Lepaskanlah Kami Dari Rasa Khawatir

(John VandenOever)

Ketika hidup terasa sebagai kesulitan demi kesulitan, damai Tuhan itu dekat.

Persoalan yang sama terjadi lagi dan lagi: Kesulitan besar dan tak terduga melanda hidup saya, dan saya merasa diri sangat sengsara. Terkadang mobil tidak bisa dihidupkan. Lalu tiga, empat, lima kali – sampai lupa menghitung – muncul genangan air di ruang bawah tanah. Atau pipa-pipa pada bocor. Pada saat-saat seperti ini saya sering merenungkan tentang pemeliharaan Tuhan kepada burung-burung di udara dan bunga bakung di padang, dan menyadari bahwa mereka, di mata Bapa, tidaklah lebih berharga dari diri saya, sehingga saya harus memutuskan untuk tidak khawatir akan hari esok, karena hari ini saya sedang mengalami masalah besar!

Tetapi serius, bagaimana orang percaya bisa belajar melihat dengan mata iman pada saat-saat seperti ini? “Belajar” itu sendiri berarti bukan hal yang terjadi dengan cepat. Data dan informasi yang tersedia dan mudah didapat seringkali membuat kita berpikir bahwa pertumbuhan bisa dijalani secara cepat.

Bahkan para murid Yesus pernah berlaku seolah-olah mereka dapat mengendalikan situasi mereka. Mereka pernah diutus berdua-dua, dan mereka lalu kembali setelah mengajar, mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit – dalam sebuah perjalanan yang mereka lakukan tanpa membawa bekal makanan, uang atau tas/kantong tempat menyimpan dana sumbangan. Tak lama sesudah itu, ketika sekitar 5000 orang lebih mendengarkan Yesus mengajar sampai lupa waktu dan kelaparan, Yesus berkata kepada Keduabelas Murid itu, “Kamu harus memberi mereka makan” (Markus 6:37). Mereka bingung. Mereka sudah berjalan selama berhari-hari – bahkan berminggu-minggu – bersama Tuhan yang menjamin kesejahteraan mereka. Tak ada yang kelaparan atau kedinginan karena tak punya makanan dan pakaian, dan Tuhan juga melakukan perbuatan-perbuatan ajaib di tengah-tengah mereka. Namun ketika Yesus meminta mereka mengambil satu langkah lebih maju dalam iman, mereka kembali ke kantong uang dan bingung dengan apa yang harus mereka lakukan.

Jika para murid saja masih berpaut pada “iman kantong uang” ketika mereka berjalan bersama Yesus, bagaimana kita diharapkan dapat melihat melampaui masalah-masalah finansial, emosional, operasional dan relasional kita?

Untuk memiliki mata iman diperlukan waktu, persiapan dan penerapan. Dengan kata lain, belajar itu memerlukan gaya hidup yang melatih mata rohani kita untuk melihat (memahami dan mengalami) pewahyuan Tuhan dalam Alkitab maupun penyertaan-Nya yang terus-menerus dalam hidup kita. Dr. Stanley menjelaskan hal ini dalam khotbahnya yang berjudul “Mengenal Tuhan”:

Ada pengenalan tertentu yang hanya dapat diperoleh melalui kurun waktu berdiam diri dan tinggal tenang. Jika Anda ingin mengenal Tuhan, Anda harus berdiam diri dan tinggal tenang memikirkan tentang Tuhan. “Diamlah,” kata-Nya, “dan ketahuilah bahwa Akulah Yehovah.” Cara kita bertindak, sebagian dari kita, seringkali menunjukkan seakan-akan kita adalah Tuhan. Cara kita menyikapi orang lain juga seringkali menunjukkan seakan-akan kita ini Tuhan. Cara kita khawatir menunjukkan seakan-akan situasi-situasi kita berada dalam kendali kita. Dia berkata, diamlah, tenanglah, dan ketahuilah bahwa Akulah Yehovah. Ada pengenalan tertentu yang hanya akan Anda peroleh dalam berdiam diri dan ketenangan.

Kita memiliki pengharapan besar, sebenarnya, adalah karena kehidupan yang tinggal dalam Kristus tidak ada hubungannya dengan kekuatan kita – dan segala yang kita lakukan. Dialah damai sejahtera kita. Bukan damai sejahtera yang diartikan secara sempit sebagai keadaan yang tanpa masalah, tetapi sebagai syalom – damai sejahtera dalam bahasa Ibrani yang lebih kaya yang menggambarkan kehadiran positif dari berkat-berkat Tuhan – kemurahan-Nya, perkenan-Nya, kasih karunia-Nya dalam seluruh hidup kita.

Syalom yang tinggal tetap ini tidak menjelaskan dengan tepat apa yang akan Tuhan lakukan di tengah kesulitan besar kita yang tak terduga selanjutnya, tetapi ketika kita memikul kuk yang dipasang-Nya pada kita dan belajar daripada-Nya, Dia memberikan janji yang tak terpatahkan, “Jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11:29-30). Bagi kita yang berada di kandang domba Tuhan, itu artinya berbaring di padang rumput hijau. Dan bagi para murid yang gentar karena disuruh memberi makan 5000 orang, itu berarti Kristus memberkati roti dan ikan yang ada dan memberikannya kepada para murid, yang terus membagi-bagikannya lagi kepada semua orang itu. (Markus 6:41).

Tuhan senang memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita yang mendesak dan menenangkan segala kekhawatiran kita yang mengganggu. Dan Dia memakai situasi-situasi kita untuk menarik perhatian kita dan membuat kita mendekat. Krisis Anda berikutnya adalah kesempatan terbaik untuk duduk di dekat Yesus dan menikmati kelegaan di dalam Dia.