Dari Hati Gembala

(Charles F. Stanley)

Tuhan memakai masa-masa kelam untuk membuka mata kita bahwa kita membutuhkan Tuhan

Saat-saat gelap, saat kita tidak bisa melihat apa yang terjadi, adalah saat yang paling menyusahkan dalam kehidupan. Ada banyak saat ketika saya berseru kepada Tuhan dan mempertanyakan mengapa sesuatu terjadi. Tetapi di dalam semua doa-doa saya itu, Tuhan tetap diam. Saat semacam itu bisa terasa seperti memasuki terowongan gelap nan panjang yang tanpa cahaya terang di ujungnya.

Saya yakin Anda mungkin juga pernah mengalami hal yang sama ketika masalah dan penderitaan membuat Anda bertanya-tanya, di manakah Tuhan dan apa yang sedang Dia lakukan. Anda bahkan mungkin merasa seperti Ayub, yang merindukan hari-hari terang di masa silam: “Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam, seperti pada hari-hari, ketika Tuhan melindungi aku, ketika pelita-Nya bersinar di atas kepalaku, dan di bawah terang-Nya aku berjalan dalam gelap” (Ayub 29:2-3).

Menghadapi situasi semacam itu tidak mudah, tetapi itulah salah satu cara yang Tuhan pakai untuk

mengajar kita tentang siapa Dia dan bagaimana Dia bekerja.

Tidak salah jika kita bertanya kepada Tuhan mengapa kita mengalami kesusahan, tetapi kita harus tahu bahwa Tuhan tidak wajib memberi penjelasan kepada kita. Dan saya telah mendapati, bahwa kalau pun Tuhan menjawab, biasanya bukan pada saat saya bertanya, tetapi sesudahnya. Bahkan terkadang kita harus menunggu sampai kita tiba di surga.

Betapa pun kita ingin mengetahui segala yang terjadi dalam hidup kita, pikiran dan jalan Tuhan jauh lebih tinggi daripada jalan dan pikiran kita, sehingga sering tak terselami oleh kita (Yesaya 55:8-9). Namun Dia selalu memberi kita cukup tuntunan dan kekuatan dalam firman-Nya untuk menolong kita melangkah dengan penuh kemenangan bersama-Nya melalui masa-masa sulit.

Berbagai persoalan menyingkapkan di mana seharusnya tempat Tuhan dalam hidup kita.

Apakah Tuhan mendapat prioritas utama kita, atau apakah Dia baru terpikir kemudian? Sayangnya, banyak orang Kristen begitu disibukkan dengan aktivitas dan tugas-tugas mereka sendiri sehingga mereka tidak punya waktu untuk Tuhan jika tidak mengalami situasi darurat.

Tuhan memakai saat-saat gelap untuk membuka mata kita bahwa kita membutuhkan Dia. Jadi biarkan kegelapan itu memotivasi Anda untuk mendekat pada-Nya, bukan malah menjauh dari-Nya.

Mulailah hari ini dengan membangun dasar yang akan menstabilkan Anda dalam mengarungi masa-masa gelap dalam kehidupan.

Anda dapat melakukannya dengan mencari Tuhan. Mazmur 105:4 berkata, “Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu.” Ini berarti dalam situasi baik atau pun buruk, kita harus selalu berusaha mengenal Tuhan lebih utuh, mengasihi Dia lebih dalam, dan memahami jalan-jalan-Nya lebih baik lagi.

Keselamatan barulah awal dari relasi kita dengan Tuhan. Masih ada jauh lebih banyak yang Dia sediakan bagi orang-orang yang mencari Dia, dan firman-Nya menjelaskan bagaimana kita dapat memperolehnya.

Pertama-tama, kita harus mencari Tuhan dengan segenap hati. “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati” (Yeremia 29:13).

Ini bukan sekadar perhatian yang sambil lalu terhadap Tuhan. Ini berarti Dia harus menjadi prioritas utama Anda, yang terpenting dalam hidup Anda, dan menjadi pengejaran yang dimotivasi oleh kasih dan kerinduan untuk berelasi lebih dalam dengan Dia.

Fokusnya pada Tuhan, bukan pada apa yang dapat Dia lakukan bagi Anda.

Mencari Tuhan dengan segenap hati tidak bisa disertai sikap toleran terhadap dosa dalam hidup kita (Yesaya 55:6-7). Ini tidak berarti kita harus tidak berdosa, tetapi orang yang mencari Tuhan akan berjuang mengatasi kelemahan mereka dan bukan menyerah begitu saja pada kelemahan. Mereka bersedia melepaskan diri dari apa pun yang tidak sesuai dengan identitas mereka sebagai pengikut Yesus.

Mencari Tuhan dengan tekun. “Orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku” (Amsal 8:17).

Karena ada banyak sekali hal-hal yang mengacaukan pikiran dan mencuri waktu kita, kita harus dengan sengaja berusaha untuk mengutamakan Tuhan. Hal ini membutuhkan pengorbanan – perlu mengesampingkan hal-hal lain agar dapat menyediakan waktu bersama Tuhan.

Kita biasanya bersedia menyediakan waktu untuk hal-hal yang kita hargai – seperti mengembangkan hobi atau merawat kesehatan kita. Apakah kita juga bersedia memberikan waktu dan tenaga untuk mempelajari Alkitab dan berdoa, untuk mengejar relasi yang lebih dalam dengan Tuhan?

Carilah Dia dengan iman. “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Tuhan. Sebab barangsiapa berpaling kepada Tuhan, ia harus percaya bahwa Tuhan ada, dan bahwa Tuhan memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6).

Kita harus selalu datang pada Tuhan dengan iman, dan percaya bahwa Dia akan melakukan yang Dia katakan. Kita perlu tahu betapa Dia sangat mengasihi kita dan percaya bahwa Dia dapat diandalkan dalam setiap situasi, karena Dia berjanji akan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28).

Hidup yang mengejar Tuhan bukan hanya untuk orang-orang seperti pendeta, tetapi juga untuk semua anak-anak-Nya. Setiap orang percaya dapat datang dengan penuh keberanian ke hadirat Tuhan. Bukankah masuk akal untuk memulainya sekarang juga?

Mencari Tuhan itu bagaikan datang ke tambang emas untuk mencari harta karun.

Anda tidak akan pernah mencapai sampai ke dasar, tetapi semakin Anda menggali, semakin Anda perlu dan ingin menggali lebih dalam dan melanjutkannya. Dan hal yang sangat indah dari tempat ini adalah bahwa di tempat inilah damai sejahtera kita ditemukan. Ketika Anda menggali lebih dalam di hadirat-Nya, Anda menjadi semakin dekat dengan Dia yang memberi Anda kekuatan dan stabilitas pada masa-masa sukar. “Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah” (Mazmur 62:3).

Carilah Tuhan dan tambatkanlah diri Anda secara permanen di dalam Dia. Itulah cara Anda melalui masa-masa kelam dalam kehidupan. Anda mungkin menderita, tetapi Anda tak akan pernah menjadi putus asa sepenuhnya jika Anda bersandar pada Tuhan.