Jikalau Benih Tidak Jatuh Ke Dalam Tanah

(Pendalaman Alkitab Staf In Touch Ministries)

Seperti apakah dimuliakan itu? Jika jawabannya didasarkan pada nilai-nilai duniawi semata, kita mungkin mengira memegang kekuasaan dan kedudukan akan menjadi cara terbaik untuk mencapainya. Tetapi ketika Yesus berkata bahwa saat-Nya telah tiba untuk Dia dimuliakan, Dia menunjukkan hal yang sangat berbeda: kerendahan hati, ketaatan dan bahkan penyerahan nyawa-Nya.

LATAR BELAKANG

Orang Yahudi mengharapkan Mesias yang akan membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi (Yeremia 23:5-6). Maka, ketika Yesus memasuki Yerusalem untuk merayakan Paskah, orang banyak yang datang untuk perayaan itu mengerumuni Dia, berharap Dia benar-benar Mesias itu, dan Dia tentu akan menang. Sementara itu, konfrontrasi antara para pemimpin agama dan Yesus tampaknya tak terelakkan.

BACA

Yohanes 12:23-28

RENUNGKAN

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Yesus itu manusia dan juga Tuhan. Meskipun lelah dan gelisah oleh penderitaan yang akan dihadapi-Nya, Dia berserah penuh pada kehendak Bapa dan siap menyelesaikan tindakan kasih dan ketaatan ilahi yang penuh pengorbanan ini.

  • Orang banyak mengharapkan kemenangan atas musuh-musuh mereka melalui kekuatan ilahi. Pergumulan apa saja yang sedang mereka alami yang memengaruhi harapan-harapan mereka? Bagaimana kematian dan kebangkitan Yesus yang akan segera terjadi membebaskan mereka dari kesusahan-kesusahan itu secara lebih melimpah?
Perhatikan cara Yesus menjelaskan hal yang akan terjadi. Alih-alih berkata, “Aku akan ditangkap dan dibunuh,” Dia berkata, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan” (v. 23). Bukan dibunuh tetapi dimuliakan. Kedengarannya seperti kemenangan, bukan? Yesus tampaknya meneguhkan yang diharapkan semua orang: Ya, inilah—waktu, tempat dan orang itu. Mesias akhirnya datang untuk menghadapi kuasa-kuasa penindas yang kejam. Pemerintahan-Nya dimulai sekarang.
  • Tetapi Yesus kemudian menyamakan diri-Nya seperti biji gandum yang kecil. Apa gunanya biji gandum itu jika ia tetap sebiji saja? Apa yang bisa ia beri makan, pelihara atau selamatkan? Namun jika sebiji gandum itu jatuh ke dalam tanah dan mati, ia bisa menjadi benih untuk kehidupan yang baru – setangkai gandum yang tumbuh bernas, sarat dengan biji-biji gandum, yang membawa pengharapan bagi masa depan banyak orang. Jadi, bagaimana definisi Tuhan tentang kemuliaan berbeda dari definisi Anda?
  • Bacalah kembali ayat 24-25. Beberapa perkataan Yesus mungkin terdengar seperti teka-teki bagi pendengar-Nya – dan mungkin bagi kita juga. Dengan cara apa “kehilangan nyawa” bisa membuat kita memeliharanya?

MELANJUTKAN CERITA

Yesus menjelaskan bahwa untuk menjadi bagian dari yang terjadi selanjutnya, kita harus melayani dan mengikut Dia – meskipun hal itu menuntut pengorbanan besar.
  • Setelah itu, lama sesudah kematian, kebangkitan dan reuni Tuhan dengan para murid-Nya serta kenaikan-Nya ke surga, Paulus menulis kepada jemaat di Filipi, mengingatkan mereka bahwa orang percaya harus mengikuti teladan kasih Kristus yang rela berkorban. Bacalah Filipi 2:5-11. Bagaimana kematian manusia Yesus menjadi tindakan ketaatan yang menyelamatkan? Sikap apa yang seharusnya kita miliki dalam menanggapi ajakan ini?
  • Di ayat 6-8 kita membaca Yesus rela melepaskan status yang merupakan hak-Nya dan mengambil posisi seorang hamba dan kerendahan hati—yang membuat Bapa memuliakan Kristus (ayat 9-10). Apa yang ditunjukkan hal ini tentang karakter dan prioritas-prioritas Tuhan? Bagaimana kita bisa menjadi lebih baik dalam menyelaraskan prioritas-prioritas kita dengan prioritas-Nya?

REFLEKSI

Meskipun jiwa-Nya terguncang, Yesus berdoa, “Bapa, muliakanlah nama-Mu” (Yohanes 12:28).
  • Bagaimana memandang Tuhan pada saat menderita dan cemas membuat Anda dapat bertahan? Bagian mana dari kisah ini yang memberi jaminan bahwa Yesus tak pernah meninggalkan Anda?

Alkitab menggambarkan Yesus bukan sebagai raja yang berkuasa, tetapi sebagai hamba/pelayan. Mengetahui bahwa Dia menyelamatkan kita dengan menyerahkan nyawa-Nya dan bukan dengan menggunakan kekerasan atau kekuasaan, bisa mengubah pandangan kita tentang Dia, diri kita sendiri dan orang lain. Sementara sikap kita berubah menjadi makin seperti Kristus, kiranya kita juga akan merespons dengan kasih yang penuh pengorbanan.