Iman Yang Tidak Rumit

(Jamie A. Hughes)

Cara Yesus memudahkan dengan sempurna hal yang sering kita buat rumit

Pada awalnya saya hampir tak berani bergerak, tidak percaya bahwa peralatan itu bisa membuat saya tidak jatuh terjerembab dari ketinggian 40 kaki ke tanah yang ditutupi jerami. Tetapi begitu saya mulai, saya merasakan kemudahan yang indah saat berjalan dengan untaian tali-tali yang tinggi itu. Sambil melayang di udara, saya melangkah dari pos yang satu ke pos berikutnya melintasi serangkaian jembatan goyang yang bergerak-gerak — sebagian terbuat dari kayu atau ban, dan sebagian lainnya hanya dirajut dengan semacam tali atau jaring. Apapun beban dan kecemasan saya menjadi tak penting lagi. Yang harus saya lakukan hanyalah meletakkan satu tangan dan satu kaki di depan yang lain, membiarkan perlengkapan yang saya kenakan dan tali pengaman yang menggantung menahan saya saat saya melangkah di udara. Selama sekitar satu jam “mengudara” itu, saya tidak perlu banyak berpikir tentang bagaimana bergerak dari pos yang satu ke pos lainnya. Saya tak perlu bermain politik, memilih perkataan dengan hati-hati, atau membuat rencana-rencana jangka panjang.

Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “menggantung” atau “tergantung” adalah kremannumi, yang dipakai hanya tujuh kali di Perjanjian Baru (kebanyakan untuk situasi yang mengerikan). Sebagai contohnya di Matius 18:6, saat Yesus berkata kepada para murid-Nya bahwa jika ada orang yang menyesatkan atau membuat seorang anak kecil berbuat dosa, “lebih baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan [digantungkan] pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” (Saya tidak tahu bagaimana dengan Anda, tetapi ayat Alkitab ini selalu membuat saya merasa ngeri setiap kali saya membacanya). Demikian juga, ketika Paulus dan Lukas mendapati mereka terdampar di pulau Malta, rasul itu dipagut ular beludak, yang menggantung di tangannya, dan membuat penduduk di daerah itu percaya bahwa Paulus adalah seorang pembunuh yang sedang menghadapi keadilan ilahi (Kisah Para Rasul 28:3-4). Tetapi, Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan melanjutkan pekerjaannya mengumpulkan kayu api.

Tetapi ada satu penggunaan kata itu yang tidak begitu suram. Kata itu tidak merujuk pada serangan binatang, tenggelam, atau penyaliban, tetapi pada sumber pengharapan dan penghiburan besar. Di Matius 22:34-40, ketika Yesus menjawab pertanyaan orang-orang Farisi tentang Hukum yang Terutama, Dia memakai kata-kata yang kebanyakan dari kita sudah hafal ini: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:37-39). Dan kemudian Yesus melanjutkan dengan ayat 40 untuk menjelaskan bahwa, “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (dengan penekanan pada kata yang dicetak miring).

Seperti orang-orang Farisi, kita kadang membuat iman menjadi sangat rumit. Kita membuat peraturan-peraturan tambahan dan tuntutan-tuntutan yang tidak perlu: kita meletakkan standar-standar yang tidak realistis bagi diri sendiri dan orang lain dan berusaha memenuhi yang disebut Paulus sebagai “seluruh Hukum Taurat” itu untuk bisa dibenarkan olehnya, dan bukan oleh karya penyelamatan melalui salib (Galatia 5:3). Tetapi dalam bagian kitab Matius ini, Yesus menyatakan bahwa berbagai usaha kita untuk mencapai kekudusan dan menaati Hukum, meskipun niatnya baik, tak lebih berarti dari jaring  laba-laba yang halus. Memang, ketika hati dan tindakan kita terarah pada kekudusan, ketaatan kita akan diberkati (Baca Matius 22:15-22 dan 1 Petrus 2:12-20). Namun kita mudah terpikat pada hukum dan perintah dari luar Alkitab, hal-hal yang tak pernah dimaksudkan Yesus atau diharapkan dari kita. Dengan beberapa kalimat sederhana, Yesus menjelaskan hal itu dan menyampaikan apa yang penting, yang dapat kita andalkan, bahkan ketika kita tidak yakin. Perkataan-Nya adalah tali-tali kuat yang indah yang dapat kita andalkan untuk menopang kita, apa pun yang terjadi.

Dalam khotbah yang berjudul “Carry the Light(Membawa Terang), Dr. Stanley berkata, “Sebagai orang-orang percaya, kita identik dengan [kerajaan] terang. Dan terang itu, pada dasarnya adalah kebenaran sederhana tentang Injil keselamatan Yesus Kristus. Pesan/ajaran tentang kebenaran. Dan kebenaran itu adalah bahwa Yahweh – satu-satunya Bapa yang kekal—telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia, dan bahwa melalui kematian-Nya di Kalvari [Sang Anak] telah membayar lunas utang dosa kita. Itulah berita Injil. Itulah kebenaran. Itulah Terang itu.”

Ya, iman kita adalah iman yang dipenuhi misteri-misteri yang indah, dan ada banyak yang tidak dapat kita pahami sepenuhnya sekarang ini. Tetapi, sebagaimana dikatakan dengan tepat oleh Dr. Stanley, inti pesan itu adalah kasih. Hal yang sederhana sekali, yang cukup mudah untuk dipahami bahkan oleh seorang anak kecil. Kita tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelamatkan diri kita sendiri, dan kita ditebus dengan penuh kasih hanya oleh pengorbanan Kristus. Oleh karenanya kita menjadi milik kepunyaan-Nya. Lalu untuk hidup dalam kebenaran dan terang anugerah ini, apa yang diminta dari kita? Bukan serangkaian peraturan dan pengorbanan yang rumit. Tidak perlu merasa takut dan gemetar di pinggir jurang yang dalam. Kita hanya perlu melakukan dua hal: mengasihi Tuhan dengan segenap hati kita, dan mengasihi sesama (ya, semua sesama kita) seperti diri kita sendiri.

Seperti halnya tali-tali pengaman yang menahan saya kuat-kuat setiap kali saya melangkah melintasi langit biru, perkataan-perkataan ini kuat dan kokoh dan dapat menyelamatkan setiap orang percaya sampai kita mencapai kekekalan dan menggenggam tangan berlubang-paku dari Dia yang telah berfirman dan menjadikan kita.