Memulihkan Yang Hancur
Tidak mudah mengungkapkan apa yang sesungguhnya terjadi dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh, pada hari Minggu pagi di gereja orang-orang tersenyum, saling memberi salam dan cenderung menunjukkan penampilan terbaik mereka. Namun bagaimana jika kita dapat melihat kehidupan mereka yang sebenarnya dari yang tecermin pada tubuh fisik mereka? Kita akan menemukan banyak sesama pengunjung gereja yang berjalan terseok-seok akibat penderitaan. Kita akan langsung tahu jika ada yang tidak beres dan ingin melakukan apa saja yang kita bisa untuk menolong mereka.
Barangkali begitulah cara Yesus memandang orang banyak ketika Dia berusaha melayani mereka. Meskipun penyakit fisik mereka lebih jelas, Dia juga melihat kegelapan rohani dan luka-luka batin yang membuat hidup mereka hancur. Dan meskipun Yesus kerap turun tangan menyembuhkan mereka secara fisik, tujuan utama-Nya adalah menyelamatkan mereka dari dosa dan memberikan hidup yang berkelimpahan (Yohanes 10:10).
Saya bertanya-tanya, berapa banyak orang percaya masa kini yang bisa berkata jujur bahwa mereka menikmati hadiah luar biasa itu. Mereka memang sudah diselamatkan dan akan masuk surga, namun hidup mereka tampaknya lebih menyerupai padang gersang daripada sungai yang mengalir dan menyegarkan. Apa yang menyebabkan kehidupan orang percaya seperti ini? Jelas bukan seperti ini kehidupan yang dimaksudkan Tuhan bagi para pengikut-Nya.
Ketidak-utuhan adalah akibat dosa.
Kehancuran dimulai ketika dosa masuk ke dalam dunia melalui Adam dan Hawa. Dosa langsung menciptakan keterpisahan antara manusia dan Allah, menghasilkan ketidak harmonisan antar manusia, dan menimbulkan penyakit dan kematian. Karena lingkungan hidup kita sudah jatuh dalam dosa, kita mengalami kekacauan emosi akibat masa kecil yang menyakitkan, relasi-relasi yang hancur, dan situasi-situasi yang merusak.
Namun, adakalanya kita juga menderita bukan karena hal-hal yang sudah terjadi pada kita, tetapi akibat pilihan-pilihan buruk kita sendiri. Jika kita membiarkan dosa tinggal dalam hidup kita, kita akan mengalami konflik dan kehancuran internal.
Apa pun penyebab ketidak-utuhan kita, pengaruhnya negatif terhadap setiap aspek kehidupan kita – performa kerja, relasi, kesehatan, pola pikir, sikap dan emosi. Yang menyedihkan dari situasi ini adalah kita tidak pernah mengalami kepenuhan hidup sebagaimana yang Kristus janjikan. Betapa Tuhan berduka atas kehancuran yang disebabkan oleh dosa. Dia rindu memulihkan bagian-bagian yang hancur, menyatukannya kembali dan merekatkannya dengan kasih dan anugerah-Nya.
Yesus datang untuk menjadikan kita utuh.
Sementara kita memikirkan apa artinya menjadi utuh, pertama-tama kita perlu memahami bahwa Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk trikotomi (tiga bagian) yang terdiri dari roh, jiwa dan tubuh. Roh membuat kita dapat berhubungan dan bergaul dengan Allah. Jiwa adalah bagian dalam diri kita yang terdiri dari pikiran, kehendak dan perasaan. Dan tubuh adalah bagian diri kita secara fisik. Ketika Yesus melayani manusia, Dia menangani ketiga aspek manusia ini.
Roh. Ketika bertemudengan Nikodemus, Tuhan menjelaskan bahwa satu-satunya jalan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah dengan dilahirkan kembali dalam Roh (Yohanes 3:5-6). Karena kita semua lahir dalam kondisi mati rohani akibat keberdosaan kita, satu-satunya jalan untuk hidup adalah dengan menerima pengampunan Kristus (Efesus 2:1-5). Sebelum kebutuhan ini dipenuhi, kita tidak akan pernah utuh. Namun, sekali kita dilahirkan oleh Roh, Dia tinggal di dalam kita untuk selamanya. Sementara kita tunduk pada pimpinan-Nya dan membiarkan Dia memenuhi kita, Roh Kudus menghasilkan buah dalam karakter kita (Galatia 5:22-23).
Jiwa. Yesus juga memperhatikan masalah-masalah internal jiwa. Di Yohanes 4, kegagalan pernikahan dan hubungan di luar nikah perempuan Samaria itu menunjukkan luka emosional yang dalam. Kristus menawarkan Air Hidup kepadanya, satu-satunya yang benar-benar dapat memuaskan kehausan jiwanya dan yang akan terus memancar sampai hidup yang kekal (ayat 10,14). Percaya kepada-Nya bukan saja akan menerima pengampunan, tetapi juga akan mengalami transformasi. Setelah berjumpa dengan Yesus, kesaksian perempuan Samaria ini membuat banyak orang di kota itu menjadi percaya kepada Yesus (ayat 39). Kristus merindukan hal yang sama terjadi pada para pengikut-Nya saat ini – Dia ingin mengubah kita menjadi orang-orang yang bertumbuh secara rohani dan menjadi sehat secara emosional.
Apakah Anda merasa sendiri, terasing atau kesepian meski sedang berada bersama orang lain? Apakah Anda merasa diri Anda tidak dikasihi atau berpikir tak seorang pun benar-benar peduli pada Anda? Apakah Anda bergumul dengan perasaan-perasaan tidak mampu atau rendah diri? Jika jawaban-jawaban Anda adalah ya, ketahuilah bahwa Anda tidak harusterus hidup terbelenggu. Yesus ingin memulihkan jiwa Anda agar Anda dapat hidup berkelimpahan dan memenuhi rancangan-Nya bagi Anda. Renungkanlah apa yang sudah Dia perbuat bagi Anda. Pertama-tama, Dia menjadikan Anda sebagai warga kerajaan-Nya, anggota keluarga Allah, dan bagian dari tubuh-Nya, gereja. Apa pun yang Anda alami, Anda adalah milik Tuhan selamanya, dan Dia bersuka karena Anda. Dia juga memberikan Roh-Nya untuk tinggal di dalam Anda sebagai Penghibur dan Penolong. Dia berjalan besama Anda setiap waktu, memberi kemampuan dan kemantapan untuk menyelesaikan apa pun yang Dia minta dari Anda.
Tubuh.
Sejak Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan, manusia akan mengalamikelemahan, penyakit dan kematian. Tak seorang pun dapat terhindar dari hal ini. Barangkali pertanyaan yang seringkali menghantui kita adalah mengapa orang sakit tidak disembuhkan? Bukankah ke mana pun Kristus pergi, Dia melayani kebutuhan-kebutuhan fisik? Kitab Injil dipenuhi dengan kisah-kisah tentang orang buta yang dicelikkan, orang lumpuh yang berjalan dan orang sakit yang disembuhkan.
Kebenarannya adalah, kita tidak selalu tahu apa penyebab suatu penyakit, atau mengapa Tuhan tidak menyembuhkan setiap penyakit. Meskipun Yesus banyak menyembuhkan orang sakit, Dia tidak menyembuhkan semua orang sakit di Israel. Tujuan-Nya adalah membuat orang mencicipi kerajaan-Nya yang akan datang, saat Dia datang kembali untuk memerintah di bumi sebagai Raja di atas segala raja. Kesehatan instan tidak dijanjikan dalam hidup ini. Hanya setelah kita menerima tubuh kemuliaan maka kita akan menjadi utuh sempurna – tubuh, jiwa dan roh.
Kristus akan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Yesus mulai memulihkan keutuhan kita dengan kedatangan-Nya yang pertama, dan akan menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulai-Nya itu ketika Dia datang kembali. Pada saat keselamatan, Dia memberi hidup kepada roh kita. Kemudian Dia bekerja memulihkan jiwa kita melalui proses pengudusan, yang terus-menerus mengubah kita menjadi makin seperti Kristus. Tahap terakhir adalah pemuliaan, ketika kita diberi tubuh baru yang tidak akan dimakan usia, menderita sakit atau mati (Filipi 3:20-21). Namun, sebelum saat itu tiba, kita masih akan terus menghadapi kehancuran.
Namun kita memiliki pengharapan karena Tuhan tidak pernah berhenti menguduskan kita. Tujuan-Nya adalah agar “roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita” (I Tesalonika 5:23). Dan sementara Dia bekerja dalam hidup kita, kita menemukan sukacita berlimpah karena menjadi anak-anak Raja.