Cara Menggairahkan Roh Anda

(John VandenOever)

Ada satu pengejaran yang paling menggairahkan kita dalam menjalani hidup yang benar.

Pada suatu hari Minggu, guru Sekolah Minggu saya di kelas lima meletakkan Alkitabnya di meja di depan kami, dan kemudian menutupinya dengan kartu-kartu bisbol, stiker-stiker, video game genggam, serta majalah-majalah. Ia lalu bertanya, “Dapatkah kalian melihat Alkitab di bawah semua benda hiburan ini?”

Saya tidak selalu menghargai apa yang sedang ia berusaha katakan pada saat itu. Meskipun saya terus mengikuti tim bisbol favorit saya, membaca buku menarik terbaru, menonton berita-berita dan budaya, Alkitab saya selalu ada di dekat saya. Meskipun harus saya akui bahwa dampaknya jauh lebih sering berkurang ketika saya memberikan terlalu banyak waktu dan perhatian kepada hal-hal yang kurang penting.

Paling-paling, segala hiburan itu menyenangkan, tetapi faktanya tak pernah benar-benar memuaskan. Saya sedang belajar untuk kurang puas dengan hal-hal semacam itu. Saya ingin yang lebih dari sekadar hiburan – bukankah begitu? Itu sebabnya saya sangat setuju dengan kebenaran yang mengatakan bahwa sukacita datang dari mengenal Kristus lebih dalam dan bersandar pada-Nya lebih lagi. Dalam khotbahnya yang diberi judul “Lapar dan Haus akan Tuhan,” Dr. Stanley menjelaskan seperti ini: “Ketika Anda memiliki relasi yang membuat haus dan lapar akan Tuhan, tahukah Anda apa yang terjadi? Anda dibebaskan. Tuhan mulai membebaskan Anda dari hentakan dan tarikan dunia. Mengapa? Karena sekarang jiwa Anda berpesta dan dipuaskan dengan Tuhan sendiri. Roh Anda dipuaskan dengan Tuhan ketika Anda mendengarkan Dia, membaca firman-Nya dan berkomunikasi dengan Dia.”

Ketika saya bangun agak lebih awal untuk menikmati lebih banyak menit-menit – bahkan sampai satu jam – bersama Tuhan dan firman-Nya, ada kegairahan yang tak terkira di dalam roh saya. Saya menjadi sangat percaya kepada-Nya, kurang ragu-ragu dalam menghadapi tantangan, kurang mengkhawatirkan masa depan, dan lebih bersukacita tentang hari itu. Dan ketika saya mendoakan kembali ayat-ayat Kitab Suci kepada Tuhan, saya jadi mengerti yang dimaksud penulis Ibrani ketika ia menyebut kebenaran ini “hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun … “ (Ibrani 4:12).

Hal-hal yang kurang penting masih menarik saya, tetapi ketika saya belajar untuk hidup di hadapan Tuhan, lebih mendekat dan makin terhubung, semua itu menjadi karunia-karunia untuk dinikmati – bukan nafsu keinginan daging yang mengambil tempat-Nya di hati saya.