Menerima Damai Sejahtera yang Diberikan Yesus

Apakah Anda pernah kecurian?

Jika ya, Anda pasti tahu kesesakan yang mengikutinya. Hal ini pernah terjadi pada saya ketika seseorang merusak mobil saya dan mencuri tas kantor saya. Tas itu sendiri bukan kehilangan besar; tas itu sudah usang dan kuno. Dan saya juga ragu apakah si pencuri dapat menggunakan Alkitab Perjanjian Baru saya yang dalam bahasa Yunani itu.

Tetapi ada sesuatu di dalam tas kantor lama itu yang sangat berharga bagi saya. Yaitu Alkitab yang diberikan ibu saya. Saya sudah bertahun-tahun berkotbah dari Alkitab itu. Alkitab itu berisi ayat-ayat yang sudah ditandai dan catatan-catatan tentang bagaimana Tuhan berbicara pada saya melalui firman-Nya. Saya sangat sedih, dan selama berbulan-bulan saya merasa seperti kehilangan sahabat terbaik saya. Seseorang telah memaksa masuk ke dalam kehidupan pribadi saya dan mencuri catatan sejarah hidup saya bersama Tuhan.

Ada saat-saat dalam kehidupan saya ketika saya menderita kehilangan yang lain, dan kehilangan itu adalah kehilangan damai sejahtera. Terkadang saya cepat menyalahkan situasi atau orang lain, sekalipun “melempar kesalahan” itu jarang membantu. Dan ada juga saat-saat ketika saya menyadari damai sejahtera saya sudah dicuri – saya menyerah dengan berfokus pada masalah atau orang lain yang juga tidak damai sejahtera.

Sebenarnya, setiap orang percaya sudah diberi damai sejahtera Tuhan. Kita sudah diperdamaikan dengan Dia oleh kasih karunia melalui iman dalam kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Dan sebagai orang-orang yang sudah dipersatukan dengan Bapa, kita memiliki damai sejahtera Yesus yang tiada bandingnya, yang berkata, “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan Aku memberi kepadamu tidak seperti dunia memberi. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yohanes 14:27).

Setelah mengetahui bahwa Anda memiliki damai sejahtera Kristus, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa Anda kadang benar-benar tidak merasakan damai sejahtera. Anda mungkin mendapati diri Anda dipenuhi kemarahan, ketakutan atau kekecewaan.

Di kolong langit ini kita tidak dapat mengalami damai sejahtera yang sempurna dalam semua situasi. Beberapa peristiwa bisa menimbulkan kegelisahan seketika dan masuk akal. Tetapi kita tidak boleh membiarkan perasaan-perasaan menekan terus membelenggu kita. Ada cara untuk mendapatkan kembali damai sejahtera kita, dan Paulus menuliskan tentang hal itu di Filipi 4:6-9.

Langkah pertama untuk mendapatkan kembali damai sejahtera Kristus adalah berseru kepada Bapa surgawi. “Janganlah khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (ayat 6).

Kita semua sudah berdoa dengan cara yang menambah kekhawatiran dengan berfokus pada situasi, bukannya pada Tuhan. Tetapi berdoa dengan merenungkan kebenaran-kebenaran Alkitab tentang kuasa dan kasih-Nya dapat menjadi cara yang lebih baik. Doa seperti ini mendatangkan “damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal” yang akan memelihara hati dan pikiran kita (ayat 7). Hasil akhirnya adalah meningkatnya kedewasaan rohani, karena iman Anda kepada Tuhan diperteguh.

Langkah kedua adalah mengendalikan pikiran. Langkah ini sangat penting karena cara kita berpikir akan menentukan cara kita merasa dan bertindak. Paulus memberitahukan bagaimana tepatnya kita harus memusatkan pikiran kita – yaitu pada segala yang benar, yang mulia, yang adil, yang manis, yang sedap didengar, yang disebut kebajikan dan yang patut dipuji (ayat 8). Dan jika kita memerhatikan daftar ini, setiap kualitas ini menggambarkan tentang Tuhan, firman-Nya dan cara-Nya.

Ketika pikiran kita selaras dengan pikiran Tuhan, situasi-situasi kelam yang membuat kita khawatir akan mereda. Dan damai sejahtera Kristus akan memenuhi hati kita, dalam situasi apa pun. Namun jika kita membiarkan pikiran kita berfokus pada hal-hal yang tidak benar atau tidak baik, kepercayaan kita pada Tuhan akan terkikis, dan perasaan-perasaan seperti kemarahan, kekecewaan dan kecemasan akan menguasai kita. Kita akan mendapati diri kita terombang-ambing seperti gelombang di tengah badai dan akan mulai merasa bimbang bahwa Tuhan mengasihi kita. Kita mungkin juga mulai merasa Dia membuang kita – sekalipun itu adalah hal yang mustahil. Lalu dalam keputusasaan, kita mungkin mengambil jalan sendiri, berusaha memperbaiki situasi agar hidup kita kembali stabil. Tetapi damai sejahtera Tuhan adalah anugerah, bukan hal yang dapat kita rekayasa. Dan satu-satunya cara untuk menerimanya adalah dengan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.

Ini mengantar kita ke langkah selanjutnya, yang sangat sederhana namun sekaligus merupakan tantangan besar: Melakukan yang dikatakan Tuhan. “Apa yang telah kamu pelajari, yang telah kamu terima, yang telah kamu dengar, dan yang telah kamu lihat dariku, lakukanlah itu. Dengan demikian Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu” (ayat 9).

Kata “lakukanlah” merujuk pada tindakan yang terus-menerus. Setiap kali kita membaca Alkitab atau mendengarkan kotbah yang alkitabiah, kita bertanggung jawab untuk melakukan prinsip-prinsip yang kita pelajari itu. Tidak mungkin orang Kristen yang hidup memberontak pada Tuhan tetap mengalami damai sejahtera-Nya. Dosa selalu mendatangkan malapetaka.

Jika Anda menunggu Tuhan memberikan damai sejahtera dengan memperbaiki segala hal yang mengganggu hidup Anda, Anda tidak akan pernah mendapatkannya, karena damai sejahtera Tuhan tidak ada hubungannya dengan situasi kita. Ketika Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Filipi, ia sedang dikurung secara tidak adil di penjara Romawi. Namun tak satu pun ada kata kemarahan, kepahitan, ketakutan atau kecemasan dalam suratnya. Sebaliknya, ia menyebut kata sukacita atau bersukacita sampai 16 kali. Sungguh iman yang luar biasa!

Dan yang sungguh luar biasa lagi adalah bahwa damai sejahtera yang melampaui segala akal yang dialami Paulus itu juga tersedia bagi Anda jika Anda bersedia mengambil langkah-langkah yang ia sampaikan dalam suratnya. Dan inilah juga doa saya untuk Anda. Kristus sudah memberikan damai sejahtera-Nya kepada Anda. Maukah Anda menerimanya hari ini?