Dan kesaksian orang Kristen yang tak terhitung banyaknya, yang sudah mendahului kita, membuat kita berani datang, dan menerima misteri yang ada di hadapan kita – hidup kita dalam Kristus. Dan bahkan untuk mulai menyiapkan daftar pertanyaan kita sendiri yang akan kita sampaikan pada Tuhan di pintu gerbang bertatah mutiara.