HidupNya, Hidup Kita
Kata “sacrifice” (pengorbanan, persembahan korban) tidak banyak digunakan sekarang ini, tetapi pada zaman Perjanjian Lama, persembahan korban binatang merupakan cara menyembah Allah yang ditetapkan. Setiap orang berusaha mendapatkan penebusan dosa dengan membawa binatang yang akan disembelih oleh imam dan dijadikan korban bakaran di mezbah persembahan.
Begitu seekor binatang dipersembahkan kepada Tuhan, tidak seorang pun akan mencoba merenggutnya dari mezbah atau mengambilnya kembali sebagian. Namun dalam satu hal, ini justru menggambarkan kelakuan sebagian orang Kristen. Roma 12:1 menjelaskan bahwa kita hendaknya menyembah dengan menyerahkan “tubuh kita sebagai persembahan yang hidup” kepada Allah. Namun, jika niat baik kita mulai luntur, kita bisa tergoda untuk melompat keluar dari mezbah persembahan.
Apa yang terbersit di benak Anda ketika berpikir tentang korban persembahan? Apakah Anda mengaitkannya dengan kerugian? Meski hal itu termasuk di dalamnya, persembahan juga menunjukkan penyerahan suatu hal untuk hal lain yang lebih berharga. Yang Anda berikan kepada Allah tak akan pernah sebanding dengan yang Anda terima dari Dia.
Yang perlu direnungkan di sini adalah: persembahan yang hidup menekankan kehidupan, bukan kematian. Memang, hal ini memerlukan kematian diri sendiri (hawa nafsu daging) dan dosa, tetapi sebagai gantinya, Anda akan menerima kehidupan Kristus yang hidup di dalam dan melalui Anda. Memahami berkat yang luar biasa ini akan meringankan aspek kerugian itu dan memberi makna dan tujuan pada persembahan kita.
Saya berdoa kiranya renungan-renungan bulan ini akan menolong Anda untuk memusatkan perhatian pada Allah, yang jauh lebih berharga dari semua yang kita lepaskan bagi-Nya. Sementara Anda memikirkan apa yang Dia mau Anda serahkan bagi-Nya, jangan pernah lupakan apa yang sudah Dia korbankan bagi Anda – Anak-Nya yang tunggal.