Cara Menghibur Yang Tak Terkatakan
(Charity Singleton Craig)
Jangan anggap remeh kekuatan dari kehadiran.
Saya terdampar di pantai selatan Maine dan sangat rindu rumah. Saat itu adalah musim panas antara tahun pertama dan kedua perkuliahan saya, dan saya bergabung dengan sebuah tim pelayanan yang melakukan penjangkauan di wilayah pesisir. Selain menghadapi tantangan-tantangan yang biasa tentang bekerja dalam tim, saya masih bergumul dengan tantangan berada jauh dari keluarga untuk pertama kalinya. Setelah sekian lama, yang saya pikirkan hanyalah pulang. Ibu dan Ayah ingin sekali menolong, tetapi mereka merasa meninggalkan tim akan membuat saya makin kehilangan semangat daripada bertahan di sana selama musim panas. Jadi, alih-alih menyediakan dana untuk saya pulang, Ibu membeli tiket pulang pergi untuk dirinya sendiri untuk mengunjungi saya.
Selama waktu kami bersama-sama, situasi-situasi saya tidak berubah. Semua rasa frustrasi yang sama tetap ada. Tetapi kehadiran Ibu menghibur saya. Ibu mengingatkan saya pada alasan saya pertama kali melakukan perjalanan ke Maine, dan membantu saya meletakkan sisa minggu-minggu pelayanan saya pada perspektif yang benar.
Di dalam 2 Korintus 7:5-7, rasul Paulus juga berbicara tentang menerima kunjungan yang menghibur dan memberkatinya. Dalam perjalanan misinya yang kedua, ketika ia dan Silas berada di Troas di ujung barat laut Asia Kecil, Paulus mendapat penglihatan tentang seseorang yang berkata, “Menyeberanglah ke Makedonia dan tolonglah kami” (Kisah Para Rasul 16:6-10). Karena percaya Tuhan memanggil mereka ke wilayah baru itu, mereka pun segera menuju ke sana.
Di Makedonia, Paulus dan Silas menemukan pendengar yang sangat antusias terhadap Injil. Tetapi tak lama kemudian, situasi-situasi berubah tragis. Mereka berdua ditangkap di Filipi (Kisah Para Rasul 16:16-21) dan kemudian diserang segerombolan orang di Tesalonika (Kisah Para Rasul 17:1-9). Paul menjadi sangat letih. “Kami tidak beroleh ketenangan bagi tubuh kami. Di mana-mana kami mengalami kesusahan,” tulisnya. Dan ia tidak hanya menghadapi “pertengkaran dari luar” tetapi juga “ketakutan dari dalam” (2 Korintus 7:5). Kesusahan selama mereka berada di Makedonia tak ada habisnya. Tetapi di tengah segala huru hara ini, “Tuhan, yang menghiburkan orang yang rendah hati, telah menghiburkan kami dengan kedatangan Titus,” tulis Paulus (2 Korintus 7:6).
Tentu saja tidak banyak yang dapat dilakukan Titus untuk mengubah situasi-situasi Paulus. Ancaman hidup sehari-hari pada abad pertama Kekaisaran Romawi tak dapat dielakkan. Tetapi yang dibutuhkan Paulus bukanlah kelepasan dari situasinya, melainkan pengingat akan panggilannya. Melihat Titus, yang dianggapnya sebagai “anak yang sah dalam iman yang sama” (Titus 1:4), membuat sang rasul mengingat kembali alasan ia menanggung berbagai kesulitan dalam memberitakan Injil.
Ada dimensi lain pada penghiburan Titus: Ia sendiri baru saja menerima penghiburan yang sama ketika berkunjung ke Korintus. Ketika Titus akhirnya bertemu Paulus, ia datang dengan kesegaran dan membawa pesan tentang “kerinduan, keluhan dan kesungguhan” jemaat Korintus (2 Korintus 7:7). Hal ini seperti yang dijelaskan Paulus sebelumnya dalam suratnya kepada jemaat di Korintus: Tuhan “yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Tuhan” (2 Korintus 1:4).
Karena kemurahan-Nya, Tuhan mengutus Titus kepada Paulus di Makedonia—dan Ibu saya kepada saya di Maine—untuk menyampaikan penghiburan yang disediakan bagi mereka. Dan Dia memanggil kita untuk melakukan hal yang sama kepada orang-orang dalam hidup kita yang menghadapi keputusasaan. Terkadang itu artinya kita datang dengan memberikan bantuan nyata: membawakan makanan, memotong rumput, memberikan tumpangan. Di lain waktu, sekadar kehadiran kita saja sudah cukup. Kita menjadi pendengar yang baik, mengisi tempat duduk di depan meja, menempati kursi di samping tempat tidur. Dan selalu dengan pemahaman bahwa Tuhan sudah dan akan memberikan penghiburan yang sama pada kita melalui orang lain ketika kita membutuhkannya.