Orang Kristen Baik Dan Orang Kristen Buruk
(Matt Woodley)
Orang percaya tidak menunjukkan Yesus dengan baik ketika mereka tidak menjadikan Dia sebagai pusat hidup mereka.
Terkadang saya merasa seperti memakai kaos bertulisan, “Ceritakanlahpadaku keluhan-keluhanmu tentang gereja.” Teman saya Sally bekerja di organisasi nirlaba yang mencari keadilan bagi para narapidana yang dihukum secarasalah. Ketika kasus-kasus dimunculkanuntuk diadili ulang, konon hakim yang paling ditakuti dan tidak adil adalah seorang pria yang ia sebut “seorang Kristen konservatif.” Sally bertanya pada saya, “Mengapa ada begitu banyak orang Kristen yang buruk?”
Orang yang mengelola tempat penjualan pizza di lingkungan tempat tinggal saya dulu di Long Island suka menunjukkan pada saya”dinding aib” yang dibuatnya —sebuah papan pengumuman di dapur yang dipenuhi kliping koran tentang para pendeta yang melakukan hal-hal buruk. Teman saya Jenny berkata pada saya, “Dengar, kita bisa berteman selama kamu tidak mencoba mengubah saya. Saya benci agama yang terorganisir, terutama apa pun yang berhubungan dengan gereja.” Lalu, dalam penerbangan baru-baru ini, saya mengalami percakapan yang menyenangkan dengan seorang pemuda eksekutif pemasaran sampai saya secara singkat mengatakan padanya bahwa saya seorang pendeta. Langsung saja ada keheningan yang panjang di antara kami yang kemudian diikuti perkataan, “Jadi, bisakah saya memberi tahu Anda,hal-hal apa saja yang mengganggu saya tentang gereja?”
Keempat orang ini yakin bahwa kebanyakan orang Kristen adalah berita buruk bagi dunia.Keluhan dasarnya jelas: orang Kristen tidak berlaku seperti Kristus. Tuntutan ini seringkali didahului dengan serangkaian tuduhan khusus. Orang Kristen tidak peduli dengan orang-orang miskin atau terpinggirkan. Orang Kristen penuh kebencian, sombong, dan merasa benar sendiri. Litani ini sering menjadi masalah historis juga. Gereja yang memimpin Perang Salib, memberangus penelitian ilmiah, menyokong perbudakan, mendukung kolonisasi penduduk asli, dan secara konsisten berada di sisi sejarah yang salah.
Apa yang harus saya katakan kepada teman-teman yang memiliki sentimen anti-gereja yang kuat dan keras itu? Apakah gereja dipenuhi banyak “orang Kristen buruk”? Tanggapan sederhana saya seperti ini: “Ya, tetapi …” Saya mulai dengan setuju dengan mereka. Saya berkata, “Anda benar. Ada dan terlalu banyak orang Kristen yang tidak berlaku seperti Yesus.” Saya merujuk pada perkataan Paulus bahwa orang Kristen dipanggil untuk memancarkan “keharuman Kristus” (2 Korintus 2:15). Tetapi sayangnya, yang kita lakukan terkadang hanya menebarkan bau prasangka, apatisme, ketidakadilan, atau bahkan kekejaman. Saya beresonansi dengan Frederick Douglass, seorang orator dan abolisionis abad ke-19 yang brilian (dan pengikut Kristus) yang pernah mengeluh, “Antara Kekristenan negeri ini dan Kekristenan Kristus, saya mendapati banyak sekali perbedaannya.”
Saya juga mengingatkan teman-teman saya yang anti gereja itu bahwa Seseorang yang lain juga setuju dengan upaya mereka mengungkap dan menghancurkan kemunafikan: Yesus. Dia mengantisipasi dan menolak para pengikut yang konon tidak benar-benar mengikuti cara hidup dan pengajaran-Nya. (Baca Matius 7:15-27). Dia juga menyebutkan dan mengecam (dari bahasa Latin yang artinya “melucuti”) contoh-contoh spesifikdari kemunafikan agama itu. (Bacalah hampir seluruh pasal yang panjang dari Matius 23). Apakah gereja menghancurkan segalanya? Hmm, tidak juga, namun jika hal itu terjadi, Yesus kemungkinan besar akan membalikkan situasi.
Maka, dengan “hati yang hancur dan remuk redam” (Mazmur 51:17), kita harus melepaskan pembelaan kita dan hanya berkata, “Ya, Anda benar. Gereja tidak berlaku seperti Yesus—bahkan terkadang secara menyedihkan. Ya, ada ’orang-orang Kristen yang buruk.’ Hal ini menghancurkan hati saya, tetapi terlebih, hal ini menghancurkan hati Tuhan dan Juru Selamat saya.”
Ketika saya mengatakan semua ini kepada teman saya Sally, ia berkata, “Baiklah, itu menolong, tetapi saya juga ingin tahu tentang ‘Tetapi …’ itu. Apakah ‘Ya, tetapi …’itu? Mengingat meningkatnya permusuhanbukansajaterhadap orang Kristen yang buruk, tetapi juga terhadap doktrin pokok Kristen, penting sekali dijelaskan bagaimana dan kapan gereja – wujud kehadiran Yesus secara komunal di bumi ini, dapat menyampaikan pesan-Nya dengan benar—bahkan dengan sangat indah.
Terkadang kita membutuhkan dukungan dari orang sekuler untuk membantu kita melihat sisi baik gereja. Pada tahun 2011, Nicholas Kristof, penulis New York Times yang menyatakan dirinya skeptis, menulis bahwa orang Kristen yang percaya Injil telah “dipermalukan di antara orang-orang progresif sebagai orang yang reaksioner, kurang wawasan, anti-intelektual dan, jika ada juga, tidak bermoral.” Kristoff menyebut ini sebagai “intoleransi terbalik” atau bahkan “kefanatikan terbalik.” Setelah melaporkan tentang kemiskinan, sakit-penyakit, dan penindasan selama beberapa dasawarsa, Kristof sampai pada kesimpulan yang mengejutkan: “Pergilah ke garis depan pertempuran, di dalam maupun di luar negeri, yang melawan kelaparan, malaria, pemerkosaan di penjara, fistula kebidanan, perdagangan manusia atau genosida, maka beberapa orang paling berani yang akan Anda jumpai adalah orang-orang Kristen Injili (atau orang Katolik konservatif yang serupa dalam banyak hal) yang benar-benar menghayati iman mereka .… Saya kagum pada orang-orang yang mempertaruhkan hidup mereka seperti ini—dan itu membuat saya muak ketika melihat iman mereka diejek di pesta-pesta di New York.”
Empat tahun kemudian, dalam tulisannya yang lain, Kristof menggaungkan ketidaksukaannya pada yang disebutnya “karikatur liberal orang Injili.” Kali ini ia berfokus pada seorang pengikut Kristus—seorang misionaris medis berambut putih yang bernama Dr. Stephen Foster. Ahli bedah ini membawa keluarganya ke pedesaan Angola dan selama hampir empat dasawarsa menolong orang-orang miskin di sana—negara dengan angka kematian anak tertinggi di dunia. Lagi-lagi, Kristof memuji pelayanan orang-orang Kristen di seluruh dunia dan di Amerika Serikat. Ketika saya membagikan pemikiran-pemikiran Kristof ini kepada teman-teman seperti Sally atau Vinny atau Jenny, saya berkata, “Saya dapat menunjukkan ratusan ‘Dr. Foster’lain kepada kalian.” Saya tidak membual atau melebih-lebihkan. Saya mengacu pada orang-orang, tempat-tempat dan kisah-kisah yang saya ketahui sendiri. Saya bisa mulai dengan menjelaskan lingkungan tempat tinggal saya di sisi timur kota Aurora—kota terbesar kedua di Illinois. Pada pertengahan tahun 1990-an, Aurora terpuruk denganbanyaknya pembunuhan yang berkaitan dengangeng-geng. Tahun 1996, angka pembunuhan di kota itu mencapai 26—tiga kali lipat dari angka rata-rata nasional. Laporan Berita Amerika dan Dunia (U.S. News & World Report)mengklaim bahwa polisi ”bergerak dari penembakan yang satu ke penembakan lainnya sedemikian cepat sampai mereka hampir tak dapat mengikuti, apalagi menutup kasus.” Kemudian, secara hampir tak dapat dijelaskan, pada tahun 2012 tingkat pembunuhan anjlok menjadi nol.
Apa yang terjadi? Tentu saja ada banyak faktor, tetapi banyak orang masihakan menunjuk pada sepasang katalisator luar biasadalam pemulihan Aurora: seorang pendeta Karismatik bernama Dan dan seorang romo Katolik bernama David. Dan dan David mulai dengan mengadakan doa berjaga-jagatepat di tempat terjadinya pembunuhan. Setelah menghadapi pertentangan keras (tak ada yang ingin menarik perhatian untuk mengalami penembakan berdarah di jalanan), mereka terus bertekun sampai orang-orang mulai memperhatikan. Persekutuan-persekutuan doa lalu berkembang. Dave dan Dan mulai mewartakan kabar baik tentang Kristus, dan terang akhirnya mendapatkan momentum atas kegelapan.
Dan kemudian,hal yang lain terjadi. Pada masayang gelap itu, puluhan orang Kristen meninggalkan tempat kediaman mereka yang aman di pinggiran kota dan pindah ke wilayah yang keras di dekat pusat kota Aurora. Mereka menjadi guru sekolah umum, pekerja sosial atau pendeta. Mereka memulai organisasi-organisasi nirlaba yang berfokus pada mantan penjahat yang tunawisma. Mereka membangun gereja-gereja.Akibatnya, para anggota geng mulai datang pada Kristus. Sekarang, lebih dari 20 tahun kemudian, saya secara rutin bertemu dengan orang-orang—seperti pria yang mengeruk salju di jalan masuk ke rumah saya pada musim dingin secara gratis, atau tetangga saya yang bekerja penuh waktu sambil membangun keluarga dan belajar pelayanan pastoral—yang memiliki cerita serupa. Saya dulu orang jahat. Saya pemarah dan kasar. Tetapi kemudian saya bertemu dengan Tuhan Yesus. Dia mengubah hidup saya. Saya sekarang menyanyi di