Majulah, Hai Kristen!
(Charles F. Stanley)
Dalam hidup ini pasti ada masalah, tetapi perintah Tuhan tetap: Teruslah maju.
Aku tak sanggup lagi. Berapa banyak yang Tuhan harapkan untuk kutanggung? Mengapa Dia tidak menolongku?
Apakah Anda pernah merasa seperti ini? Tekanan-tekanan pekerjaan, masalah-masalah keluarga, persoalan gereja, pergumulan kesehatan, konflik relasi, dan kesulitan ekonomi – daftar kesusahan yang membuat kewalahan tak ada habisnya. Sulit untuk melihat cahaya terang di ujung terowongan gelap, apalagi mengerti bahwa Anda bisa berjalan menuju ke sana dengan penuh kemenangan. Dari mana Anda bisa mendapat kekuatan untuk terus maju ketika Anda begitu lemah?
Bersyukur, Tuhan memberi kita janji yang luar biasa: “Orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang terbang dengan kekuatan sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yesaya 40:31). Ayat ini bukan hanya berbicara tentang kelemahan fisik. Keletihan emosional juga bisa jauh lebih melelahkan. Ketika kita merasa lelah (secara fisik), tidur malam yang baik biasanya akan memperbarui kekuatan kita, tetapi keletihan emosional bisa sama sekali menguras energi kita. Lalu kekhawatiran dan kebimbangan menyerbu: Bagaimana aku bisa menghadapi hari esok? Tuhan, di manakah Engkau?
Begitulah tepatnya yang dirasakan bangsa Israel ketika Tuhan berbicara melalui nabi Yesaya: “Mengapa engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel, ‘Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku diabaikan Allahku’?” (Yesaya 40:27). Adakalanya situasi kita membuat kita merasa Tuhan benar-benar telah melupakan kita. Jika kita ini anak-anak-Nya, bukankah Dia seharusnya melepaskan kita dari masalah dan membuat hidup kita mudah dan menyenangkan? Ternyata, tidak selalu.
Sikap seperti ini menunjukkan kita lupa bahwa penderitaan dan kesulitan juga merupakan bagian hidup – bahkan dalam hidup orang-orang percaya. Ketika Adam dan Hawa lebih memilih mengikut Iblis daripada Tuhan, konsekuensi dosa melanda dan meliputi seluruh dunia, tanpa ada yang terkecuali. Meskipun Tuhan tetap berdaulat atas ciptaan-Nya, Dia sekarang bekerja untuk menyelesaikan rencana-Nya yang sempurna dalam konteks lingkungan yang sudah dirusak oleh dosa.
Kunci untuk menang dalam kesulitan terdapat pada sikap yang benar dalam menghadapi masalah, bukan dengan mencoba lari dari masalah. Siapa pun dapat terus maju jika beban-beban disingkirkan, tetapi orang yang percaya Tuhan di tengah kesulitan akan tetap bertekun. Namun, iman yang radikal ini hanya mungkin jika kita mengenal karakter Tuhan dan mengerti tujuan-tujuan-Nya.
MENGENAL SIAPA TUHAN.
Yesaya menggambarkan Tuhan sebagai Pencipta yang kekal, yang tidak pernah menjadi lelah dan lesu dan yang pengertian-Nya tidak terselami (Yesaya 40:28). Jadi, mari kita renungkan bagaimana atribut-atribut ilahi ini dapat meningkatkan kepercayaan kita pada-Nya ketika kita menghadapi masalah. Sementara Anda hanya dapat melihat kebutuhan-kebutuhan yang ada di depan mata, Tuhan memiliki perspektif kekal tentang situasi Anda. Karena Dia Pencipta Anda, Dia sudah membuat rencana untuk hidup Anda, dan rancangan itu sedang diselesaikan dengan hati-hati melalui setiap situasi yang Anda alami. Selain itu, Dia tak pernah kehilangan jejak Anda, karena Anda selalu ada di pikiran-Nya. Dan akhirnya, Dia itu mahatahu, yang artinya: alasan Dia mengizinkan penderitaan terjadi dalam hidup Anda itu melampaui pengertian Anda, tetapi selalu tepat dan dimaksudkan untuk kebaikan Anda.
Di pasal yang sama, Yesaya juga menggambarkan Tuhan sebagai Gembala yang merawat, mengumpulkan dan memimpin domba-domba-Nya dengan tangan-Nya (Yesaya 40:11). Di sini kita melihat kebesaran kasih dan kemurahan Tuhan. Dia peduli dan menyediakan yang kita perlukan, menggendong kita ketika kita terlalu lemah untuk berjalan, dan membimbing kita dengan lembut ketika kita tidak tahu ke mana harus melangkah. Semua karakter ini seharusnya memotivasi kita untuk memercayai Dia.
MENGERTI YANG AKAN TUHAN LAKUKAN.
Jika Anda pernah tergoda untuk menyerah atau mengeluh pada Tuhan, Anda mungkin tidak mengerti betapa Dia sangat ingin menolong Anda. “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah, dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya” (Yesaya 40:29). Tuhan tak pernah bermaksud agar kita hidup dengan kekuatan kita sendiri. Itu sebabnya Dia kadang membiarkan kita mengalami saat-saat lemah – untuk menunjukkan bahwa kita perlu mengganti kekuatan jasmani kita yang lemah dengan kekuatan surgawi-Nya. Entah Anda sedang membutuhkan kekuatan fisik atau emosional, Dia dapat mengisi ulang daya dan tenaga Anda dengan energi ilahi-Nya.
MENANTI-NANTIKAN TUHAN.
Karena Tuhan memiliki segala kekuatan yang bisa kita perlukan dan rindu memberikannya pada kita, kita harus memahami cara mendapatkan dan menggunakannya. Yesaya memberitahu kita bahwa kuncinya adalah “menanti-nantikan Tuhan” (ayat 31). Barangkali inilah yang paling perlu Anda dengar ketika Anda berbeban berat dan merasa kewalahan. Anda butuh kelepasan, segera! Tetapi, menanti-nantikan Tuhan tidak sama dengan menunggu berakhirnya musim kehidupan yang sulit.
Kata Ibrani yang diterjemahkan dengan “menanti-nantikan” mengandung arti pengharapan dan ekspektasi. Karena kita tidak otomatis bisa mengetahui apa yang perlu diharapkan dari Tuhan atau bagaimana Dia akan bekerja dalam hidup kita, kita perlu menyediakan waktu untuk bersama-Nya, untuk mengungkapkan yang kita rasakan, dan mengalihkan fokus kita kepada Firman-Nya untuk mengerti apa yang Dia rindu lakukan di dalam dan melalui kita. Dan kita harus mendengarkan dengan tenang dalam menantikan jawaban-Nya. Ketika kita bersandar pada janji-janji-Nya, kecemasan kita akan digantikan dengan damai sejahtera-Nya.
Barangkali, contoh terbaik yang bisa saya saksikan dari orang yang tahu bagaimana hidup dalam kekuatan Tuhan adalah seorang wanita bernama Bertha, yang melayani bersama saya dalam suatu konferensi. Meskipun ia sudah berusia 97 tahun, mantan misionaris ke China ini bekerja tak kenal lelah sepanjang minggu itu – mendoakan orang-orang, berbicara dengan mereka sampai larut malam, dan bangun pagi-pagi keesokan harinya untuk mengulangi melakukan semua hal itu lagi. Setelah satu hari yang sangat panjang dan melelahkan, saya menarik diri ke ruang konvensi dan melihat Bertha masih saja bekerja. Saya bertanya padanya, “Bagaimana Anda bisa terus seperti ini sepanjang hari setiap hari?” Ia menyeringai dan berkata, “Saya tidak menggunakan kekuatan saya sendiri. Saya berada dalam kekuatan Tuhan.”
Pada saat itu saya tidak sepenuhnya mengerti yang ia maksudkan, tetapi saya tahu itu adalah suatu hal yang saya perlu belajar. Pada waktunya, Tuhan mengajarkannya pada saya, tetapi dengan cara yang keras – melalui kegagalan. Saya saat itu berpikir bahwa Tuhan dan saya dapat melakukan apa saja, dan saya mencurahkan segenap hidup saya untuk melayani Dia. Yang tidak saya sadari adalah saya ternyata sedang berlari menuruti rencana saya dan dengan kekuatan saya sendiri, bukan rencana dan dengan kekuatan-Nya. Untuk beberapa waktu hal itu tampaknya berhasil, tetapi pada akhirnya Tuhan membuat saya berhenti. Selama tiga bulan, Dia pada dasarnya membuat saya “time out” untuk menarik perhatian saya. Dan selama waktu itu, saya belajar bahwa saya tak bisa berharap dapat merancang jalan saya sendiri dan berpikir Tuhan akan datang untuk menolong jika kami menghadapi kekacauan. Dia memberi kekuatan untuk menanggung beban-beban yang Dia izinkan, bukan untuk beban yang kita buat sendiri di luar kehendak-Nya.
Pada saat tidak berbuat apa-apa itu, saya mengalami kebenaran ayat Galatia 2:20 yang kemudian mengubah hidup saya: “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Hidup yang sekarang aku hidupi secara jasmani adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Satu-satunya cara untuk bisa terus maju dalam masa sulit adalah dengan membiarkan Kristus hidup di dalam dan melalui kita. Ketika kita sudah sampai pada batas kekuatan kita sendiri dan menerima kebenaran ini – bahwa Dia akan menopang kita apa pun yang terjadi – kita dapat menyelesaikan apa pun yang Dia mau kita lakukan.
Tuhan tak pernah berjanji melindungi kita dari masalah, tetapi kita bisa yakin bahwa jika kita harus berlari, Dia akan memberi kita kekuatan. Dan jika perjalanan itu panjang, Dia akan menolong kita menjalaninya tanpa kehilangan semangat. Jika kita menanti-nantikan Dia, percaya bahwa Dia mampu dan mau menolong kita, segala sesuatu tak ada yang tak mungkin.