Dari Hati Gembala

Melanjutkan tradisi mengasihi orang lain dengan rela berkorban dan murah hati seperti Kristus.

Pada bulan perayaan yang istimewa ini, saya ingin mengajukan satu pertanyaan pada Anda: Bagaimana sikap Anda dalam memberi hadiah? Apakah Anda orang yang senang memilih hadiah yang benar-benar tepat, dan menanti dengan harap-harap cemas ketika penerima membukanya? Atau apakah materialisme yang sering tampak di musim ini membuat Anda bertanya-tanya apakah tindakan itu benar-benar memiliki manfaat rohani?

Natal adalah kesempatan yang indah untuk menyatakan kasih dan penghargaan kepada orang lain.

Meskipun komersialisme sudah merusak tradisi memberi hadiah sampai tingkat tertentu, tetapi ini bukanlah alasan yang tepat untuk meninggalkan tradisi itu dan menghilangkan kebiasaan membuat orang lain bersukacita.

Tak ada waktu yang lebih baik di sepanjang tahun untuk menunjukkan niat baik kepada orang-orang di sekitar kita — Natal yang mula-mula juga dicirikan dengan memberi. Mari kita perhatikan bersama beberapa pemberian luar biasa yang menandai kelahiran Juru Selamat:

Maria memberikan tubuh serta reputasinya (Lukas 1:26-38).

Ia bersedia mengandung Kristus di dalam rahimnya, menyerahkan hidupnya kepada rencana Tuhan. Dan karena ia belum menikah, ia juga memberikan reputasinya. Meskipun ia sudah bertunangan dengan Yusuf sebagai tanda ikatan akan menikah, kedapatan hamil sebelum upacara pernikahan merupakan bukti dosa besar di mata orang lain dan sangat memalukan bagi seorang gadis.

Yusuf memberi dukungan dan perlindungan (Matius 1:18-25).

Ketika mendapati Maria mengandung, Yusuf memutuskan untuk meninggalkannya dengan diam-diam agar tidak mempermalukannya. Tetapi malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Yusuf dalam mimpi, dan menjelaskan bahwa Anak itu dikandung oleh Roh Kudus, dan menyuruhnya untuk mengambil Maria sebagai istrinya. Yusuf taat dan memberikan perlindungan dan dukungan kepadanya.

Kaisar Agustus memberi dekrit/perintah (Lukas 2:1-7).

Kaisar Romawi mengeluarkan dekrit tentang penghitungan penduduk untuk menjalankan rencananya menarik pajak dari semua orang. Meskipun ia menganggap pengadaan sensus ini merupakan idenya, sesungguhnya Tuhanlah yang sedang memakainya untuk menggenapi rencana ilahi-Nya. Nubuat menyatakan Mesias akan lahir di Betlehem (Mikha 5:2), tetapi Maria dan Yusuf tinggal di Nazareth. Dekrit Kaisar membuat mereka berada di Bethlehem tepat pada saat kelahiran Yesus dan menggenapi perkataan Kitab Suci.

Malaikat Tuhan memberikan pemberitahuan (Lukas 2:8-14).

Berita kelahiran Kristus pertama-tama disampaikan oleh malaikat Tuhan kepada sekelompok gembala.  Malaikat itu memberitahu mereka bahwa Mesias sudah lahir dan menjelaskan di mana mereka dapat menjumpai Bayi itu. Lalu sekumpulan besar malaikat surgawi tampak di langit, memberi pujian dan kemuliaan bagi Tuhan. Sungguh suatu pemandangan yang luar biasa!

Para gembala memberi kesaksian (Lukas 2:15-20).

Setelah mendengar pemberitahuan dari para malaikat, para gembala itu bergegas pergi mencari Maria, Yusuf dan Bayi itu, yang terbaring di dalam palungan. Setelah menjumpai Mesias, mereka tak dapat menahan berita itu untuk diri mereka sendiri, maka mereka pun menceritakan yang sudah mereka lihat dan dengar itu kepada semua orang. Dan semua orang yang mendengar cerita mereka menjadi takjub.

Orang Majus memberi hadiah dan menyembah (Matius 2:1-11).

Mereka kemungkinan para ahli perbintangan atau penasihat ilmuwan dari Persia. Ketika sebuah bintang bersinar di Timur mengisyaratkan kelahiran seorang raja, mereka memulai perjalanan panjang untuk menemukan Raja orang Yahudi yang baru lahir itu. Ketika mereka menjumpai Anak itu, mereka sujud menyembah-Nya dan memberikan hadiah-hadian yang berharga – mas, kemenyan dan mur.

Bapa Yahweh memberikan Anak-Nya yang tunggal (Yohanes 3:16).

Sebagian besar orang pada saat itu menganggap hal ini sebagai kelahiran seorang bayi biasa, tetapi Maria, Yusuf dan beberapa orang lain memahami kebenaran itu. Dia adalah Anak Yang Maha Tinggi yang datang dari surga untuk menjadi Mesias dan Juru Selamat kita.

Yesus memberikan nyawa-Nya (Matius 20:28).

Pemberi terbesar adalah Bayi di dalam palungan itu. Kristus meninggalkan kemuliaan surga dan turun ke dunia dalam rupa manusia untuk memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang.

Hidup kita juga harus dicirikan dengan kemurahan hati – bukan saja pada hari Natal, tetapi sepanjang tahun. Ini adalah bagian dari identitas kita dalam Kristus dan harus menjadi respons alami kita terhadap berkat dan pemeliharaan Tuhan. Kemurahan hati selalu mengingatkan kita bahwa Dialah sumber segala yang kita miliki.

Pada masa Natal ini, maukah Anda memikirkan tentang cara Anda memberi? Bagaimana Anda dapat menunjukkan kasih dan penghargaan kepada para sahabat, rekan kerja dan tetangga Anda? Hadiah yang dipilih secara khusus atau dibuat sendiri dapat menjadi pemberian yang menggembirakan. Ada juga banyak cara memberi yang tidak harus memakai uang, seperti memberi telinga yang mendengarkan. penghiburan yang berbelas kasih, atau bantuan praktis bagi orang yang membutuhkan.

Akhirnya, di antara semua pemberian yang pernah kita terima, anugerah hidup kekal dari Bapa melalui Anak-Nya adalah yang paling berharga.

Kita harus bersedia menceritakan kepada orang lain apa yang telah Yesus lakukan dalam hidup kita. Pada saat Natal, kita suka menyanyikan lagu “Kabarkanlah ke Gunung…” Cobalah tanyakan pada Roh Kudus di mana “Gunung itu” bagi Anda – bisa jadi itu berarti lingkungan tetangga atau tempat kerja Anda. Orang-orang di sekitar Anda perlu tahu bahwa keselamatan tersedia melalui Yesus Kristus. Injil adalah hadiah terbaik yang dapat Anda berikan kepada mereka pada Natal ini.