Bagi Hati Yang Gelisah

(Charles F. Stanley)

Tekanan dan beban hidup tidak harus membuat putus asa.

Masa-masa hari raya selalu merupakan saat terpenting sepanjang tahun bagi saya. Ketika hawa dingin musim dingin mulai terasa, saya menantikan hari Pengucapan Syukur (Thanksgiving) dan Natal—saat-saat untuk merayakan berkat-berkat yang telah diberikan Tuhan, khususnya kelahiran Juru Selamat. Namun di sepanjang hidup dan tahun-tahun pelayanan saya, saya melihat bahwa masa-masa hari raya ini juga bisa menjadi saat yang sulit—betapa keputusasaan sering mengintai, mengikuti kita dari satu urusan ke urusan lain, dan dari acara yang satu ke acara yang lain—mengancam membebani perjalanan kita ke palungan kelahiran Kristus.

Realita yang menyedihkan adalah hidup kita tidak selalu seindah yang tampak pada kartu Natal yang sempurna. Kehilangan, kesepian, gangguan kesehatan, konflik relasi, keuangan dan masalah-masalah lainnya tidak mengenal musim. Dan kadang masalah-masalah itu datang ketika seluruh dunia sedang bergembira. Perbedaan yang kontras itu bisa membuat kita merasa semakin tak berdaya dan putus asa. Ke mana kita mencari pertolongan ketika hidup tampak tak ada harapan?

Ketika kita tak melihat ada jalan keluar dari masalah atau keputusasaan kita, kebanyakan kita ingin ditemani oleh orang yang pernah mengalami situasi serupa dan mengerti pergumulan kita. Mungkin itu sebabnya kita sangat mudah berpihak pada tokoh-tokoh Alkitab seperti Daud atau rasul Paulus yang mengalami keputusasaan dalam penderitaannya.

Di dalam 2 Korintus 1:8, Paulus menuliskan salah satu saat yang paling sulit dalam hidupnya, “Beban yang ditanggungkan atas kami begitu besar dan begitu berat sehingga kami telah putus asa juga mengenai hidup kami.” Pengalaman yang menghancurkan ini begitu berat sampai ia tak melihat jalan keluar dan merasa hidupnya akan segera berakhir: “Bahkan kami merasa seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati” (2 Korintus 1:9).

Entah Anda merasa tertekan diam-diam dalam keputusasaan akibat tumpukan berbagai tantangan hidup sehari-hari, atau hidup Anda sudah dijungkirbalikkan oleh suatu situasi yang terlalu berat dan menyakitkan, yang Anda butuhkan adalah penghiburan. Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “penolong” atau “penghibur” adalah paraklésis, yang artinya “meminta bantuan seseorang.” Dan bukankah itu yang kita butuhkan ketika kita merasa tertekan—seorang yang akan tinggal bersama kita, berjalan di samping kita melewati lembah kelam, dan menopang kita ketika semakin lemah?

Trinitas (Bapa, Putra dan Roh Kudus) adalah sumber penghiburan kita.

Ketika Paulus berada di titik terendah hidupnya, “Bapa yang penuh kemurahan dan sumber segala penghiburan” datang untuk menghiburnya di tengah penderitaan (2 Korintus 1:3). Apakah Anda mengenal Tuhan sebagai Penghibur, atau apakah Dia tampak lebih seperti Hakim yang menjatuhkan hukuman pada Anda? Kita kadang memiliki perspektif yang miring tentang Tuhan, yang tidak mencakup penghibur sebagai salah satu sifat-Nya.

Sifat penghibur Tuhan ditunjukkan oleh ketiga Pribadi Trinitas, bukan hanya oleh Bapa yang penuh kemurahan. Paulus berkata, “Sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah” (2 Korintus 1:5). Dan di Yohanes 14:6, Yesus menggambarkan Roh Kudus yang tinggal di dalam kita sebagai “Penolong yang lain,” yang dalam bahasa Yunani berarti penghibur atau penyemangat sejenis—yang dengan kata lain, sama dengan Yesus sendiri.

Ketiga Pribadi Trinitas sehakikat satu sama lain, dan seluruh pribadi Tuhan bekerja menopang kita, memberi penghiburan dan dukungan dalam kesusahan. Ketika diselamatkan, kita tidak dimaksudkan untuk bertahan hidup sendiri. Tuhan dengan lembut memelihara kita sebagai anak-anak-Nya dan Dia berjanji tak pernah meninggalkan atau membiarkan kita. Meskipun kita merasa seperti benar-benar sendirian dalam pergumulan kita, Tuhan hadir, menyertai dan menopang kita ketika kita tak punya kekuatan lagi untuk melanjutkan.

Jika kita tak pernah menghadapi masalah, kita tak pernah mengenal aspek penghiburan Tuhan  ini atau bersandar pada-Nya sebagaimana yang seharusnya. Sesungguhnya, Dia kadang mengizinkan kita mengalami penderitaan dan kesusahan yang melampaui kemampuan kita untuk menanggungnya “supaya [kita] jangan menaruh kepercayaan pada diri sendiri tetapi hanya pada Tuhan” (2 Korintus 1:9). Dia dalam kedaulatan-Nya memerintah atas segala situasi yang kita hadapi, membatasi intensitasnya dan menentukan dalamnya, lamanya dan gelapnya lembah yang kita lalui—semuanya dengan tujuan menolong kita melewatinya dan membuat kita makin serupa dengan Anak-Nya yang kekasih serta memiliki relasi yang lebih erat dengan Dia.

Bagaimana Tuhan menghibur kita?

Dengan begitu banyaknya janji penghiburan-Nya, mengapa kita kadang tak dapat merasakannya? Kita bergumul dan tenggelam, dan merasa seakan-akan Dia meninggalkan kita sendirian. Mungkin masalahnya adalah kita belum memanfaatkan sarana-sarana penghiburan yang Dia sediakan.

  • Respons pertama kita dalam menghadapi penderitaan atau kesusahan seharusnya adalah datang pada Tuhan dalam doa, mencurahkan segala permohonan dan persoalan kita kepada-Nya, Bapa yang pengasih. Tuhan selalu menyertai kita ke mana pun kita pergi dan apa pun yang sedang kita lakukan. Situasi kita mungkin membuat kita merasa sebaliknya, tetapi jika kita menemukan saat bersekutu dengan-Nya, kita dapat dipenuhi dengan terang, hikmat, kasih dan damai sejahtera-Nya.
  • Kitab Suci. Kedua, pada saat menderita dan kesusahan kita dapat menghampiri firman-Nya dengan berdoa, meminta Roh Kudus menolong kita dalam membaca dan memahaminya. Inilah salah satu cara utama Tuhan berbicara pada kita dan memperbarui pengharapan kita. Mazmur 119:49-50 berkata, “Ingatlah firman yang Kaukatakan kepada hamba-Mu, oleh karena Engkau telah membuat aku berharap. Inilah penghiburanku dalam sengsaraku, bahwa janji-Mu menghidupkan aku.”

Jika Anda tidak tahu dari mana harus memulai, bacalah kitab Mazmur. Di sana Anda akan menemukan Daud yang berseru kepada Tuhan dalam keputusasaan sambil mendekat pada-Nya untuk menerima penghiburan. Kita juga bisa mendapatkan kekuatan dari cerita-cerita Alkitab tentang orang-orang seperti Paulus yang mengarungi penderitaan dengan tetap memercayai Tuhan.

Ketika Roh Kudus menanamkan Firman Tuhan di hati dan pikiran kita, perspektif kita berubah. Kita akan menyadari kebenaran kata-kata Paulus – bahwa kemuliaan kekal yang menanti kita jauh lebih besar dari penderitaan kita yang sementara sekarang ini (2 Korintus 4:17). Situasi kita mungkin tidak berubah, tetapi sikap kita akan berubah. Alih-alih berfokus pada kesulitan dan penderitaan, pandangan kita akan tertuju pada Tuhan dan firman-Nya dan kepercayaan kita pada-Nya akan bertumbuh.

  • Penghiburan Tuhan juga diberikan pada kita melalui sesama orang percaya. Orang Kristen tidak dimaksudkan untuk hidup dalam kesendirian melainkan sebagai komunitas orang percaya yang saling mengasihi dan memerhatikan. Ketika satu orang menderita, yang lain datang untuk menolong. Dan ketika setiap kita mendekat pada Tuhan dan menerima penghiburan-Nya, kita akan dimampukan untuk menghibur orang lain dengan penghiburan yang telah kita terima sendiri dari Tuhan (2 Korintus 1:4).

Cara kita menyikapi keputusasaan sangat penting.

Salah satu siasat pilihan Iblis adalah keputusasaan. Jika ia dapat membuat kita putus asa, pertumbuhan rohani kita akan terhambat, keberbuahan kita terhalang dan penyembahan kita terganggu. Kita akan sering berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan atau marah pada kita, padahal kita seharusnya ingat bahwa Dialah yang dapat memberi pengharapan dan penghiburan pada saat kita menderita.

Ketika hidup Anda tiba-tiba runtuh dan Anda dikuasai kecemasan, ketakutan atau kesedihan, apakah Anda menarik diri ke dalam lubang penderitaan? Apakah Anda menjadi marah atau berkubang dalam mengasihani diri? Respons seperti ini tidak akan memberi kelegaan, malah mungkin membuat Anda makin menderita. Mungkin Anda sudah berseru kepada Tuhan meminta tolong tetapi Anda menjadi kecewa karena Dia tidak mengubah situasi Anda. Kita terlalu sering menginginkan Tuhan melakukan yang kita mau dan segera menolong kita, padahal yang akan Dia berikan pada kita jauh lebih besar—penghiburan yang datang dari mengenal Dia. Pada saat hening sendirian dengan Tuhan itu, Dia akan memberi kita kekuatan dan penghiburan untuk bertekun, serta kasih karunia untuk percaya dan bersuka di dalam Dia saja. Tak ada di dunia ini yang sebanding dengan keintiman yang kita temukan dalam kehadiran-Nya pada saat kesusahan. Saya berdoa supaya Anda hidup dengan percaya diri dan mengasihi dengan berani – dan supaya ketika Anda mendekat pada Tuhan dan umat-Nya, Anda menemukan kasih karunia yang membuat Anda sepenuhnya milik-Nya.