Posibilitas Damai Sejahtera

(Charles F. Stanley)

Salah satu harta yang paling sulit dimiliki di dunia tersedia cuma-cuma di dalam Kristus.

Pernahkah Anda memerhatikan dan merasa bahwa orang tertentu tampaknya lebih baik dari Anda? Hidup mereka tampak damai dan bahagia, sementara hidup Anda tampak penuh tekanan dan persoalan. Mungkin rasanya tidak adil sampai Anda tidak lagi berpikir bahwa Anda sebenarnya hanya melihat dari permukaan saja. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan orang lain.

Menjadi orang Kristen tidak melepaskan kita dari kesulitan. Kita tidak dijanjikan kehidupan yang bebas dari masalah dan penderitaan, tetapi Kristus berjanji memberi kita damai sejahtera di tengah semuanya itu (Yohanes 16:33). Kita terlalu sering berpikir bahwa situasi yang berbeda akan memberi kepuasan. Jika kita memiliki pekerjaan yang lebih baik, uang lebih banyak, atau liburan lebih lama, masalah kita akan selesai.

Dunia menawarkan solusi-solusi untuk mengatasi kekhawatiran, tetapi yang diberikan hanya kelegaan sementara. Di sisi lain, damai sejahtera Kristus tidak tergantung pada situasi, karena didasarkan pada relasi dengan-Nya. Dengan kata lain, kita mungkin saja mengalami hati yang damai dan tenteram pada saat-saat yang buruk – bahkan ketika dunia kita terjungkir balik.

Itulah tepatnya yang dialami murid-murid Kristus ketika Dia disalibkan. Semua harapan, impian dan ekspektasi mereka hancur. Tetapi pada malam menjelang terjadinya semua ini, Yesus memberi mereka kata-kata yang menghiburkan ini: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu; Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan Aku memberi kepadamu tidak seperti dunia memberi. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yohanes 14:27). Ketika situasi-situasi berada pada masa terburuknya, Dia memberikan kepada mereka satu-satunya hal yang mereka perlukan untuk melaluinya—hal yang tak pernah bisa dihancurkan atau diambil dari mereka.

TUHAN MEMBERIKAN YANG DIA JANJIKAN

Tidak ada jaminan segala sesuatu akan berjalan sesuai keinginan kita dalam kehidupan ini, tetapi kita dapat mengandalkan yang satu ini: Kristus sudah melakukan segala yang diperlukan untuk memastikan kita dapat hidup dengan damai sejahtera-Nya yang tetap dalam segala hal.

Hal pertama yang Yesus lakukan untuk kita adalah memperdamaikan kita dengan Bapa. Akibat dosa, semua manusia terlahir dalam keadaan terpisah dari Tuhan. Tetapi Yesus sudah menanggung hukuman itu; sehingga orang-orang yang percaya kepada-Nya akan dibenarkan – dinyatakan tak bersalah (Roma 5:1). Alih-alih menjadi seteru Tuhan, kita sekarang diangkat menjadi anak-anak-Nya.

Kedua, Kristus memberi kita ketenangan batin. Kita tidak dapat memiliki kemampuan ini dengan kekuatan kita sendiri, tetapi melalui relasi kita dengan Dia, kedamaian hati menjadi hal yang nyata dalam hidup kita. Yesus mengumpamakan relasi kita dengan-Nya seperti ranting yang melekat pada Pokok Anggur (Yohnaes 15:5). Kita memasuki persatuan dengan Kristus yang vital ini ketika kita diselamatkan. Sekarang, hidup-Nya mengalir melalui kita seperti sari-sari makanan mengalir melalui ranting.

Berkat kehadiran Roh Kudus yang memampukan, kita kini dapat memiliki damai sejahtera dan sukacita di tengah berbagai situasi sulit dan menantang. Ini tidak berarti kita selalu akan hidup bahagia, tetapi iman dan kepercayaan kita dalam Kristus memungkinkan kita untuk bersukacita di dalam Dia dan terbebas dari kekhawatiran ketika kita membawa segala persoalan kita kepada-Nya dalam doa dengan ucapan syukur (Filipi 4:4-7). Hasilnya adalah damai sejahtera Tuhan yang melampaui segala akal  memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (ayat 7).

Ketiga, persatuan vital kita dengan Tuhan memungkinkan kita untuk hidup dalam perdamaian dengan orang lain. Ketika Roh-Nya mengalir melalui kita, Dia menghasilkan di dalam kita buah Roh “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri” (Galatia 5:22-23). Kualitas-kualitas ini merupakan batu-batu bangunan untuk memiliki relasi yang baik dengan orang lain. Sekalipun kita diperlakukan dengan buruk, ditolak, atau dicerca, kita bisa tetap memiliki hati yang penuh damai.

MENGAPA KITA KEHILANGAN DAMAI SEJAHTERA?

Yesus sudah memberikan semua yang kita perlukan, tetapi mengapa kita masih saja bergumul dengan kekhawatiran dan kegelisahan? Kita berseru pada Tuhan di tengah penderitaan, kebingungan atau kesusahan kita, tetapi semakin kita mendoakannya, semakin kita menjadi galau. Apa yang membuat kita tidak mengalami damai sejahtera yang diberikan Kristus pada kita?

Dosa. Pergolakan batin selalu menyertai ketidaktaatan pada Tuhan. Jika ada sesuatu dalam hidup kita yang tidak seharusnya ada di sana (kebiasaan, sikap, kepemilikan, atau tindakan tertentu), kita tidak akan mengalami damai sejahtera Kristus sebelum kita menghadapinya. Kadang kita berusaha mengatasi situasi itu tetapi akhirnya malah memperpanjang kesengsaraan kita, karena Bapa surgawi hendak mendisiplin kita sampai kita mengakui dan bertobat dari dosa kita (Ibrani 12:7-10). Ketika relasi kita dengan Tuhan dipulihkan, damai sejahtera kita akan kembali.

Fokus. Cara terutama saya kehilangan damai sejahtera adalah dengan memproyeksikan kesusahan hari esok pada hari ini. Ketika fokus saya beralih dari Tuhan kepada masalah-masalah esok hari, minggu depan atau bulan yang akan datang, masalah saya menjadi tampak makin besar dan Tuhan kelihatan makin kecil. Yesus mengatakan hal yang sangat mirip dalam Kotbah di Bukit. Setelah memerintahkan kita untuk mencari dahulu kerajaan-Nya dan memercayai Dia untuk menyediakan semua yang kita butuhkan, Dia mengajukan pertanyaan yang menyadarkan: “Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambah sehasta saja pada jalan hidupnya?” (Matius 6:27).

Keraguan. Kita juga bisa kehilangan damai sejahtera jika kita mulai meragukan apakah Tuhan akan melakukan yang Dia janjikan. Mungkin salah satu aspek keraguan kita yang terbesar adalah masalah  finansial. Yesus memerintahkan kita untuk memercayai Tuhan dan tidak khawatir dengan kebutuhan-kebutuhan kita (Matius 6:25-33), tetapi kita kadang bertanya-tanya, Apakah Dia akan melakukannya untuk kita? Lalu pikiran kita mulai sibuk mereka-reka ketika kita merenungkan semua “bagaimana jika” dan berusaha menemukan solusi kita sendiri. Alih-alih berfokus pada masalah kita, lebih baik kita mengingat siapa Tuhan kita. Yesaya 26:3-4 berkata, “Yang teguh hatinya, Kaujaga dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal.” Ketika fokus kita beralih kepada kesetiaan Tuhan, mengkhawatirkan banyak hal dalam hidup ini akan menjadi jauh lebih sulit.

Jika Anda berpikir posibilitas damai sejahtera itu hanya mungkin bagi orang-orang yang hidupnya tidak galau, tertata, dan tidak rumit, perkataan Kristus akan menjadi Kabar Baik. Tak peduli betapa kacaunya kehidupan ini, damai sejahtera-Nya tersedia bagi semua orang yang percaya pada-Nya untuk diselamatkan, berfokus pada Tuhan dan firman-Nya dan bukan pada situasi, serta mengikut Dia dalam ketaatan. Sesederhana itu: Percaya, fokus dan taat.

Disadur dari kotbah Charles F. Stanley yang berjudul “Peace in Bad Times”