Hidup Dalam Kekudusan
(Charles F. Stanley)
Tuhan memanggil kita untuk terfokus secara rohani pada hari Paskah – dan pada setiap hari lain sepanjang tahun.
Hari Minggu Paskah adalah hari di mana gereja dipastikan akan kehabisan tempat parkir. Kemungkinan besar, bangku-bangku gereja akan dipenuhi oleh orang-orang yang pada hari Minggu biasa tak pernah datang untuk beribadah. Orang-orang yang rutin pergi ke gereja juga tampak berbeda pada hari istimewa ini; kita menunjukkan sikap terbaik dan lebih bersungguh-sungguh tentang iman kita. Padahal, panggilan hidup kudus yang Tuhan kehendaki dari kita menuntut kita untuk terfokus secara rohani setiap hari sepanjang tahun, bukan hanya pada hari-hari spesial seperti Paskah dan Natal saja.
Tentu baik memberi perhatian lebih pada hari-hari raya suci, namun jika hanya pada saat itu saja kita berjuang untuk hidup sebagaimana yang Tuhan kehendaki, apa yang dikatakan hal itu tentang iman kita? Kekudusan bukan sekadar perilaku baik. Meskipun kekudusan juga mencakup melakukan hal-hal yang benar di mata Tuhan, tetapi itu hanyalah sebagian saja. Hidup kudus adalah tentang mengalami kepenuhan hidup dalam Kristus, yang seharusnya menjadi pengejaran setiap hari, bahkan setiap jam. Persoalannya adalah kita mungkin belum sepenuhnya memahami arti kekudusan itu.
Mari kita dalami topik ini dengan menyelidiki yang dikatakan Alkitab. Kata kudus mengandung arti dipisahkan dari dosa dan dikhususkan bagi Tuhan. Kata ini juga bisa diterjemahkan dengan “dikuduskan” (“sanctified”), dari akar kata yang sama dengan kata “saint” (orang kudus). Ketika rasul Paulus menulis surat ke gereja-gereja di berbagai tempat, ia biasa mengawali setiap suratnya dengan menyebut para penerima surat itu sebagai orang-orang kudus (Efesus 1:1). Jika Anda sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, kata ini juga berlaku untuk Anda!
Kekudusan menunjukkan kedudukan baru kita bersama Tuhan. Dia telah memilih kita untuk “menjadi kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efesus 1:4). Tubuh kita adalah bait Roh Kudus-Nya, dan apa pun yang didiami-Nya, Dia jadikan kudus. Sayangnya, perilaku kita seringkali tidak sesuai dengan kebenaran ini. Kita dinyatakan benar, tetapi kita tidak selalu bertindak benar.
Masalahnya adalah banyak orang Kristen tidak memandang diri mereka sebagaimana Tuhan memandang. Mereka berkata, “Aku tidak kudus-kudus amat, tetapi aku juga tidak berdosa-berdosa amat.” Jadi, mereka menempatkan diri mereka di tengah-tengah. Padahal, tidak ada yang terletak di antara kekudusan dan keberdosaan. Anda harus berada di salah satu keadaan itu. Kita harus berhenti berusaha mendua dan mulai menghidupi realitas siapa diri kita di dalam Kristus. Meskipun Tuhan memberi kita kedudukan sebagai orang kudus pada saat kita diselamatkan, perilaku hidup kudus kita berkembang dari waktu ke waktu seiring ketundukan dan ketaatan kita kepada-Nya (2 Korintus 3:18).
Alkitab menyebut hal ini sebagai proses pengudusan (Roma 6:19). Di Efesus 4:1, PauIus menasihati kita untuk hidup “berpadanan atau sesuai dengan panggilan kita.” Ia juga menjelaskan perbedaan dramatis antara cara hidup yang kita jalani sebelum kita diselamatkan dan sesudah kita ada di dalam Kristus (Efesus 4:17-24). Cara hidup kudus ini tidak terjadi secara otomatis; kita harus memilih untuk melakukannya dengan sengaja ketika kita bertumbuh dalam iman.
Mengejar kebenaran. Karena tindakan kita muncul dari pikiran, kita memerlukan pikiran-pikiran yang dipenuhi kebenaran Tuhan (Efesus 4:23). Kita tidak bisa berharap hidup kudus jika kita masih memiliki cara-cara berpikir seperti sebelum kita diselamatkan. Menurut Paulus, orang tidak percaya hidup “dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka” (Efesus 4:17-18). Karena kita dikelilingi dengan cara-cara berpikir duniawi ini, kita akan terpengaruh jika kita tidak terus-menerus memperbarui pikiran kita dengan firman Tuhan. Namun jika kita memperlengkapi diri kita dengan prinsip-prinsip alkitabiah dan menerapkannya dalam hidup kita, kita akan dimampukan dan dapat menolak godaan untuk kembali ke cara-cara hidup lama kita yang berdosa.
Peka terhadap dosa. Roh Kudus akan mengingatkan dan menyadarkan kita jika ada hal tertentu yang tidak sesuai dengan kedudukan kita yang benar di dalam Kristus. Sebelum diselamatkan, Anda dan saya bisa “bermain-main di lumpur dosa” dan tidak merasa terlalu buruk tentang hal itu, tetapi sekarang dosa akan membuat kita merasa tidak nyaman. Itu karena kekudusan Kristus dan keberdosaan manusia tidak dapat hidup berdampingan secara damai di dalam tubuh/orang yang sama.
Namun, jika kita berulang-ulang mengabaikan atau menolak peringatan Roh Kudus, hati kita akan menjadi keras (Efesus 4:18-19). Banyak orang berkata pada saya, “Anda tahu, saya dulu biasa mendengar Tuhan berbicara di dalam roh saya ketika saya berdoa dan membaca Alkitab, tetapi sekarang tidak.” Sobat, jika hal itu terjadi pada Anda, itu adalah tanda peringatan bahwa Anda sedang dalam bahaya. Anda memang tidak akan kehilangan keselamatan Anda, tetapi jika persekutuan Anda dengan Tuhan tidak baik, hal-hal dari dunia ini akan menarik Anda semakin jauh dari-Nya.
Kita tidak boleh bermain-main dengan dosa dengan merasionalisasikannya. Terlalu sering saya mendengar orang membenarkan ketidaktaatan mereka dengan berkata, “Ah, tidak ada orang yang sempurna.” Kekudusan bukan berarti kita tak berdosa, tetapi kita sudah dikhususkan bagi Tuhan dan harus hidup sesuai dengan tujuan-tujuan-Nya. Alih-alih mencari-cari alasan untuk dosa kita, kita harus mengakui dosa kita, bertobat dan memilih untuk menaati Tuhan.
Menanggalkan manusia lama. Ketika Anda diselamatkan, Anda menjadi ciptaan baru dalam Kristus (2 Korintus 5:17). Tetapi pola-pola lama Anda masih ada, dan itu sebabnya Anda kadang masih bergumul dengan dosa. Karena kecenderungan-kecenderungan yang sudah mendarahdaging itu tak pernah bisa diperbaiki atau diperbarui, satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan kebijakan “zero tolerance” (tidak ada toleransi). Paulus berkata Anda harus menanggalkan cara hidup Anda yang lama karena cara itu “akan menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan” (Efesus 4:22).
Jika Anda mulai mendengarkan kebohongan-kebohongannya tentang kesenangan dosa, Anda akan terperangkap. Anda akan segera mendapati bahwa kepuasan yang Anda dapatkan dari pengejaran-pengejaran duniawi itu cepat berlalu dan intensitas keinginan Anda justru makin meningkat. Hasil akhir dari jalan menurun ini tampak pada gambaran Paulus tentang orang tidak percaya yang “menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran” (Efesus 4:19). Apa pun yang Anda berikan kepada diri Anda – selain Kristus – akan menghancurkan Anda.
Alih-alih menyerah kepada keinginan-keinginan manusia lama yang berdosa, kita perlu berserah pada Kristus, dan mempersilakan Dia menguasai hidup kita. Mengapa kita ingin mempertahankan pakaian gaya hidup lama kita yang kotor dan menjijikkan jika kita sudah diberi jubah kebenaran Kristus? Mungkin sudah waktunya untuk mengganti lemari pakaian. Dan “mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Tuhan di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Efesus 4:24). Ketika kita mengenakan jubah keserupaan dengan Kristus, tindakan-tindakan kita akan berpadanan dengan identitas kita.
Membuat pilihan. Saya ingin menunjukkan satu hal yang sangat jelas pada Anda hari ini: Jika Anda orang percaya, Anda kudus. Alih-alih memandang diri Anda sebagai orang berdosa yang diselamatkan oleh kasih karunia, sadarilah bahwa Anda adalah orang kudus yang sudah diciptakan dalam kebenaran dan kekudusan Kristus. Sudah waktunya untuk bertindak seperti ini – setiap hari dalam hidup Anda. Tuhan sudah memberikan semua yang Anda perlukan untuk hidup yang saleh (2 Petrus 1:3). Dan ketika Anda hidup benar, orang lain akan melihat sesuatu yang berbeda pada Anda dan akan tertarik kepada Juru Selamat. Meskipun Paskah tidak harus menjadi satu-satunya saat untuk Anda memilih hidup dalam kekudusan, tidak ada saat yang lebih baik dari Hari Kebangkitan untuk memulai hidup setiap hari dalam kehidupan yang baru.