Kotbah Yang Mengubah Dunia

(Charles F. Stanley)

Mengapa satu hari dari 2000 tahun yang lalu masih sangat relevan dengan hari ini

Dapatkah Anda mengingat pengumuman terpenting yang pernah Anda dengar—saat seseorang mengatakan sesuatu yang mengubah hidup Anda untuk selamanya? Alkitab penuh dengan momen-momen transformasional semacam itu, saat manusia di bumi mendengar perkataan Tuhan dan tahu bahwa segala sesuatu tak akan menjadi sama lagi. Tercantum di halaman-halaman Kitab Suci, momen-momen dan pesan-pesan ini masih terus membentuk kehidupan kita sampai hari ini.

Siapa bisa melupakan pemberitahuan bala tentara surga kepada para gembala: “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud” (LukHYPERLINK “https://www.intouch.org/read/articles/the-sermon-that-changed-the-world”asHYPERLINK “https://www.intouch.org/read/articles/the-sermon-that-changed-the-world” 2:11)? Atau, bagaimana dengan pesan yang diberikan kepada perempuan-perempuan yang berduka di kubur Yesus ini: “Dia tidak ada di sini, Dia telah bangkit” (LukHYPERLINK “https://www.intouch.org/read/articles/the-sermon-that-changed-the-world”asHYPERLINK “https://www.intouch.org/read/articles/the-sermon-that-changed-the-world” 24:6)? Kedua pengumuman ini menjadi alasan kita dalam merayakan Natal dan Paskah.

Tetapi ada hari sangat penting lain pada kalender orang Kristen – hari yang sering dilewatkan. Saya bicara tentang hari Pentakosta, hari ketika gereja Yesus Kristus lahir (Kisah Para Rasul 2:1-13). Ketika para pengikut Yesus berkumpul di ruang atas setelah Kenaikan-Nya ke surga, Roh Kudus turun dan tinggal di dalam diri mereka untuk menggenapi janji-Nya di Kisah Para Rasul 1:8: “Tetapi kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku.”

Dan itulah tepatnya yang terjadi. Dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus, Petrus menyampaikan kotbah  revolusioner tentang yang terjadi pada hari Pentakosta – peristiwa yang mengubah dunia secara permanen (Kisah Para Rasul 2:14-36).

PENYINGKAPAN. Pentakosta adalah hari raya penuaian orang Yahudi, dan orang-orang dari berbagai pelosok negeri datang ke Yerusalem untuk merayakannya. Ketika mereka mendengar bahasa-bahasa mereka diucapkan oleh orang-orang biasa dari Galilea itu, sebagian dari mereka menjadi bingung, tetapi sebagian lainnya mengolok-olok. Pada saat itulah Petrus lalu bangkit dan menjelaskan bahwa mereka sedang menyaksikan penggenapan nubuat dari kitab Yoel dan kemudian memberi gambaran singkat tentang Dia yang melakukan mukjizat ini (Kisah Para Rasul 2:33).

Petrus mengidentifikasi-Nya sebagai “Yesus dari Nazaret, orang yang telah ditentukan Allah dan dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda ajaib yang dilakukan Allah dengan perantaraan Dia” (Kisah Para RasulHYPERLINK “https://www.intouch.org/read/articles/the-sermon-that-changed-the-world” 2:22). Para pendengar Petrus ini tak bisa berdalih tidak tahu, karena tanda-tanda ini terjadi di tengah-tengah mereka. Setiap kali Yesus menyembuhkan seseorang, membangkitkan orang mati, atau melakukan mukjizat, Tuhan menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Anak-Nya. Namun meskipun telah melihat semua bukti ini, mereka tidak mengakui Dia sebagai Mesias. Bahkan Petrus menuduh mereka telah membunuh Juru Selamat itu. Namun pada saat yang sama, rasul itu menyatakan bahwa kematian Yesus adalah bagian dari rencana  penebusan Bapa bagi manusia.

Di ayat 23, Petrus mengindentifikasi tiga pihak yang terlibat dalam penyaliban Kristus. Pertama-tama, Yesus “diserahkan menurut maksud dan rencana Tuhan.” Peran Kristus sebagai Kurban pengganti penebusan dosa manusia sudah ditentukan sebelum dunia diciptakan (1 Petrus HYPERLINK “https://www.intouch.org/read/articles/the-sermon-that-changed-the-world”1:20). Karena kasih Tuhan kepada manusia, Bapa bersedia menyerahkan Anak-Nya, dan Anak dengan sukarela menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kita dari hukuman dosa—terpisah selama-lamanya dari Tuhan. Namun, meskipun penyaliban adalah bagian dari rencana penebusan Tuhan, Petrus juga meletakkan tanggung jawab dan rasa bersalah pada pendengarnya karena telah memakukan Yesus di kayu salib (KiHYPERLINK “https://www.intouch.org/read/articles/the-sermon-that-changed-the-world”sHYPERLINK “https://www.intouch.org/read/articles/the-sermon-that-changed-the-world”ah Para RasulHYPERLINK “https://www.intouch.org/read/articles/the-sermon-that-changed-the-world” 2:23).

Sampai di bagian kotbahnya ini, Petrus menyampaikan pengumuman yang mengejutkan kepada para pendengarnya – bahwa meskipun mereka telah membunuh Yesus, Tuhan telah membangkitkan Dia dari antara orang mati (Kisah Para Rasul 2:24). Orang Nazaret yang direndahkan itu kini ditinggikan di surga sebagai Tuhan dan Kristus, dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa (Kisah Para Rasul 2:36).

PEMBUKTIAN. Karena pernyataan yang berani itu bisa dianggap tidak benar, Petrus memberikan tiga bukti/saksi untuk mendukung pernyataannya.

PERMULAAN SESUATU YANG BARU. Pada hari Pentakosta itu, Tuhan melawat manusia dengan cara yang sama sekali berbeda. Alih-alih hadir secara fisik di hadapan sebagian orang saja, Kristus sekarang tinggal di dalam setiap pengikut-Nya melalui Roh Kudus. Itu sebabnya Yesus berkata kepada para murid-Nya bahwa lebih berguna jika Dia pergi; sebab jikalau Dia tidak pergi, Penolong itu tidak akan datang (Yohanes 16:7).

Roh Kudus mengubah secara drastis kehidupan setiap orang percaya. Petrus, yang pernah menyangkal Yesus, kini berani menyatakan Yesus sebagai Mesias dan Tuhan. Dan orang-orang yang menolak Yesus kini dipenuhi dengan penyesalan karena telah membunuh Dia yang datang untuk menyelamatkan mereka. Setelah mereka bertobat dan dibaptis, prioritas-prioritas mereka berubah. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, dalam doa dan persekutuan. Sebagian bahkan menjual harta miliknya agar dapat dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan di jemaat itu (Kisah Para Rasul 2:41-47). Sungguh tranformasi yang luar biasa, tetapi tidak berhenti sampai di situ.

Dengan berjalannya waktu, budaya terpengaruh. Orang-orang Kristen itu menyadari bahwa hirarki sosial mereka yang kaku tidak mendapat tempat di gereja. Budak dan majikan kini memiliki harkat dan martabat yang sama, orang Yahudi dan orang non-Yahudi tidak lagi saling bermusuhan, dan baik laki-laki maupun perempuan diakui sebagai para ahli waris bersama Kristus (Galatia 3:28). Ketika Injil makin tersebar luas, Kekristenan menggantikan penyembahan berhala di beberapa wilayah, yang menyebabkan bencana ekonomi bagi para pembuat kuil/patung berhala (Kisah Para Rasul 19:23-27). Meskipun Iblis berusaha menghancurkan gereja dengan penganiayaan, darah para martir justru membuat gereja makin bertumbuh. Perlahan-lahan Kekristenan memengaruhi seluruh Kekaisaran Romawi dan, pada waktunya, bahkan menyeberangi Samudera Atlantik untuk membentuk masyarakat di Dunia Baru.

Hari ini, dampak Pentakosta masih bergaung di seluruh dunia ketika orang-orang Kristen tidak saja memengaruhi individu-individu tetapi juga budaya-budaya. Begitu Roh Kudus datang untuk tinggal di dalam kita, tujuan kekal kita berubah secara radikal sebagaimana juga segala hal lain dalam hidup kita. Roh Tuhan memberi kita kemenangan atas dosa, pimpinan dalam mengambil keputusan, penghiburan di tengah kesusahan, dan kekuatan untuk menaati kehendak-Nya. Sekarang tanggung jawab kita adalah menceritakan kepada orang lain tentang Juru Selamat kita, yang telah mematahkan belenggu kematian dan memberi hidup kekal bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.