Iman, Pengharapan Dan Mobil Yang Rusak
(John VandenOever)
Bagaimana pekerjaan paruh waktu di kedai pizza memperbarui pandangan saya tentang melayani Tuhan
Mobil kami rusak. Anak-anak masih kecil, dan jumlahnya banyak— kami punya lima anak berusia di bawah tujuh tahun. Saya memiliki pekerjaan yang baik, tetapi keuangan sangat ketat. Jadi saya mengambil pekerjaan mengantar pizza tiga malam dalam seminggu untuk menutup biaya perbaikan mobil.
Pada masa itu, Tuhan jelas terbukti setia. Kami cuma punya dana cukup, dan saya belajar memercayakan kebutuhan sehari-hari kami kepada-Nya. Ada kepuasan tersendiri ketika membawa pulang uang tunai secara langsung di penghujung malam dan menggunakannya untuk belanja bahan makanan keesokan harinya.
Tetapi yang bahkan lebih baik adalah apresiasi yang diberikan pekerjaan sampingan sederhana ini pada panggilan saya. Saya tidak berkuliah untuk bekerja di kedai pizza, yang tidak memerlukan bakat dan pengalaman bertahun-tahun untuk melakukannya. Tetapi pekerjaan ini menuntut investasi penuh fokus dan komitmen saya untuk belajar, bekerja keras, dan melayani dengan rendah hati.
Seperti banyak orang percaya, saya sudah bergumul dengan pertanyaan panggilan ini sebelumnya: Apa yang seharusnya saya lakukan dengan hidup saya? Sewaktu masih muda, saya sering mendengarkan para pengkhotbah dan pengajar melalui radio, dan saya membayangkan bagaimana rasanya duduk di bilik radio dan memutar kaset sepanjang hari—memiliki pekerjaan yang jelas berdampak bagi kerajaan Tuhan dan mendukung pertumbuhan saya sendiri di dalam Kristus.
Ya, pada akhirnya saya menemukan jawaban itu. Saat mobil kami rusak, saya sudah lebih dari satu dasawarsa berkecimpung di dalam pelayanan media Kristen, menghasilkan konten-konten yang memuliakan Tuhan dan menyemangati para pendengar seperti saya. Tetapi di dalam pekerjaan ini, saya segera menyadari betapa mudahnya untuk menjadi haus akan pujian dan kemajuan, menggerutu dan mengeluh, dan memandang pekerjaan lebih sebagai sarana mencari nafkah daripada sebagai misi.
Perlu bekerja di kedai pizza untuk mengingatkan saya bahwa panggilan terutama saya adalah kepada Kristus. Di manapun saya berada, dalam apa pun yang saya lakukan, Dialah alasan saya untuk hidup. Dia harus menjadi mesin penggerak di balik semua yang saya kejar, karena segala sesuatu berasal dari Dia.
Kitab Suci memberi tahu orang-orang percaya dalam Kristus bahwa kita adalah mahakarya Tuhan—yang dirancang, diciptakan dengan tujuan, dan terarah: “Karena kita ini buatan Allah diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya” (Efesus 2:10). Kita diperintahkan untuk “bekerja dengan segenap hati, seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia” (Efesus 6:7). Dan kita percaya bahwa apa pun yang kita lakukan untuk Dia tak akan pernah sia-sia (1 Korintus 15:58).
Saya menyadari bahwa melayani Kristus melalui pekerjaan di kedai pizza—memanggang, memasukkan ke dalam kotak, mengiris, dan mengantarkannya dalam keadaan hangat dengan senyuman di wajah saya—jauh lebih baik daripada membuat program Kristen dengan hati yang pahit. Jangan salah paham: Tuhan sudah sejak lama merencanakan supaya Firman-Nya memengaruhi hati para pendengar atau pemirsa, dan itu tidak ada hubungannya dengan saya. Yang dapat saya kendalikan adalah sikap dan kualitas terbaik saya terhadap para rekan kerja dan pelanggan saya.
Sesungguhnya, bisa dikatakan rekan-rekan kerja saya di kedai pizza bisa lebih melihat karakter Kristen saya dan mendapatkan lebih banyak manfaat dari kerja tim dan pengorbanan saya, dibandingkan saudara-saudari saya dalam Kristus dalam “pekerjaan asli” saya.”
Entah Anda pedagang kelontong, pramugari, pialang saham, tukang las, atau orangtua yang tinggal di rumah, Anda sedang memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang lain. Anda tidak akan memiliki peran itu jika tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan nyata orang lain. Tetapi ketahuilah: Ini juga merupakan jalan primer untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Tuhan sebelumnya untuk Anda.
Mobil tua itu telah memberikan fokus-ulang yang sangat penting bagi saya. Bapa surgawi, yang berdaulat atas segala sesuatu, telah memakai keadaan yang tidak menyenangkan itu untuk memberi pandangan yang memprihatinkan tentang sikap saya terhadap pekerjaan. Melaluinya, saya melihat orang lain lebih jelas daripada sebelumnya—temperamen mereka, talenta-talenta mereka, masalah-masalah mereka. Dan akhirnya saya menyadari bahwa manajer saya membutuhkan dukungan yang tetap, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Panggilan saya adalah Kristus, bukan pekerjaan. Dalam setiap peran, kita melayani Dia—dan satu sama lain.