Kehendak Tuhan Melebihi Yang Anda Pikirkan
(Kayla Yiu)
Sudah waktunya untuk berhenti membatasi yang dapat Tuhan lakukan dalam hidup Anda.
Orang Kristen sering berbicara tentang “mengikuti” kehendak Tuhan, tetapai bagaimana jika kehendak-Nya benar-benar kita ikuti? Sebelum saya dewasa, saya menganggap rencana-rencana Tuhan untuk saya itu spesifik dan sempit. Tetapi empat tahun di perguruan tinggi membuat saya mempertanyakan perspektif itu.
Pada musim panas sebelum tahun pertama kuliah, saya mengisi kuesioner di forum online tentang mahasiswa yang akan masuk. Kuesioner itu menginventarisasi kepribadian saya, hal-hal yang membuat saya kesal, kegemaran saya pada kebersihan, pesta-pesta, bangun pagi dan lain sebagainya. Kami semua ingin sekali menemukan teman sekamar sendiri daripada berisiko menerima hasil undian secara acak.
Ketika saya tidak bekerja di kedai es krim dan berusaha menabung untuk biaya kuliah, saya mempelajari kuesioner sesama mahasiswa baru: Apakah ada yang baru masuk? Apakah ada yang sepertinya mau pergi ke gereja? Apakah jawaban ini aneh atau menggelikan? Setelah mungkin terlalu lama menganalisa secara berlebihan, saya mengirim pesan kepada tiga orang dan sepakat untuk tinggal bersama salah satu dari mereka. Satu bulan sebelum kuliah dimulai, saya bertemu dengannya untuk pertama kali di IKEA dan membeli keperluan-keperluan untuk tinggal di asrama. Dan kemudian kami menentukan hari pindahan, mengikuti jadwal perkuliahan yang padat, membentuk kelompok baru, dan teman-teman baru. Orang-orang lain hilang begitu saja dari radar saya.
Empat tahun kemudian, saya mendapati diri saya duduk di kampus hijau, tempat wisuda akan diadakan beberapa minggu lagi. Saat bersantai di atas permadani, saya dan kelompok kecil saya merenungkan apa yang telah kami pelajari, bagaimana kami berubah, dan apa yang akan terjadi setelah lulus. Saat itulah saya teringat pada kuesioner beberapa tahun lalu dan menyadari: Ketiga orang yang saya kirimi pesan ternyata sedang duduk di depan saya. Kami berempat secara mandiri telah mendaratkan langkah kepada satu sama lain dan kepada Yesus.
Rupanya Tuhan punya rencana agar saya tinggal bersama teman yang akan mendukung dan mendorong kesehatan rohani saya—tetapi tidak hanya ada satu orang yang tepat. Ada beberapa, dan Dia menyerahkan pilihannya pada saya. Momen di halaman rumput itu melekat dalam ingatan saya, karena merupakan gambaran yang indah tentang luasnya kehendak dan perlindungan Tuhan.
Amsal 19:21 berkata, “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.” Saya selalu berpikir ayat itu berarti Tuhan begitu berkuasa dan berdaulat sehingga tidak ada rencana lain yang dapat menandingi rencana-Nya. Namun saat melihat mata teman-teman saya, saya tahu tujuan Tuhan terlaksana karena Dia murah hati, dan Dia memberi kita banyak cara untuk tinggal di dalam Dia. Saya membayangkan hidup saya bersama Yesus seperti labirin, padahal sebenarnya bagaikan padang dengan bunga-bunga liar, tanpa jalan sama sekali selain keindahan di setiap belokannya.
Hal ini berlaku ketika kita membuat keputusan-keputusan biasa seperti mengatur tempat tinggal, dan ini juga berlaku ketika kita menjauh dari Tuhan. Pikirkan tentang Petrus setelah Yesus ditangkap. Saat menghadapi bahaya dan konflik, Petrus dan murid-murid lainnya membubarkan diri, meninggalkan Guru mereka. Kemudian, ketika orang lain mempertanyakan keterkaitannya dengan Yesus, Petrus menjawab bahwa ia tidak mengenal Orang itu— sampai tiga kali. Namun Tuhan mendirikan gereja melalui Petrus seperti yang Yesus janjikan: “Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja-Ku; dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). Memang benar, kejahatan tidak dapat mengalahkan rencana Tuhan atas gereja atau Petrus.
Petrus menjadi pemimpin de facto para rasul, mengusulkan pengganti Yudas sebagai urusan pertamanya. Ia berbicara pada hari Pentakosta dan pada hakikatnya memulai misi gereja untuk memberitakan tentang Yesus kepada orang lain. Petrus akhirnya memang melakukan hal itu, melakukan perjalanan selama lebih dari satu dasawarsa, dan berusaha menjadikan gereja sebagai tempat yang inklusif, yang menjangkau orang Samaria dan orang non-Yahudi. Ia bahkan memengaruhi rasul Paulus. Ya, rencana Tuhan atas Petrus berhasil karena Dia berdaulat, tetapi juga karena Tuhan berjalan bersama Petrus dan memberi kesempatan-kesempatan untuk menghormati Dia.
Pada akhirnya, wajar jika cakupan kehendak dan perlindungan Tuhan sangat luas. Bagaimanapun, Dia memiliki sumber daya, energi, dan belas kasihan yang tak ada habisnya. Kita dapat menganggap rencana-Nya bukan sebagai teka-teki yang sulit dipecahkan, tetapi sebagai perjalanan bersama seorang teman yang belum terpetakan. Raja Daud, yang kesalahan-kesalahannya diketahui umum dan dicatat dengan baik, mengalami sendiri kemurahan hati Tuhan ini:
“Ke mana aku dapat pergi menjauhi Roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku naik ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, Engkau pun di situ. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.” (Mazmur 139:7-10)
Hari itu di kampus, di bawah naungan pohon-pohon ek yang rindang, saya merasa dimanjakan. Tuhan memberi saya begitu banyak pilihan yang baik, begitu banyak cara untuk berkembang, yang tampaknya sangat berlebihan. Bukan seperti itu cara saya biasanya memikirkan Dia, tetapi cara seperti itulah yang saya inginkan. Saya sering mengingat memori ini dan menghidupkannya lagi setiap kali saya meragukan hidup berkelimpahan yang Tuhan janjikan— ladang kehendak-Nya yang luas, subur, dan berbunga, dengan Yesus di samping saya.
Perguruan tinggi terasa seperti sudah lama berlalu, tetapi satu tahun saat saya mendekati menjadi ibu, saya masih mendapati diri saya mengevaluasi bagaimana “seharusnya” saya mengatur hidup saya. Apakah kehendak Tuhan jika saya memilih waktu berkualitas bersama putri saya daripada menghabiskan sore hari bersama seorang teman yang sedang mengalami masa sulit? Haruskah saya menggunakan waktu luang setengah jam untuk berolahraga atau mengurus pekerjaan rumah untuk suami saya? Saya harus mengingatkan diri sendiri bahwa semua pilihan ini baik dan memuliakan Tuhan. Ada banyak cara untuk mengikut dan menghormati Dia, dan “tidak ada rencana-[Nya] yang gagal” (Ayub 42:2).