Iman Bertumbuh Di Tempat Terbuka
(Mat Woodley)
Ambillah sepatu Anda dan gunakan tabir surya Anda. Ada lebih banyak tentang Tuhan yang bisa Anda alami.
Sekira 15 tahun yang lalu, saya mendapatkan pemahaman mengejutkan yang mengubah cara saya berdoa dan membaca Kitab Suci. Hal itu terjadi di akhir pertandingan sofbol antar gereja, saat doa pasca-pertandingan dipanjatkan, yang isinya mengucap syukur pada Tuhan karena tidak ada yang terluka, semua orang bergembira, dan kami mengalahkan tim lain dengan semangat kerelaan dan kerendahan hati. Baru saja orang yang memimpin doa berkata, “Mari kita tutup mata dan tundukkan kepala untuk berdoa” saya melihat keindahan alam semesta di sekeliling saya – bunga-bunga merah yang indah, pohon-pohon ek yang megah, kicauan burung-burung yang bernyanyi, aroma rumput yang baru dipotong. Selama dua jam kami sudah bermain sofbol dan tenggelam dalam ciptaan Tuhan yang indah itu, tetapi saya tidak menyadarinya. Jadi sekarang saya harus tetap membuka mata saya lebar-lebar.
Lalu saya tersadar: Pada waktu dan tempat tertentu, mungkin saja Tuhan ingin kita berdoa dengan mata, hidung dan telinga terbuka terhadap keagungan ciptaan-Nya. Bagaimanapun, Dia sudah menyatakan bahwa ciptaan-Nya itu “sungguh amat baik” (Kejadian 1:31), sehingga memerhatikan juga merupakan cara yang sangat baik dalam membaca, mempelajari dan memasuki realitas Kitab Suci.
Pernahkah Anda bertanya-tanya, misalnya, berapa banyak peristiwa dan cerita Alkitab yang terjadi di luar ruangan – bukan di dalam gedung, tetapi di tempat yang benar-benar terbuka ke langit, pepohonan, sungai-sungai, burung-burung dan bintang-bintang ciptaan Tuhan? Petani dan penulis dari Kentucky, Wendell Berry, berkata bahwa Alkitab sebagian besar bersifat “hypaethral”—yang artinya tanpa atap atau terbuka ke langit. Berry menyimpulkan, “[Alkitab] paling baik dibaca dan dipahami di luar ruangan atau tempat terbuka.”
Banyak “peristiwa besar” dalam Alkitab terjadi di tempat yang tanpa atap. Pertama-tama, peristiwa Tuhan menciptakan dunia terjadi di luar (karena “di dalam” tidak ada sebelum penciptaan). Panggilan Abraham terjadi di luar: “Lalu Tuhan membawa Abram keluar” (Lihat Kejadian 15:5). Demikian juga peristiwa keluaran dan perjalanan bangsa Israel ke Tanah Perjanjian; banyak mazmur (khususnya Mazmur 8, 19, 24, 46, 65, 96, 104, dan 146-150); penyaliban, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga; perjalanan pekabaran Injil rasul Paulus; serta penglihatan-penglihatan yang dicatat dalam kitab Wahyu.
Tentu saja Tuhan juga menghabiskan banyak waktu di dalam ruangan, tetapi perhatikanlah ringkasan sekilas aktivitas-Nya di tempat terbuka dalam pasal-pasal pertama Injil Markus ini:
- Yesus dibaptis di Sungai Yordan, dan langit terbuka (Markus 1:9-10).
- Yesus dicobai di padang gurun, ketika “Dia tinggal bersama binatang-binatang liar” (Markus 1:12-13).
- Yesus menyusuri tepi Danau Galilea (Markus 1:16).
- Yesus pergi keluar, ke tempat terpencil (Markus 1:35).
- Yesus “pergi [lagi] ke pantai danau” (Markus 2:13).
- Yesus berjalan melewati ladang gandum bersama murid-murid-Nya (Markus 2:23).
- Yesus menyingkir lagi ke danau (Markus 3:7).
- Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa (Markus 3:13).
Tuhan sering memakai ilustrasi tentang hal-hal sederhana di tempat terbuka – petani yang menabur benih, burung yang bersarang di dahan pohon sesawi, badai ganas yang menerjang dan merusakkan rumah.
Berry menunjukkan sesuatu di sini. “Bagian-bagian yang di dalam ruangan itu tampak mustahil atau luar biasa,” tulisnya, “yang di luar ruangan tampak sangat alami. Ini karena di tempat terbuka kita dihadapkan pada keajaiban di mana-mana; kita melihat bahwa yang ajaib itu tidak luar biasa, tetapi cara hidup yang umum. Itulah makanan kita sehari-hari.”
Jangan salah mengerti. Saya juga senang berada di dalam ruangan. Gereja saya baru-baru ini mengadakan ibadah di gedung pabrik plastik yang direnovasi, dan minggu demi minggu saya bertemu Tuhan di tempat itu. Menyembah bersama-sama, kata-kata liturgi yang kaya, pengajaran firman Tuhan, Perjamuan Kudus, pelukan, senyuman dan jabat tangan, kesempatan menyambut orang baru – saya tidak bisa mendapatkannya sendiri “di alam terbuka di luar sana.” Lagipula, akan sukar beribadah di luar ruangan di daerah Chicago pada bulan Januari (pada saat musim paling dingin- Red).
Namun tetap ada yang istimewa dari membaca Alkitab dan berdoa di luar ruangan. Jadi berikut ini ada beberapa cara sederhana untuk memasukkan beberapa pengalaman di tempat terbuka ke dalam waktu teduh kita.
- Temukanlah taman atau cagar alam setempat. Atau temukan taman yang lebih kecil di daerah Anda. Kota yang ramai pun biasanya memiliki beberapa bangku taman utama yang tenang.
- Untuk menikmati ciptaan Tuhan, ambillah yang disebut Anthony Bloom “sisa-sisa waktu yang terbuang”—saat matahari terbenam, bulan purnama, langit berbintang, burung yang berkicauan di pohon, daun yang berkilauan diterpa cahaya matahari. Berhentilah sejenak, tarik napas dalam-dalam, dan bersyukurlah kepada Tuhan atas keindahan dan kebaikan-Nya.
- Ciptakanlah tempat terbuka di rumah. Saya tinggal di lingkungan berpenghasilan rendah, sehingga saya harus berpikir kreatif untuk menata pekarangan saya. Saya membeli meja teras bekas, rumput buatan untuk menutupi potongan beton yang melengkung, dan kursi taman. Jika cuaca mengizinkan, saya akan membawa secangkir kopi dan berdoa di luar dalam suasana baru dan lebih tenang di pekarangan belakang ini.
- Jika ketiga hal di atas tidak memungkinkan, minimal bawalah beberapa ciptaan Tuhan ke dalam ruangan. Belilah tanaman-tanaman yang indah atau petiklah bunga-bunga. Bukalah jendela dan biarkan angin segar masuk.
Anda tak perlu pergi ke pegunungan Alpen di Swiss. Tempat-tempat biasa pun bisa digunakan, untuk mengembangkan pemikiran Wendell Berry, bahwa “di tempat terbuka kita dihadapkan pada keajaiban di mana-mana” yang berasal dari tangan Tuhan yang baik dan dan murah hati.