Cara Melakukan Percakapan Yang Bermakna

(Heather Holleman & Staf In Touch Ministries)

Panduan Sentuhan Hati untuk Kesehatan Rohani Yang Lebih Baik

Pernahkah Anda merasa hampa setelah bercakap-cakap dengan seseorang? Anda berdua sudah bertemu dan mengobrol, tetapi setelahnya, entah mengapa Anda tetap merasakan kesepian yang sama seperti tak pernah bertemu sama sekali. Ini terjadi pada kita semua—bercakap-cakap tanpa terhubung. Ada waktu dan tempat tertentu untuk terjadinya hal itu, seperti saat transaksi di pusat perbelanjaan atau obrolan ringan yang tergesa-gesa di ruang istirahat tempat kerja. Tetapi saat kita tidak bisa merasakan keterhubungan mendalam yang kita dambakan, atau ketika kita tak dapat sepenuhnya hadir bagi seseorang yang membutuhkan pertemanan kita, itu adalah saatnya untuk melakukan hal yang berbeda.

Anda mungkin berpikir Anda sudah tahu bagaimana caranya melakukan percakapan yang bermakna – tetapi hasil riset menunjukkan hal yang sebaliknya. Di zaman dialog sepihak melalui kotak pesan, postingan di media sosial atau media digital lainnya ini, banyak orang bergumul untuk bercakap-cakap secara sehat. Bagi banyak dari kita, keterampilan terasa kaku, dan ini terjadi di zaman ketika kesepian berada di titik tertinggi sepanjang masa. Banyak orang membutuhkan hubungan yang tulus, dan sebagai orang percaya yang dipanggil untuk menanggung beban satu sama lain, kita seharusnya dapat dan bersedia melakukannya.

Dalam panduan ini, kami berharap dapat membantu Anda untuk terhubung dengan siapa saja yang ada di dekat Anda—keluarga, teman lama, rekan kerja, tetangga, orang asing, atau bahkan musuh. Tujuannya bukan untuk mengubah setiap percakapan menjadi agenda atau sesi terapi, melainkan untuk memberi ruang agar kedua pihak dapat dilihat dan diperhatikan. Kami ingin menawarkan alat bantu yang dapat menolong Anda mengetahui apa yang harus dilakukan ketika orang yang Anda kasihi tampak tertekan atau ada hal yang tak berani ia ungkapkan. Tak seorang pun dapat memaksakan terjadinya percakapan yang bermakna, tetapi menciptakan lingkungan yang tepat akan membuat hal itu lebih mungkin terjadi.

Pembangun Hubungan dalam Percakapan: Empat Pola Pikir

Bagaimana hubungan yang hangat dan bermakna dengan orang lain dapat dibangun? Kita akan mulai dengan Empat Pola Pikir dalam Percakapan yang Penuh Kasih*:

Memiliki rasa ingin tahu.

Memercayai yang terbaik.

Menunjukkan kepedulian.

Membagikan hidup Anda.

Ketika keempat pendekatan ini bekerja sama dalam percakapan, kita dapat membangun yang disebut para ahli sosial “hubungan yang hangat.” Tetapi kebanyakan kita mengalami kesulitan setidaknya dengan salah satu dari sikap mental ini. Kita mungkin ragu-ragu ketika ingin tahu tentang orang lain dan bertanya tentang kehidupannya, karena kita telah diajarkan bahwa hal itu tidak sopan. Kita mungkin merasa curiga terhadap tetangga yang memilih calon politikus yang berbeda atau memiliki pandangan sosial yang tidak sama dengan kita, lalu ketika kita mulai menganggap mereka tak dapat mengajarkan apa-apa pada kita, kita telah gagal untuk memercayai yang terbaik. Atau barangkali menunjukkan kepedulian terhadap masalah orang lain membuat kita merasa tak layak untuk membagikan apa pun tentang diri kita sendiri.

Namun jika kita memerhatikan Yesus, kita melihat pola-pola pikir ini menjadi kunci hubungan yang bermakna. Yesus ahli dalam keingintahuan, dan catatan-catatan Perjanjian Baru menunjukkan Dia mengajukan pertanyaan demi pertanyaan. Meskipun, mengapa juga Dia bertanya, ketika Dia sudah tahu jawaban semua orang itu? Ini karena Dia tahu bahwa keingintahuan memfasilitasi percakapan yang terbuka dan tulus.

Yesus makan dan bergaul dengan orang-orang berdosa karena, meskipun mereka memiliki kekurangan dan kesalahan, Dia menghargai mereka sebagai manusia dan memandang mereka dengan belas kasihan sebagai orang-orang yang patut diselamatkan. Dia juga membagikan hidup-Nya kepada para murid – dengan makan, beristirahat, dan melakukan perjalanan bersama – dan mereka menyaksikan beberapa peristiwa terkelam dalam hidup-Nya. Namun yang terpenting, Yesus membagikan hidup-Nya pada kita. Itulah salah satu cara Dia menunjukkan kepedulian kepada semua orang di dunia. Dan Dia memanggil kita untuk melakukan hal yang sama dengan mengasihi sesama kita – yang dikatakan Alkitab sebagai memenuhi seluruh Hukum Tuhan (Matius 22:36-40; Galatia 5:14).

Kita tidak harus sempurna seperti Yesus untuk menunjukkan keempat pola pikir ini dalam relasi-relasi kita. Sesungguhnya, Anda mungkin sudah menjalaninya ketika Anda bercakap-cakap dengan seorang teman. Ambillah waktu untuk menanyakan hal-hal berikut ini pada diri Anda sendiri:

  • Kapan terakhir kali Anda mengalami percakapan yang bermakna dengan seseorang?
  • Bagaimana perasaan Anda selama interaksi itu? Dan sesudahnya?
  • Apa yang paling menarik perhatian Anda dari percakapan itu?

Mengajukan Pertanyaan Pertama

Terkadang bagian tersulit dari percakapan adalah memulainya. Kita semua pernah bertanya, “Apa kabar?” tetapi pertanyaan itu tidak selalu membawa percakapan ke arah yang bermakna, karena tidak jelas dan terbuka. Sebaliknya, jika kita ingin terhubung dengan seseorang, kita bisa berkata, “Halo! Senang bertemu dengan Anda!” lalu kita bisa mengajukan pertanyaan dari salah satu aspek kehidupan berikut ini*:

  • Sosial (orang dan hewan peliharaan): “Dengan siapa Anda menghabiskan waktu akhir-akhir ini?
    Bagaimana kabarnya _________?”
  • Emosional (perasaan): “Bagaimana perasaan Anda tentang [tim olahraga, acara, atau cerita dalam berita] itu?”
  • Fisik (ruang, tubuh, panca indera): “Apakah Anda sedang mengadakan proyek renovasi rumah? Mencoba restoran baru? Bagaimana tidur Anda?”
  • Kognitif (pikiran): “Apa yang sedang menjadi fokus Anda akhir-akhir ini?”
  • Kehendak (keputusan): “Bagaimana Anda memutuskan untuk___________?”
  • Spiritual (kehidupan dan pandangan religius): “Apakah Anda memperingati hari raya keagamaan yang akan datang?”

Menjadikan Bermakna

Ketika teman bicara Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Anda dapat beranjak ke hubungan yang bermakna dengan menunjukkan kepedulian dan membagikan hidup Anda. 

Menanyakan tentang Stres. Salah satu cara terbaik untuk memulai hubungan yang lebih dalam, meskipun Anda sudah memulai dengan pertanyaan tentang olahraga atau cuaca, adalah dengan bertanya tentang hal-hal yang menunjukkan kepedulian. Pertanyaan pembuka yang baik adalah, “Apa yang menjadi sumber stres Anda minggu ini?” atau variasi lainnya tentang kecemasan atau pikiran yang membuat orang itu tak bisa tidur di malam hari. Ketika kita bertanya tentang hal-hal ini, kita mengundang orang untuk melepaskan bebannya. Lalu kita dapat belajar memikul beban orang lain dengan memberi dorongan, membantu semampu kita, dan mengarahkan rekan percakapan itu kepada penyertaan dan pemeliharaan Tuhan.

Memerhatikan Nilai-Nilai Inti. Cara lain untuk membuat percakapan bermakna adalah dengan memakai keterampilan mendengarkan secara aktif. Ketika orang menjawab pertanyaan kita, kita dapat memerhatikan nilai-nilai intinya. Mengatakan lagi yang kita temukan tentang prioritas-prioritas hidupnya akan lebih cepat menunjukkan pengertian dan kasih daripada hampir semua hal lainnya.

Sebagai contoh, jika kita bertanya tentang sumber stres utamanya dan mendengar betapa kecewanya ia dengan perubahan rencana, penundaan penerbangan, atau tanggal pertemuan yang tidak pasti, kita tahu bahwa ia menghargai jadwal yang teratur dan dapat diduga. Anda dapat berkata, “Saat Anda berbicara, saya dapat mengatakan bahwa jadwal Anda sangat penting bagi Anda, dan sungguh sulit ya ketika segala sesuatu menjadi tidak terduga.” Pada awalnya, mengidentifikasi nilai-nilai inti ini mungkin sulit, dan mengatakannya kembali kepada orang itu mungkin terasa canggung. Namun dengan terus berlatih, hal ini akan menjadi lebih mudah. ​​Dan semakin Anda melihat respons positif, semakin Anda akan terdorong untuk terus mencoba.

Pikirkanlah daftar jawaban untuk pertanyaan, “Apa yang terjadi selama akhir pekan?” Jika mereka berbicara tentang kategori-kategori berikut ini, Anda bisa menebak hal apa yang mereka hargai:

Apa yang mereka lakukan sendiri (Kemandirian)

Apa yang berhasil mereka atasi (Keberanian dan Ketangguhan)

Apa yang mereka kenakan atau bagaimana penampilan mereka (Estetika dan Desain)

Apa yang mereka lakukan di gedung olahraga atau dapur (Kesehatan dan Kesejahteraan)

Merefleksikan kembali nilai-nilai inti ini akan membuat orang merasa diperhatikan, didengar dan yang terpenting merasa aman untuk lebih mengungkapkan – apa yang sebenarnya ada di hatinya.

Memantau Kelanjutannya. Apakah Anda pernah mengungkapkan suatu hal yang pribadi atau penting, dan kemudian teman bicara Anda sama sekali melupakannya? Pengalaman itu bisa membuat Anda merasa tidak penting dan ragu-ragu untuk terbuka lagi setelah itu. Karena kita ingin teman bicara kita merasa aman dan nyaman, mari kita perhatikan dua cara menjaga kepercayaan dan hubungan, meskipun percakapan sudah berakhir.

  • Gunakan jurnal (atau aplikasi catatan di ponsel Anda) untuk menuliskan kata-kata kunci dari percakapan Anda. Catatan ini tidak harus rapi atau sangat teratur – tetapi cukup jelas untuk menggugah memori Anda sebelum percakapan berikutnya.
  • Apakah orang itu menyebutkan tanggal penting tertentu di waktu mendatang, seperti janji ketemu dokter atau sesi wawancara? Catatlah peristiwa atau acara ini di kalender Anda agar Anda ingat untuk mengeceknya kemudian.

Membagikan Hidup Anda. Cara lain untuk membuat percakapan lebih bermakna adalah dengan menceritakan apa yang terjadi dalam hidup Anda sendiri. Jika waktunya tepat, cobalah ungkapan yang ada di pikiran Anda. Sebagai contoh, Anda bisa membagikan apa yang menjadi pergumulan Anda akhir-akhir ini atau apa yang membuat Anda cemas minggu ini. Ketika kita menyampaikan hal yang sulit, kita membantu menciptakan ruang yang aman untuk orang merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan berkata jujur. Keterbukaan menyatakan bahwa kita memercayai teman-teman kita – dan bahwa mereka dapat memercayai kita juga.

Berdoa pada Tuhan. Hal terpenting yang dapat kita lakukan untuk relasi-relasi kita adalah meminta Tuhan menolong kita menjadi pendengar yang baik. Jika kita jujur, kita sering kurang mendengarkan orang lain dengan baik ketika kita memikirkan apa yang akan kita katakan selanjutnya atau menanti kesempatan untuk bercerita. Tetapi untuk mendengarkan orang lain dengan baik perlu kerendahan hati, yang merupakan masalah hati yang memerlukan pertolongan Tuhan.

  • Pikirkanlah untuk memakai doa berikut ini sebelum Anda bertemu dengan seorang teman: Tuhan, aku ingin sungguh-sungguh mendengarkan orang lain. Tolonglah aku menjadi pendengar yang baik dan sahabat yang rendah hati. Dalam nama Yesus, amin.

Tidak semua percakapan harus mengubah hidup, tetapi ketika kita perlu terhubung dengan seseorang, kita harus tahu caranya. Jadi, lain kali saat percakapan tidak berjalan lancar, seorang teman tampak sangat tertekan, atau Anda merasa sangat kesepian, cobalah saran-saran dari panduan ini dan sadarilah bahwa Anda diperlengkapi untuk melangkah maju dan terhubung. Bercakap-cakap adalah salah satu cara kita untuk “saling menanggung beban, dan dengan demikian memenuhi hukum Kristus” (Galatia 6:2). Bercakap-cakap juga merupakan salah satu cara—mungkin cara terbaik—untuk kita menjadi manusia seutuhnya. Tuhan tahu bahwa tidak baik jika Adam seorang diri saja, dan itu berlaku bagi setiap orang yang diciptakan menurut gambar-Nya (Kejadian 2:18)—dengan kata lain, seluruh umat manusia. Kita diciptakan untuk berkomunitas dan dirancang untuk kebersamaan, apa pun bentuknya. Dan melalui memberi-dan-menerima dalam percakapan yang menyenangkan, kita membantu membentuk ikatan yang sangat dibutuhkan.

*Pemikiran ini diambil dari buku terbaru penulis, The Six Conversations: Pathways to Connecting in an Age of Isolation and Incivility.