Membuat Basa-Basi Jadi Berharga
(Sandy Feit)
Anda tak perlu berkhotbah untuk menceritakan Yesus.
“Apa kabar?”
Kapan terakhir kali Anda mengucapkan perkataan ini – apakah dalam perjalanan pulang kerja hari ini ketika Anda singgah membeli kopi di barista langganan Anda? Atau 10 menit yang lalu di area parkir kantor? Kemungkinannya, Anda mengucapkan perkataan itu baru-baru ini. Dan tidak cuma sekali. Kita diprogram untuk berelasi, dan “Apa kabar?” (atau salam sejenis itu) adalah salah satu cara praktis kita untuk berinteraksi dengan orang yang tidak begitu kita kenal. Sapaan ini mengisi “ruang putih/kosong” akustik dengan pernyataan positif yang netral sampai sedang, mirip seperti basa-basi “Semoga harimu menyenangkan” dan sejenisnya.
Sekarang, perkenankan saya mengajukan pertanyaan yang lebih sulit: Apakah Anda mendengarkan jawabannya?
Saya memunculkan pertanyaan ini karena suatu hal yang terjadi di tahun 1967, yang mengubah pandangan saya selamanya tentang basa basi kecil yang tidak berbahaya itu. Setelah mengunjungi Ayah di ICU, Ibu saya hendak pulang ke rumah dan berpapasan dengan seorang kenalan saat melewati pintu “putar” rumah sakit. Saat disapa ramah dengan perkataan “Hai, Libby! Apa kabar?” Ibu menjawab, “Baik, tetapi suamiku baru mendapat serangan jantung dan …” “Oh bagus. Senang berjumpa denganmu!” wanita itu berkata sambil bergegas pergi, jelas tidak mendengarkan jawabannya.
Sampai lebih dari setengah abad kemudian, saya masih teringat betapa terkejut dan terlukanya Ibu atas “ketulian” yang tidak peka semacam itu. Saya masih remaja pada saat itu, tetapi reaksi Ibu membuat saya berpikir keras tentang percakapan ringan, atau basa-basi. Saat itu saya tidak cukup cerdas untuk menemukan perkataan pengganti untuk kebiasaan menyapa yang sudah sangat berurat-akar itu, tetapi setiap kali perkataan “Apa kabar?” meluncur dari bibir saya, saya mulai memerhatikan respons yang ditimbulkannya – kesempatan-kesempatan yang dibukanya. Saya juga mulai menyadari bahwa, sebagaimana dikatakan Dr. Stanley dalam renungan yang berjudul Into His Presence, kemampuan berbicara adalah karunia yang besar dari Tuhan:
Apa yang kita katakan memiliki dampak yang besar … Kita adalah para komunikator, dan kita selalu berada dalam proses mengomunikasikan sesuatu, bahkan dalam tidur kita. Karena kita diciptakan segambar dengan Dia, dan Dia adalah Komunikator terhebat, kita diberi kepercayaan untuk memiliki kemampuan yang luar biasa itu.
Maka, karena itu, meskipun banyak orang menganggap basa-basi itu hanya buang-buang waktu yang menyebalkan, saya tetap mengakuinya sebagai sarana komunikasi yang berharga – sekalipun hanya untuk mengimpartasikan aroma “keharuman Kristus” (2 Korintus 2:15). Yang dibutuhkan hanya sedikit intensionalitas dan mungkin sedikit penyesuaian dari yang selalu kita lakukan. Karena itu, perkenankan saya memberikan tiga saran yang mudah:
- Jill Donovan, penyelenggara acara Finding Your Get To, mengadakan siniar bertajuk “How to Change a Life With One Word” (Bagaimana Mengubah Kehidupan dengan Satu Kata). Kata itu adalah nama seseorang. (Kudos untuk nama kenalan Ibu, yang telah membuat, setidaknya, bagian ini menjadi relevan). Donovan berbicara tentang “kekuatan sebuah nama, dan bagaimana penyebutan nama membuat seseorang merasa terhubung, dihargai dan penting.” Namun ia mengatakan bahwa kita kemungkinan besar sudah lupa cara menggunakannya, dan perlu didorong untuk mengembalikan seni yang hilang ini.
- Alih-alih mengucapkan “Apa kabar?” cobalah berespons dengan sedikit lebih banyak pertanyaan seperti, “Apa kabar pagimu sejauh ini?” atau “Apakah kamu kehujanan dalam perjalanan ke sini?” Dan ngomong-ngomong, berbicara tentang cuaca tampaknya tidak seklise yang disangka banyak orang — apa saja yang memengaruhi kita semua dapat menjadi cara sederhana untuk menambah kehangatan pada omong-omong yang kosong.
- Apa pun yang Anda tanyakan, dengarkanlah — dengarkan sungguh-sungguh —bukan hanya untuk mendengarkan jawabannya, tetapi juga jawaban di balik jawaban itu. Perubahan ekspresi mata, atau bahu yang miring, bisa menunjukkan bahwa seseorang sudah membuat perbedaan besar dengan kata yang ramah.
Anda sudah mendapatkan idenya: Pada intinya, matikan “otopilot” dan berusahalah untuk terhubung dengan kemanusiaan setiap orang yang Anda jumpai. Itu bisa membuat hari seseorang – bahkan mungkin hari Anda sendiri, menjadi berharga.