Hingga Hari Itu Tiba
Melalui penyakit dan bentang pelayanan yang berubah, Jonathan Reed terus bergerak maju
Oleh: John VandenOever
Selama enam jam dia berkeringat dan menggigil karena demam yang tidak diketahui asalnya; dia berbaring di ranjang rumah sakit, di bawah atap seng, jauh di pedalaman Brasil. Di satu sisi ranjangnya adalah seorang ibu dan bayinya yang baru berumur beberapa jam, dan di sisi lain, seorang wanita yang sekarat karena malaria.
Selama tujuh tahun Jonathan Reed dan keluarga mudanya tinggal di sungai-sungai di Lembah Amazon, membawa nama Yesus ke desa-desa dimana orang-orang belum pernah dijangkau dengan Injil. Bersertifikat EMT, Jonathan berfungsi sebagai dokter hutan, menjalankan klinik medis di atas rumah kapal. Sekarang dia ingin tahu apa yang dimasukkan dokter yang merawatnya ke dalam infusnya. “Jangan khawatir tentang itu,” ia diberitahu. Jonathan selamat dari empat serangan malaria dan dari satu penyakit demam berdarah, tetapi kasus ini, yang mencakup pembengkakan dan nyeri sendi, terasa berbeda. Maka dengan pemikiran, saya tidak mau sekarat di tempat ini, Jonathan melepas infusnya dan naiktaksi kembali ke rumahnya.
Itu akan memakan waktu berhari-hari sebelum kapal berikutnya tiba. Selagi Jonathan mencoba bertahan hidup, istrinya Jessica mengepak barang-barang mereka dan tetap berhubungan dengan spesialis di Amerika Serikat, yang mempersiapkannya untuk yang terburuk. Setelah naik ke perahu, dia pingsan dan tidur selama perjalanan empat hari, sementara Jessica mengawasinya dan ketiga anak perempuan mereka — Kezia, Maggie, dan Kate.
Tapi Tuhan memelihara Jonathan. Berkeringat dan demam selama puncak ketakutan akan penyakit Ebola, entah bagaimana ia berhasil kembali ke Amerika. Sementara spesialis menjalankan tes yang tidak menghasilkan jawaban, perlahan-lahan ia mendapatkan kembali kekuatannya. Tidak seorang pun, dari dokternya hingga organisasi misinya, siap mengutusnya kembali ke Brasil. Namun tiga bulan kemudian Jonathan kembali ke Amazon, mendistribusikan ratusan In Touch Messengers. “Saya telahmerencanakan ini selama berbulan-bulan,” katanya, “jadi cukupsaya sembuh dengan baik. Saya bertanya kepada dokter dan dia berkata, “Anda dapat melakukan perjalanan singkat, tetapi Anda tidak bisa hidup di sana.” Dan meskipun kekuatannya sangat lemah, ia memanfaatkan hari-hari yang baik dan berpergian dengan seorang teman misionaris. Dalam satu bulan mereka pergi ke 18 desa terpencil dan mengalami sukacita melihat banyak orang percaya kepada Kristus.
Perjalanan itu juga membawanya bertemu dengan seorang dokter yang mampu mendiagnosis kondisinya yang aneh: Chikungunya, virus yang ditularkan oleh nyamuk yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat dan seringkali melumpuhkan nyeri sendi. Sementara sebagian besar penderita akan mengatasi virus ini setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan, Jonathan memiliki kasus kronis yang tidak ada obatnya. Tahun pertamanya setelah infeksi dihabiskan di atas dan di luar tempat tidur selagi dia belajar bagaimana caranya hidup dengan teman barunya ini seumur hidupnya. Istirahat akan menjadi resep yang sulit bagi seseorang yang begitu lapar untuk membawa Kristus kepada orang-orang pribumi yang belum terjangkau.
Di bawah atap logam tinggi, di hadapan sidang yang terdiri dari sekitar 40 orang, berdirilah dua saudara ipar K’ekchi. Satunya adalah kepala desa, dan yang lain adalah pendetanya. Kepala desa memegang setumpuk tortilla yang dibungkus kertas timah, sementara Pendeta Juan Ishim memegang cawan jus anggur di kedua tangannya. Selagi anggota jemaat melangkah maju, masing-masing mengambil sedikit tortilla dari tumpukan dan mencelupkannya ke dalam jus, Pastor Juan berkata, “Tubuh Kristus, dihancurkanbagimu.” Ini adalah perjamuan kudus pertama untuk gereja ini di San Pablo, Belize . Dan bagi Jonathan, ini adalah suatu momen yang membutuhkan tiga tahun untuk membuatnya terjadi.
Setelah satu tahun istirahat dan pemulihan, Jonathan membuktikan dirinya siap untuk kembali ke lapangan penuh waktu. Dengan pengetahuan yang semakin bertambah tentang keterbatasan fisiknya, keluarga itu pindah ke Belize, dimana mereka tidak pernah jauh dari bandara.
Pangkalan baru ini menawarkan kehidupan yang lebih tenang dan tidak terlalu keras. Tetapi mereka hampir selalu bersinggungan dengan misionaris lain dan tim misi yang sering berkunjung dari Amerika. Keluarga Reed berjuang untuk menemukan tempat mereka di daerah yang sangat sering diinjili ini. Jonathan dan Jessica sama-sama yakin bahwa mereka harus pergi ke tempat yang belum dikunjungi orang lain.
Meskipun mereka bersyukur bisa kembali ke ladang, mereka berdoa untuk situasi dimana mereka dapat lebih berguna. Kemudian pengaturan perumahan mereka tidak berjalan mulus — adanya kebakaran, kesepakatan pemilik tanah yang dilanggar, dan pencarian tanpa hasil untuk tempat tinggal semi permanen secara bertahap mendorong mereka ke arah selatan menuju Punta Gorda. Sebagai penggiat network alami, Jonathan mulai bermitra dengan misionaris lain di daerah itu, sampai suatu hari ia diminta untuk menindaklanjuti dengan seorang pendeta K’ekchi yang gigih bernama Juan Ishim. Jonathan ingin sekali bertemu dengannya dan akan segera mendapati bahwa Juan adalah kunci untuk segalanya.
Yang dibutuhkan Juan adalah seorang mentor yang baik — selama empat tahun dia telah meminta misionaris di kota untuk datang dan melatihnya. Ketika dia memulai jemaatnya, dia tidak tahu apa-apa tentang Alkitab tetapi berusaha untuk berfungsi dalam peran yang diberikan kepadanya oleh sang kepala desa. Dan Juan bukan satu-satunya pendeta K’ekchi yang jauh dari kota. Ada lusinan lainnya, banyak yang, seperti halnya dia, telah didorong ke dalam kepemimpinan rohani tanpa pelatihan.
Sejalan dengan waktu, hubungan memberi dan menerima yang nyaman mulai berkembang antara Jonathan dan Juan. Selama enam bulan pertama mereka menggunakan Messenger sebagai pintu gerbang percakapan, dimana Juan menyerap semua pesan yang tersimpan di dalamnya. Selagi Jonathan memuridkan Juan, dia juga memberikan pelatihan pastoral — bagaimana menafsirkan ayat, berkhotbah, memimpin jemaat, dan melakukan sakramen. Apa yang dimulai sebagai hubungan pembimbing dan yang dibimbing berkembang menjadi kemitraan. Juan menjalin kontak dengan Jonathan dengan lebih banyak lagi pemimpin K’ekchi, dan kedua pria itu bersama-sama pindah ke daerah-daerah terpencil, memimpin lusinan pendeta ke dalam hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan dan Firman-Nya.
Pada hari Selasa pagi, keluarga Reed sudah berada di jalan pada pukul 6 pagi, dimana Jonathan berada di belakang kemudi Land Rover-nya yang terbuka, dengan Jessica yang mengikuti dengan Chevy Suburbanmereka yang memiliki pendingin udara. Dibutuhkan dua kendaraan untuk mengangkut keluarga, Juan, dan para pendeta yang akan mereka jemput di sepanjang jalan ke tujuan hari ini — sebuah desa bernama Delores. Ini akan menjadi sesi penuh terakhir bagi para siswa pastoral ini, yang akan menerima sertifikat untuk menyelesaikan kursus pertama mereka dari Institut Alkitab K’ekchi (IAK) Guatemala.
Land Roveritu mengguncang jalan tanah yang tidak rata, dengan Kate yang berusia 5 tahun meringkuk di dekat kaki ayahnya. Jonathan menjadi lelah karena hari-hari perjalanan yang panjang dan mengkoordinasi kunjungan dan bimbingan. Dia sering menelepon, menasihati para pendeta K’ekchi melalui tantangan yang muncul di dalam jemaat mereka. Sebulan sebelumnya, stres dan kelelahan menyebabkan chikungunya dalam tubuhnya bergejolak, dan ia terpaksa beristirahat selama beberapa minggu. Sekarang dia merasa hampir kehabisan tenaga lagi. Dan percakapan tadi malam dengan putrinya yang berusia 8 tahun, Kezia, membebani dirinya. Dia datang kepadanya sambil menangis, menanyakan kapan mereka bisa duduk dan berbicara. Nanti saat kita tidak sibuk, kata Jonathan, menghiburnya. “Kapan itu?”tanyanya. “Kita selalu sibuk.”
Sadar akan Kate di sebelahnya, Jonathan meninju bagian tengah setirnya dan mengeluarkan bunyi bip kecil yang lucu. Hal itu membuat Kate tertawa, dan dia segera duduk tegak, mengepalkan tangannya sendiri, membunyikan klakson juga. Mereka seperti ini untuk sementara waktu, membuat banyak kegaduhan untuk diri mereka sendiri.
Di Delores, 19 siswa pastoral duduk di bangku dalam panas terik, mendengarkan Juan menerjemahkan pengajaran Jonathan dari bahasa Inggris ke bahasa K’ekchi. Keluarga Reed telah menjemput 11 dari mereka dalam perjalanan ke tempat ini – delapan lainnya tinggal tak jauh dari tempat itu, dan itulah salah satu tantangan di Belize. Para hamba Tuhan melayani dalam jarak dekat satu sama lain, mengajarkan Firman yang sama, mempercayai kebenaran yang sama, menikmati gaya ibadah yang sama. Adanyarasa bersaing dapat dengan mudah muncul di antara mereka, dan anggota gereja yang frustrasi sering berkeliaran di jalan menuju gereja lain.
Sejumlah pendeta bertanya kepada Jonathan apa yang harus dilakukan dengan “diaken yang buruk,” dan sementara Jonathan menawarkan panduan alkitabiah dan saran praktis kepada kelompok itu, ia tahu banyak masalah terletak pada pondasi dari jemaat yang muncul secara mendadak ini. Jika para pendetanya saja baru dilatih, bagaimana dengan keadaan jemaatnya? Tantangannya tidak dapat ditangani secara memadai oleh satu orang — atau bahkan dua orang yang bekerja dalam kemitraan.
Tetapi kemudian, ketika langit mulai redup dan bintang-bintang menyala, masyarakat K’ekchi di dalam dan sekitar Delores pergi menuju ke ladang kosong. Dengan berjalan kaki satu jam atau lebih, mereka berkumpul sebagai komunitas untuk pemutaran pertama The Jesus Film. Sebuah kabel yang terlupakan hampir menggagalkan acara itu, tetapi satu pasukan anak laki-laki pergi berlomba melawan matahari terbenam untuk mencari jalan keluar. Jonathan mengalihkan sistem proyeksi, dan dengan generatornya yang hidup, Taman Eden muncul di layar tergantung di dinding luar bangunan. Enam ratus orang K’ekchi memenuhiarea itu — beberapa bersandar di truk Jonathan dan yang lain berdiri jauh di bukit — dan menonton, terpaku oleh kisah itu. Setelah itu, Pastor Juan berbicara kepada kerumunan itu, menekankan bahwa apa yang mereka lihat adalah nyata, tetapi itu bukanlah akhir. “Yesus akan datang kembali.” Dia mengundang setiap orang untuk mempertimbangkan kehidupan Kristus dan menerima Dia sebagai Juruselamat. Kemudian, dengan memperhatikan adanya sejumlah pendeta yang berada di desa untuk pelatihan, ia menambahkan, “Berbicaralah kepada pendeta yang Anda inginkan. Kami akan sangat senang mendengar dari Anda.”
Pindah ke Belize dimaksudkan untuk meringankan beban bagi keluarga Reed, tetapi pekerjaannya menjadi melelahkan. Jelas bagi semua orang bahwa Jonathan perlu untuk beristirahat. Namun dia tahu misinya diantara suku K’ekchi dituntun oleh Tuhan, dengan lebih banyak lagi yang akan terjadi. Kemudian sebuah solusi menjadi fokus: Jika keluarga Reed pindah ke sisi lain wilayah K’ekchi, mereka dapat bekerja secara langsung dengan IAK Guatemala. Lembaga itu membutuhkan pemimpin pelayanan yang berpengalaman untuk membantu lulusan baru mendirikan gereja, dan Jonathan membutuhkan struktur pendukung untuk mencegahnya melakukan semuanya sendiri. Juan dan keluarganya juga ikut, sehingga ia dapat diperlengkapi untuk memulai pusat IAK di Belize nantinya.
Hari ini, keluarga Reed sudah beristirahat dengan baik setelah enam bulan sekolah bahasa. Mereka meluangkan waktu untuk menjelajahi daerah baru mereka, belajar ke mana harus berbelanja dan mengenal tetangga mereka. Jonathan telah mulai bekerja bersama para pendeta yang baru dilatih selagi mereka mulai merintis di lebih dari 1.000 desa K’ekchi yang tidak pernah memiliki gereja yang berpusat pada Injil. Pendeta-pendeta ini tidak hanya akan memiliki dasar yang kuat dalam Alkitab, tetapi mereka sudah memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kehidupan, bahasa, dan budaya kawanan domba yang mereka pimpin. Itu adalah pondasi yang baik untuk pelayanan mereka sebagai pelayan bagi masyarakat mereka sendiri, dan menumbuhkan keluarga Allah.