Hanya Yesus

(Renee Oglesby)

Relasi yang intim dengan Tuhan tidak harus rumit.

Rumah pertama saya memiliki lapisan cat dasar putih bersih di setiap dinding kamar dan ruangannya. “Warna netral yang bagus sekali!” kicau agen perumahan saya. “Sangat serasi dengan karpetnya yang gelap,” imbuh ibu saya. Meskipun mereka berdua benar, saya lebih senang mendengar seruan dari teman-teman ini: “Kamu bisa mengecatnya dengan warna apa saja yang kamu suka!” Mengecat adalah cara yang relatif tidak mahal untuk mengubah suasana ruangan, dan siapa pun bisa melakukannya, bukan? Saya mulai dengan peralatan yang sangat minim: satu kuas dasar dan satu tirai bekas sebagai alas tetesan. Beberapa teman pecinta warna yang memiliki pengalaman mengecat membantu saya memasang peralatan yang tepat, menyiapkannya lalu mengecat dua ruangan, dan membersihkan setelahnya. Mereka masing-masing memberi tahu saya tentang pemakaian alat-alat favorit mereka dan bagaimana alat-alat itu membuat pekerjaan menjadi lebih cepat, lebih mudah, lebih baik. Sebelum saya mengetahui hal itu, saya memerlukan satu ember besar untuk menyimpan semua kuas, penggulung cat, dan peralatan dekor berbagai ukuran dan bentuk. Seiring berjalannya waktu, saya masih terus mengecat kamar-kamar, mengumpulkan pengalaman dan bahkan lebih banyak peralatan. Selalu ada sesuatu yang baru untuk dibeli, seperti alat dekor khusus untuk sudut, atau  cara kerja kuas yang menjanjikan garis lurus sempurna. Selalu ada hal baru untuk dipelajari, seperti cara membuat batas antara warna-warna yang tidak ada, cara mengecat tangga tanpa perancah, dan, secara terus-menerus, cara mendapatkan warna tertentu dari warna karpet tertentu. Dan ketika saya bepergian dan melihat-lihat, saya mulai memperhatikan contoh-contoh dinding yang jelas-jelas dicat secara profesional, dengan garis-garis yang rapi, batas-batas yang lurus, dan tanpa setitik pun noda cat dinding di langit-langit atau bagian dekorasi. Saya berpikir, saya kadang memperlakukan perjalanan rohani saya seperti cara saya belajar mengecat. Sebagai orang Kristen baru, saya mulai dari hal-hal yang paling dasar. Saya memanjatkan doa-doa yang sangat sederhana. Tetapi terasa terlalu sederhana setelah beberapa waktu, sehingga saya lalu mencari buku-buku dan khotbah-khotbah tentang cara-cara berdoa yang lain. Saya beralih dari membaca satu Alkitab menjadi membaca ayat-ayat dari berbagai versi terjemahan Alkitab, menggali Alkitab, dan memeriksa tafsiran-tafsiran Alkitab. Ketika teman-teman atau rekan kerja menyebut ada buku baru tentang doa, penggalian Alkitab, atau panduan waktu teduh, saya pasti membelinya dan mencoba melakukannya sendiri. Saya terkesan dan sekaligus cemas jika melihat ada orang lain yang tampaknya begitu mudah menjalani kehidupan dan disiplin Kristen.  Selama bertahun-tahun saya mengumpulkan beberapa perlengkapan terbaik dalam usaha saya menjadi pengikut Kristus yang setia dan dewasa. Beberapa di antaranya diambil dari pelayanan yang situs web-nya sedang Anda baca (Finding Peace dan Handbook for Christian Living tulisan Dr. Stanley sudah lama menjadi favorit pribadi saya). Saya sangat bersyukur atas pemahaman yang mereka bagikan tentang persekutuan dengan Tuhan, memahami jalan-jalan-Nya, dan hidup menurut ajaran-Nya. Mungkin ada banyak perlengkapan semacam itu di kotak peralatan Anda juga, dan menurut saya tak ada salahnya kita menggunakannya.

Tetapi akhir-akhir ini saya bertanya-tanya, bukankah sudah waktunya saya kembali ke hal-hal dasar. Ke doa-doa sederhana, yang penuh kata-kata sukacita (atau keheningan) di hadirat Tuhan. Berdoa tanpa memikirkan seberapa fasih kata-kata saya terdengar, seberapa efektif kata-kata itu diucapkan… Dalam khotbahnya yang berjudul Our Incomparable Companion (Sahabat Kita yang Tiada Taranya-Red), Dr. Stanley mengingatkan kita: “Dalam hal memahami Firman-Nya, Tuhan mau kita belajar kebenaran bukan supaya kita mendapatkan informasi, tetapi supaya kita jatuh cinta pada-Nya dan mendengarkan Dia, menaati-Nya dan melayani Dia, serta membawa kemuliaan dan hormat bagi Dia. Ini bukan buku tentang informasi. Ini buku yang mengubah hidup.”

Saya tidak ingat kapan terakhir kali saya mengambil Alkitab dan benar-benar mulai membaca, bukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan tertentu atau menggali pemahaman tentang ajaran penting tertentu. Tetapi betul-betul hanya untuk memahami jalan-jalan Bapa surgawi, Anak yang Dia utus untuk menyelamatkan saya, dan Roh Kudus yang datang untuk menolong saya menjalani kehidupan yang diberikan pada saya ini. Anda mungkin tidak asing dengan Yeremia 29:11, yang menyatakan tujuan Tuhan saat memberi kemakmuran, masa depan, dan pengharapan kepada umat-Nya. Ayat yang begitu dikenal untuk dihafalkan dan dibagikan kepada orang lain, atau dicetak atau dibingkai sebagai pengingat tentang pemeliharaan Tuhan yang melimpah pada kita. Tetapi mari kita perhatikan ayat-ayat berikutnya: “Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN” (Yeremia 29:12-14). Bukankah menarik bahwa yang mengikuti janji-janji terkenal tentang semua yang Tuhan berikan itu adalah ayat-ayat tentang mencari Tuhan dan menemukan Dia? Urutan ini mungkin seperti terbalik pada awalnya—berkat tentunya akan datang setelah kita mencari, bukan sebelumnya, bukan? Tetapi Tuhan tahu bahwa kita kadang membiarkan berkat yang banyak itu mengalihkan perhatian kita dari Dia yang memberkati. Dan Dia ingin meyakinkan kita bahwa ketika kita mengingat Dia dan keindahan sederhana dalam persekutuan dengan Dia, kita akan menemukan Dia di sana, menunggu.