Bagaimana Berpesta dan Menikmati Kitab Suci

(James Cain dan Staf In Touch)

Panduan Sentuhan Hati untuk kesehatan rohani yang lebih baik

Kusut dan tertekuk-tekuk di meja samping tempat tidur. Pudar warnanya di jendela belakang mobil. Masih baru dan bersih di laci kamar hotel. Alkitab ditaruh di berbagai tempat. Dan perkataannya dirangkai dalam literatur, digoreskan di dinding ruangan, dan bahkan ditato di tubuh manusia. Kita membicarakan Alkitab sebagai pedoman hidup, surat cinta dari Tuhan, kisah penebusan kita. Semua ini benar. Yang agak kurang biasa adalah membicarakan Alkitab sebagai pesta/perjamuan makan. Padahal itulah tepatnya yang seharusnya—perjamuan makan mewah yang tak ada habisnya, meja hidangan yang berlimpah dengan pengetahuan, hikmat dan kegembiraan.

Tetapi menghargai Alkitab sebagai perjamuan makan tidak selalu mudah. Kehidupan moderen – dan juga luka-luka dan persoalan-persoalan masa lalu kita – dapat menjadi penghalang untuk kita makan firman Tuhan. Kami membuat panduan ini untuk menolong Anda bergerak melampaui  apa pun yang merintangi jalan Anda.

Hambatan dalam Membaca Alkitab

Menurut riset terbaru American Bible Society, hanya 39% orang Amerika yang membaca Alkitab lebih dari tiga kali pada tahun 2022. Tetapi yang menghibur, ada angka yang mengejutkan tentang orang yang berkata ingin lebih banyak membaca Alkitab.

Pada umumnya, hambatan yang kita alami meliputi tiga kategori besar:

  • Kekurangan waktu.
  • Kurang pemahaman.
  • Kurang antusias.

Setiap respons itu dapat dimengerti. Kehidupan moderen tampaknya sering bertentangan dengan tindakan dan disiplin rohani yang membutuhkan pendekatan lebih lambat dan terencana. Tetapi dengan sedikit mengubah cara pandang kita tentang Alkitab dan strategi-strategi membacanya, kita bisa membuat kemajuan yang signifikan dalam jangka waktu singkat.

Menemukan “Pesta” di Alkitab

Jika kita tidak bergairah dengan Alkitab, hal itu mungkin karena kita salah memahami Alkitab. Mungkin Alkitab  sudah diajarkan dengan buruk kepada kita – dengan cara menghafal yang membosankan yang melemahkan vitalitasnya (dan vitalitas kita). Atau mungkin seseorang telah memakai Alkitab sebagai senjata, dan bukan sebagai kumpulan tulisan yang indah. Apa pun alasannya, pikiran kita akan mulai berubah jika kita menyadari bahwa Alkitab lebih dari sekadar buku petunjuk/peraturan, sejarah kuno, nubuat-nubuat dan kisah-kisah inspiratif. Alkitab adalah Firman Tuhan – Tuhan semesta alam yang berbicara pada kita – seperti yang dipahami para leluhur kita yang saleh.

 

Ketika rasul Petrus bertanya kepada Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal” (Yohanes 6:68), ia memberikan definisi yang tepat tentang Injil. Perkataan hidup yang kekal. Dan Alkitab menyajikan Injil itu kepada kita dalam bentuk yang dapat dipercaya, yang disampaikan ketika “orang-orang yang digerakkan Roh Kudus berbicara atas nama Allah” (2 Petrus 1:21).

Jika kita memahami Alkitab sebagai perkataan Raja kita dan menganggapnya sangat penting – penting bagi roh kita seperti makanan penting bagi tubuh kita—kita akan dapat membuka halaman-halamannya dengan sedikit berbeda. Cobalah menggunakan waktu Anda bersama Firman seperti berikut ini:

  1. Mulailah dengan mengucap syukur. Bersyukurlah atas firman-Nya, seperti Anda berterima kasih kepada tuan rumah atas makanan lezat yang terhidang di meja makan di hadapan Anda. Ingat, perkataan-Nya adalah makanan rohani Anda (Ulangan 8:3; Matius 4:4).
  2. Nikmati “makanan” Anda. Karena Alkitab bukan hanya bubur (makanan lunak) rohani tetapi santapan yang kaya nutrisi dan bervariasi, pilihlah untuk menikmati setiap perkataan.
  3. Perjelas ekspektasi-ekspektasi Anda. Seperti akan Anda lihat, kita membaca Alkitab untuk diubahkan, dan Tuhan melakukannya dengan berbagai cara. Hari-hari tertentu, pembacaan Anda mungkin menyentuh Anda secara emosional, yang sangat bagus, tetapi itu tidak berarti hari-hari lain, ketika perasaan Anda tidak tersentuh, kurang berharga.

Renungkan cerita Mefiboset di 2 Samuel 9:1-13. Sebagai anak Yonatan, ia berhak naik tahta. Adanya raja lain berarti nyawanya dalam bahaya, jadi Mefiboset melarikan diri. Tetapi hasil yang ia harapkan tidak seperti yang ia alami. Ketika raja Daud menemukannya, ia membawa Mefiboset ke rumahnya, mengembalikan kepunyaannya dan menyambutnya untuk makan di meja kerajaan. Ini merupakan hal yang sangat penting sampai disebutkan empat kali dalam ketujuh ayat itu (2 Samuel 9:7, 10, 11, 13).

Demikian juga, Alkitab menawarkan tempat duduk yang tetap di meja makan Raja surgawi, tempat kita menikmati pesta Injil yang mewah dalam bentuk cerita, nyanyian, amsal dan janji-janji. Bagaimanapun, firman Tuhan bukan hanya sumber kalori yang ringan. Firman adalah makanan rohani terbaik, yang tidak hanya menguatkan Anda untuk perjalanan iman yang panjang dan berat, tetapi juga menggembirakan Anda, secara tubuh dan jiwa.

Mengapa Kita Membaca

Meskipun sekadar memilih kitab dan pasal merupakan cara yang wajar untuk memulai, Anda mungkin terkejut bahwa cara kita membaca dipengaruhi oleh mengapa kita membaca. Dalam buku Apprenticeship with Jesus, penulis Gary Moon menceritakan tentang Hal, yang membaca Kitab Suci dengan patuh dan hormat dari awal sampai akhir lebih dari 144 kali. Tetapi Hal salah tanggap, kata Moon, karena “ia dikenal sebagai orang yang paling kikir, pemarah dan pembenci yang pernah dapat Anda temui.” Hal membaca sekadar untuk mengetahui tentang Alkitab, dan pembacaannya tidak pernah mengubah hidupnya.

Sebagai orang Kristen, kita berharap diubahkan—untuk melihat Yesus menjadi nyata di dalam kita  (Galatia 4:19). Seperti makanan menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita, Firman Tuhan menyediakan yang dibutuhkan untuk “berubah oleh pembaruan budi [kita]” (Roma 12:2). Kebenaran firman Tuhan, yang dipakai Roh Kudus, membantu menghasilkan perubahan ini.

Mengetahui mengapa Anda membaca akan menolong Anda menyesuaikan ekspektasi-ekspektasi Anda. Sekalipun Anda memakai rencana bacaan untuk menciptakan struktur dan membangun akuntabilitas, ingatkanlah diri Anda bahwa Anda membaca Alkitab pertama-tama karena Anda mengasihi Penulisnya. Berikut ini ada beberapa contoh jawaban untuk “Mengapa aku membaca?”

  1. “Aku ingin melihat gambar yang lebih utuh tentang kasih dan pengampunan Tuhan.” Sediakanlah lebih banyak waktu untuk membaca itu sendiri, dan pilihlah beberapa perikop yang lebih panjang yang menceritakan kisah seseorang. Bacalah Kejadian 1-3 atau Yohanes 19-21 atau kitab yang pendek seperti kitab Rut, Yunus atau Filemon.
  2. “Aku ingin memahami penghiburan Tuhan dalam kesusahanku.” Rencanakanlah untuk membaca mazmur-mazmur yang mengingatkan akan penyertaan Tuhan meskipun dalam kekelaman, penderitaan atau ketakutan. Mazmur 23 sudah sangat terkenal, tetapi tetap berharga untuk direnungkan secara teratur. Nikmatilah setiap perkataan, dan sediakanlah waktu ekstra untuk merenungkan dan berdoa setelah membaca.
  3. “Aku ingin lebih mengerti bagaimana Roh Kudus bekerja dalam hidup orang percaya.” Mulailah dengan janji-janji Yesus tentang kehadiran dan pekerjaan Roh Kudus di Yohanes 14 dan 16. Pakailah catatan dari studi Alkitab atau tafsiran yang baik untuk membantu Anda mengerti yang dikatakan Alkitab tentang Roh Kudus dan juga bagaimana gereja memahami ayat-ayat itu.

Jika Anda tidak tahu dari mana harus memulai, Anda bisa mencari beberapa rencana bacaan topikal di intouch.org/reading-plans.

Bagaimana Kita Membaca

Ini tidak berarti kita tak perlu membaca secara informasional. Seperti ditulis Jonathan Pennington dalam Come and See, “Alkitab tentu saja bukan sekadar buku berisi informasi, tetapi juga tak kurang dari itu.”

Membaca secara informasional berarti hanya membaca Alkitab  secara garis besar, untuk mengetahui isi keseluruhan dari yang tertulis. Cobalah membaca kitab Efesus, salah satu surat Paulus yang panjangnya sedang, secara sekaligus semua pasal. Setelah selesai membaca, gunakan 3-5 menit untuk memikirkan yang Anda baca. Bagaimana Anda menjelaskan isi kitab Efesus kepada seorang teman?

Jika Anda hanya membaca sekilas, Anda akan kehilangan detail-detail yang penting. Jadi bagaimana Anda membaca dengan lebih dalam? Pertama, temukan dan perhatikan konteks sejarah dan budaya dari yang Anda baca, pikirkan bentuk sastranya, dan pikirkan bagaimana orang lain membaca bagian yang sama itu. Jonathan Pennington menyebutnya membaca di belakang, di dalam dan di depan teks.

Pada kitab Efesus, misalnya, membaca di belakang teks berarti mempelajari sedikit tentang kota Efesus dan pelayanan Paulus di sana. Alkitab Studi yang baik bisa membantu banyak dalam hal ini, dan merupakan sumber awal yang baik dalam terjemahan Alkitab pilihan Anda. Membaca di dalam teks berarti menyadari bahwa Anda sedang membaca sebuah surat, tetapi surat dengan tujuan khusus: memuridkan orang-orang percaya di Efesus.

Tafsiran bisa membantu Anda membaca di depan teks dengan menjelaskan bagaimana orang Kristen mengartikan bagian-bagian yang sulit, seperti ayat-ayat tentang ketundukan di pasal 5 dan 6. Buku How to Read the Bible Book by Book (Bagaimana Membaca Alkitab Kitab demi Kitab), yang ditulis Gordon D. Fee dan Douglas Stuart, merupakan sumber yang baik untuk pembaca pemula secara umum. Ada juga beberapa tafsiran seluruh Alkitab. Di antaranya yang sudah digunakan secara luas adalah Tafsiran Matthew Henry, yang sekarang tersedia dalam bahasa yang diperbarui yang lebih mudah dimengerti oleh pembaca masa kini.

Membaca untuk studi/pendalaman berarti membaca perikop yang pendek dan menggalinya untuk “menemukan berlian,” seperti ditulis David Mathis dalam Habits of Grace. Bacalah Efesus 2:11-22 dengan saksama. Membaca di belakang teks perlu memahami bahwa gereja Efesus tidak hanya terdiri dari orang-orang Yahudi, seperti beberapa gereja kuno lainnya. Ini berarti Anda perlu tahu bahwa orang non-Yahudi berada di luar perjanjian Tuhan dengan orang Yahudi. Membaca di dalam teks, perhatikan kata “Karena itu” di ayat 11, maka Anda akan melihat Paulus membangun argumennya dengan hati-hati berdasarkan ayat-ayat sebelumnya yang menjelaskan apa yang telah berubah. Tetapi ketika Anda membaca di depan teks, Anda akan menemukan bersama pembaca lain bahwa argumen Paulus tentang kesatuan melampaui perpecahan orang Yahudi dan non-Yahudi kepada perpecahan gereja di setiap generasi – termasuk orang-orang yang kita hadapi saat ini di dalam denominasi-denominasi dan kelompok-kelompok masyarakat.

Membaca untuk mengingat (memori) merupakan cara lain “menikmati” Kitab Suci. Dasar untuk mengingat/menyimpan Firman ada di Perjanjian Lama, di ayat-ayat seperti Mazmur 119:11: “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” Ini tidak berarti memori memberi Anda jaminan untuk tidak berdosa, tetapi ketika Anda menyimpan firman Tuhan, Anda sedang menekankan firman itu ke semua sudut kehidupan Anda.

Hal ini mungkin tampaknya menakutkan, dan jika demikian, mulailah dari yang kecil. Pilihlah beberapa ayat pendek yang sarat dan kaya dengan Injil. Dengan tetap di kitab Efesus, Anda punya banyak opsi untuk menyimpan/mengingat ayat-ayat pendek! Pikirkan Efesus 1:7-10; 1:17-21; 2:4-10; 2:17-22; 3:20-21; 4:4-7; 4:25-32; 6:10-18.

 Merenungkan Alkitab

Salah satu cara menikmati Alkitab yang terpenting adalah dengan merenungkannya. Kitab Mazmur dimulai dengan gambaran tentang orang yang berbahagia/diberkati. “Kesukaannya ialah Taurat Tuhan,” tulis pemazmur, “dan merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1:2).

 Kata merenungkan (meditasi) mungkin kurang Anda pahami, atau Anda mungkin berpikir negatif tentang kata (meditasi) itu karena caranya digunakan dalam budaya populer. Tetapi merenungkan Alkitab adalah kunci untuk diubahkan oleh Firman. Dengan “memikirkan secara mendalam” ini,  Anda memenuhi pikiran dan hati Anda dengan Firrman Tuhan, bukan mengosongkannya seperti yang dianjurkan dalam beberapa bentuk meditasi lainnya.

Anda mungkin juga menganggap tindakan ini sebagai hal yang perlu Anda pelajari. Tetapi percaya atau tidak, Anda sudah merenungkan, meskipun Anda tidak menggunakan kata itu. Jika Anda pernah mengingat suatu pujian (atau kritikan) —memikirkannya lagi, memutarnya lagi, menghidupkannya lagi secara berulang-ulang di pikiran Anda—Anda sudah merenungkan. Bentuk perenungan yang tidak sehat ini lebih tepat disebut sebagai ruminasi. Dan Anda mungkin tahu manfaat (atau kerugian) yang timbul dari berfokus  pada pikiran dan kata-kata yang muncul saat Anda berada dalam kondisi ini.

Merenungkan Alkitab membuat firman Tuhan, bukan perkataan lainnya, menjadi fokus kita. Begitulah cara Anda memulai, dengan mengarahkan perhatian Anda pada Kitab Suci. Sebagaimana dikatakan David Mathis, “perenungan orang Kristen dimulai dengan mata yang tertuju pada Alkitab, atau telinga yang terbuka pada [Firman], atau pikiran yang penuh dengan ayat-ayat Alkitab yang diingat/dihafal.” Ketika Anda membaca dengan cara-cara seperti yang sudah kita bicarakan, Anda bagaikan tamu yang sudah mencicipi semua makanan dan mengenali yang benar-benar ingin Anda nikmati. Ketika Anda merenungkan, Anda hanya kembali ke bagian-bagian Alkitab yang ingin Anda beri perhatian lebih lanjut.

Salah satu cara merenungkan yang sudah teruji berlangsung seperti ini:

  1. Mulailah dengan berdoa, mohon Tuhan membuka mata dan hati Anda untuk melihat “hal-hal menakjubkan” dalam firman-Nya. (Lihat Mazmur 119:9-18).
  2. Bacalah Ucapan Bahagia (Matius 5:1-12) minimal dua kali.
  3. Luangkan waktu sejenak dan pilihlah satu ayat yang paling berkesan bagi Pikirkan dan ulangilah kembali ayat itu di pikiran Anda selama beberapa menit. Apakah ayat itu mengingatkan Anda pada ayat-ayat lain yang pernah Anda baca? Apakah ayat itu membuat Anda berpikir tentang cerita atau tokoh lain? Yang terpenting, apa yang disingkapkan ayat ini tentang Tuhan dan cara Dia mengasihi?
  4. Kemudian nantikanlah saja, biarkan keheningan sejenak sebelum Anda memanjatkan doa kepada Tuhan dengan kata-kata Anda sendiri.

Penting juga dicatat bahwa perenungan/meditasi Kristen itu bukan sekadar latihan pengembangan-diri. Pada akhirnya, tujuan kita merenungkan adalah untuk berjumpa dengan Seorang Pribadi. Perenungan kita tentang suatu ayat mengarahkan kita kepada Penulisnya, Perancang “anugerah yang di dalamnya kita berdiri” (Roma 5:2). Matthew Henry berkata, “Sebagaimana merenungkan merupakan persiapan terbaik untuk berdoa, doa juga merupakan hasil terbaik dari merenungkan.”

Selalu Baru

Alkitab adalah kumpulan teks yang menakjubkan—sumber segala penghiburan, sukacita dan pengertian yang dapat kita andalkan sepanjang hidup kita. Setiap kali kita kembali ke halaman-halamannya, kita akan menemukan sesuatu yang baru untuk dicerna – tetapi itu bukan karena Alkitab itu berubah. Kitalah yang berubah. Sebagaimana indera pengecap kita berkembang dari waktu ke waktu dan membuat kita dapat menikmati berbagai rasa yang lebih kompleks seiring bertambahnya usia kita, kedewasaan rohani kita juga mengubah cara kita berhubungan dengan firman Tuhan. Ayat-ayat yang sebelumnya kita anggap membosankan menjadi kaya dan indah, dan kata-kata yang sebelumnya pahit menjadi seperti madu di lidah kita. Jadi, mari kita datang ke meja makan setiap hari – dengan hati yang terbuka dan lapar akan perjamuan yang tak pernah membuat kita kekurangan.