Mengapa Sejarah Gereja Penting

Kita mengabaikan masa lalu dan membahayakan pembentukan spiritual kita.

By Michelle Van Loon

Saya kenal beberapa orang yang meringkas 2.000 tahun sejarah gereja dengan kalimat seperti ini: “Pertama datanglah Perjanjian Baru, kemudian Martin Luther, mungkin selanjutnya melakukan pergi ke Israel, lalu ke Billy Graham, dan kemudian terus saja hingga tiba di hari Minggu ini di gereja lokal saya.”

Subjek sejarah mungkin memunculkan ingatan buruk tentang menghadapi kuis Peradaban Dunia di menit-menit terakhir saat berada di bangku sekolah menengah atas. Setelah meninggalkan sekolah, sebagian terbesar dari kita dengan senang hati meninggalkan buku-buku sejarah itu di rak buku, sampai berdebu.

Tetapi kisah Kekristenan telah terjalin di Barat dengan peristiwa-peristiwa politik, ekonomi, dan sosial yang lebih luas selama dua milenium terakhir. Jika kita mengenal dan mempercayaisang Penulis sejarah, maka kita dapat memiliki hubungan yang penuh doa dan reflektif dengan masa lalu. Pikirkan itu sebagai cara untuk mendapatkan ilham dari iman dan kegagalan mereka yang telah berusaha untuk melayani Tuhan sejak kedatangan Kristus yang pertama. Sejarah Gereja mengingatkan kita bahwa ada orang-orang percaya dari setiap zaman yang menjadi saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, mendesak kita menuju pada kekudusan (Ibrani 12:1).

Tetapi banyak orang memiliki fobia bila menyangkut sejarah. Saya pernah membaca bahwa studi sejarah tidak benar-benar masuk akal sampai kita dewasa, karena hanya otak yang matang secara fisik memiliki kemampuan untuk membentuk koneksi antara peristiwa, mensintesis informasi, dan menilai makna. Penulis Michael Crichton dilaporkan mengatakan, “Jika Anda tidak tahu sejarah, maka Anda tidak tahu apa-apa. Anda adalah sehelai daun yang tidak tahu itu bagian dari pohon. ”Kata-katanya yang blak-blakan mengingatkan saya bahwa mengabaikan sejarah membuat kita tidak mendapatkan nutrisi kebijaksanaan dan perspektif yang disediakan oleh sejarah itu.

Sejarah Gereja telah membantu saya membedakan kebenaran, lebih memahami identitas saya di dalam Yesus, persekutuan yang lebih penuh dengan saudara-saudara seiman, dan memperkuat apa yang saya yakini. Sejarah gereja adalah kisah keluarga saya.

Dan jika Anda seorang pengikut Yesus, itu adalah kisah Anda juga.

Menemukan kesalahan lama dalam kemasan yang baru

Filsuf George Santayana dikenal dengan perkataan “Mereka yang tidak dapat mengingat masa lalu dikutuk untuk mengulanginya.” Tidak ada yang lebih jelas dalam sejarah Kristen daripada kesalahan teologis dasar yang sama menegaskan kembali dirinya sendiri berulang kali, lagi … dan lagi. Misalnya, “injil kemakmuran” – gagasan bahwa menjalankan iman dengan benar akan menghasilkan berkat kesehatan dan kekayaan Allah – memiliki sejarah panjang di gereja. Pastor Tim Challies menjelaskan:

“Simon Magus [Sang Penyihir] termotivasi oleh kecintaan akan uang ketika dia mencoba membeli kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 8: 9-24). Sejak dia, orang penipu yang mengklaim memiliki keahlian khusus telah muncul dalam berbagai bentuk, selalu mencari keunggulan di dalam gereja sehingga dia dapat hidup dalam kemewahan. Ketika Paus Leo X terkenal menugaskan Tetzel untuk menjual pengampunan, keuntungannya tidak hanya dapat mendanai rekonstruksi Basilika Santo Petrus, tetapi juga gaya hidupnya yang mewah. ”

Dia melanjutkan dengan mencatat bahwa perilaku ini tidak berbeda dengan para pengkhotbah “kesehatan dan kekayaan” yang memberitakan Injil kemakmuran untuk memperkaya diri mereka sendiri dari pengorbanan finansial pengikut mereka. Seperti yang dikatakan oleh penulis Pengkhotbah, tidak ada yang baru di bawah matahari. Tetapi hanya dengan menjadi siswa sejarah kita akan memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan untuk mengenali kesalahan lama yang dibungkus dengan kemasan modern yang mengkilap.

Mengidentifikasi DNA rohani

Mempelajari sejarah gereja bukan hanya menjadi vaksin agar tidak jatuh dalam kesalahan. Mengetahui sesuatu tentang DNA rohani kita juga dapat memperkuat identitas kita sebagai orang percaya.

Hal ini terbukti bagi saya belum lama ini ketika saya memutuskan untuk mengambil salah satu tes DNA yang diiklankan di TV. Saya pikir saya akan menyerahkan hasilnya kepada cucu-cucu saya suatu hari nanti karena saya cukup yakin tentang asal-usul keluarga saya. Jika Anda pernah menonton film Fiddler on the Roof, maka Anda telah melihat versi musikal Hollywood yang terlupakan tentang sejarah keluarga Yahudi Eropa Timur saya baru-baru ini. Hasil tes DNA mengkonfirmasi sebagian besar dari apa yang saya ketahui tentang diri saya, tetapi juga mengungkapkan beberapa misteri: Saya 92,1 persen Yahudi, tetapi terkejut mengetahui bahwa saya juga 6,7 persen Skandinavia dan 1,2 persen Nigeria.

Karena ada larangan alkitabiah yang kuat dalam komunitas Yahudi religius untuk tidak menikahi orang non-Yahudi, saya tertarik dengan bagian DNA Skandinavia dan Nigeria saya. Mungkin saya tidak akan pernah tahu tentang bagaimana, dimana, atau kapan hubungan antara leluhur genetis saya terjadi, tetapi data telah membuat saya mengenali ada lebih banyak kisah saya daripada yang saya telah pelajari dari orangtua dan kakek nenek saya.

Demikian juga, jika kita mengabaikan cerita tentang bagaimana gereja lokal kita didirikan atau bahkan bagaimana denominasi kita terbentuk, hampir pasti bahwa kita kehilangan gambaran yang jauh lebih besar tentang apa yang menyebabkan peristiwa dan hubungan yang saat ini terjadi. Tantangan apa yang ditanggapi oleh pendiri jemaat kita? Apa yang terjadi di gereja universal pada saat itu? Guru atau pemimpin seperti apa yang dikagumiseniorrohani langsung Anda? Siapa yang mereka tolak? Dan mengapa? Penting juga untuk mengetahui bahwa peristiwa-peristiwa seputar pendirian jemaat atau denominasi Anda merupakan tanggapan terhadap hal-hal yang terjadi pada beberapa generasi sebelumnya. Memperoleh gambaran penuh tentang kisahnya dapat memberikan konteks yang berharga untuk apa yang sedang terjadi saat ini.

Tugas detektif DNA rohani semacam ini dapat membantu Anda memahami siapa kerabat terdekat Anda, ditambah dari mana mereka berasal — dan kemana mereka pikir mereka akan pergi.

 

Mencari persamaan, merayakan perbedaan

Mempelajari sejarah gereja dapat membuka pintu bagi semua jenis hubungan baru yang tidak terduga. Dan hubungan itu hampir pasti akan menantang status quo rohani Anda saat ini.

Sebagai contoh, saya mengenal beberapa orang percaya yang dilahirkan kembali yang tumbuh dalam gereja Katolik, Ortodoks, atau Protestan tetapi yang sekarang menghadiri gereja-gereja non-denominasi. Beberapa dari teman-teman ini melihat gereja masa kecil mereka mewakili masa ketika iman mereka tidak bernyawa. Akibatnya, mereka dengan cepat mengabaikan bagian yang dilakukan oleh denominasi-denominasi ini dalam memelihara dan memproklamirkan iman dari waktu ke waktu.

Sebelum tahun 1054 M, ketika Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Roma terpecah, hanya ada satu gereja universal. Masih ada tambahan 500 tahun lagi sebelum perpecahan lain terjadi di Eropa barat — gerakan Reformasi. Hal ini terjadi dalam berbagai bentuk yang berbeda: wahyu Martin Luther tentang apa maknanya diselamatkan oleh iman, yang akhirnya mengakibatkan keluarnya dia dari gereja Katolik; Aplikasi sistematis John Calvin tentang doktrin kedaulatan Allah dalam setiap aspek urusan manusia; dan fokus gerakan Anabaptis pada baptisan orang dewasa dan ekspresi iman yang sederhana dan hidup. Semua ini telah menyebabkan puluhan ribu denominasi yang kita miliki saat ini.

Mempelajari sejarah gereja pada suatu titik akan menyebabkan kita merasa tidak nyaman secara teologis. Kemungkinan kita akan menemukan bahwa banyak kisah keluarga Kristen kita berasal dari aliran iman yang berbeda daripada kisah kita sendiri. Kita cenderung tidak mempercayai apa pun yang tidak datang dari aliran tempat kita beribadah sekarang.

Saya tekankan di sini bahwa mendidik diri sendiri tentang sejarah gereja tidak sama dengan meneguhkan setiap kepercayaan yang diajarkan di masa lalu. Melakukan studi tentang sejarah gereja dengan ukuran keingintahuan dan kebijaksanaan yang setara dapat memperdalam akar iman Anda sambil membiarkan Allah memangkas kesalahpahaman yang adaserta ide-ide tidak sehat. Mintalah Roh Kudus untuk membimbing Anda dalam studi Anda, membantu Anda untuk menyaring kebenaran dari kesalahan, dan menyaring hikmat dari kebodohan (Yohanes 14: 15-27).

Saya pernah memiliki seorang profesor Kristen yang memberi tahu saya bahwa seminari akan memberi saya beberapa mitra percakapan intelektual yang baru, karena saya akan diminta untuk membaca dan menanggapi teks-teks yang menantang dan asing. Saya percaya hal yang sama berlaku untuk setiap siswa sejarah gereja. Anda tidak perlu masuk sekolah teologia untuk berada dalam dunia yang memiliki mitra percakapan yang penuh iman, yang akan sering memberikan diskusi yang bermakna dan memperkaya hidup Anda. Saat berbicara dengan mereka, Anda dapat menemukan cara-cara baru untuk berhubungan dengan kerabat yang beribadah dalam tradisi iman yang berbeda atau rekan kerja yang mengajukan pertanyaan tentang mengapa ada begitu banyak gereja dan denominasi yang berbeda. Anda juga akan membawa perspektif baru kepada pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul saat kelompok kecil atau kelas sekolah Minggu Anda mempelajari Alkitab bersama-sama.

Mendapatkan Perspektif yang Berharga

Selama empat dekade terakhir, suami saya dan saya telah melalui satu kali perpecahan gereja dan beberapa pengalaman memilukan dengan para pemimpin yang berkompromi secara moral. Perilaku tidak kudus dari orang-orang yang pernah kami percayai meninggalkan luka yang dalam di jiwa saya. Ketika saya mencari penghiburan dan pemulihan dari Tuhan, saya menemukan penghiburan dalam Firman-Nya dan kekuatan yang besar dalam biografi orang-orang Kristen lain yang meneladankan iman dan ketekunan.

Beberapafavorit saya termasuk Oswald Chambers: Abandoned to God karya David McCasland:; The Hiding Place; The Confessions of St. Augustine karya Corrie ten Boom; dan A Chance to Die: The Life and Legacy of Amy Carmichael karya Elisabeth elliot.Saya juga telah belajar banyak dari tulisan-tulisan Frater Lawrence, biarawan abad ke-17 yang menulis The Practice of the Presence of God yang populer, dan karya klasik abad ke-16 karya St. John of the Cross, Dark Night of the Soul. Baru-baru ini, saya telah tenggelam dalam tulisan-tulisan dari beberapa bapa dan ibu gereja mula-mula dan telah terinspirasi oleh pengejaran mereka akan Allah selama masa perubahan budaya yang hebat.

Memulai Pembelajaran Anda tentang Sejarah Gereja

Berikut adalah beberapa buku yang dapat Anda gunakan untuk memulai studi Anda tentang sejarah gereja:

  • Church History in Plain Languageoleh Bruce L. Shelley
  • Turning Points: Decisive Moments in the History of Christianityoleh Mark A. Noll
  • The Story of Christianity, Volumes 1 and 2oleh Justo L. González

Christianhistoryinstitute.org juga memiliki 37 tahun terbitan majalah Sejarah Kristen, yang tersedia secara daring untuk dicari.

Sekalipun wawasan mereka tidak lekang oleh waktu, studi saya tentang sejarah gereja mengingatkan saya bahwa semua orang ini merupakan produk dari waktu dan tempat mereka hidup. Sangat membantu bagi saya sebagai pembaca untuk memiliki kerangka dasar sejarah sehingga saya dapat lebih memahami beberapa tantangan teologis dan sosial yang mereka hadapi. Kisah-kisah mereka — kekurangan, kegagalan, keberanian, dan kesetiaan mereka — memberi detil sejarah itu sendiri bagi saya. 

Akhir kisahnya

Ketika gereja secara bersamaan sedang bergumul, mengalami penganiayaan, atau menavigasi pertumbuhan eksplosif, sejarah mengingatkan kita bahwa tubuh Kristus telah bertahan hingga saat ini dan, sebagaimana digarisbawahi oleh Alkitab, akan bertahan sampai akhir:

“Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut” (Wahyu 12:10-11).

Bagian penting dari kemenangan terakhir ini adalah kesaksian yang aktif dan hidup dari orang-orang percaya yang menghasilkan keberanian dan pengorbanan diri. Setiap bab sejarah gereja — termasuk yang ditulis hari ini dengan hidup Anda sendiri — dimaksudkan untuk menjadi kisah yang mencerminkan kemuliaan Pribadi yang telah memanggil setiap kita, di setiap generasi, untuk hidup sebagai pemenang.