Prakata Dr. Charles Stanley

Hadiah-hadiah Natal pertama sangatlah tepat untuk Yesus.

Pernahkah Anda merasa senang dan terkejut ketika seseorang memilih hadiah yang benar-benar tepat untuk Anda? 

charles stanleyLuar biasa sekali menerima hadiah semacam itu. Salah satu hadiah yang saya ingat, tiba di rumah saya beberapa tahun yang lalu, dalam sebuah dus besar bertuliskan “Awas Pecah!” Saya tidak bisa membayangkan tentang isinya. Ketika saya membukanya, saya merasa terkejut. Pemberinya telah membungkus hadiah yang sangat berharga sekali bagi saya, dan merupakan berkat yang luar biasa.

Memberikan hadiah semacam ini juga menyenangkan, bukan?

Itulah bagian yang kita sukai tentang Natal. Kelahiran Juru Selamat adalah hadiah terbaik yang pernah diberikan. Dan sebagai tanggapannya, kita berbagi sukacita dengan mencari hadiah-hadiah spesial bagi orang Iain. Mendengar mereka berkata “Tepat sekali!” memberi kita kebahagiaan besar.

Yesus juga menerima hadiah-hadiah Natal pertama, dan hadiah-hadiah itu sungguh tepat untuk Dia. 

Jika Tuhan saat itu dapat berkata-kata, saya kira ketika orang-orang Majus memberikan hadiah, Dia juga akan berkata, “Semua ini tepat sekali!” Emas, kemenyan dan mur mungkin tampaknya tidak cocok untuk bayi, tetapi Yesus memang bukan bayi biasa. Kisah hidup-Nya berbicara banyak pada kita. Mari kita bersama-sama memperhatikan kisah yang luar biasa tentang Orang Majus dan hadiah Natal mereka (Matius 2:1-16).

Pertama-tama, mari kita perhatikan tokoh-tokoh dalam cerita ini.

Orang Majus adalah para pemimpin agama dan politik dari Timur—kemungkinan itu Babel (ayat 1). Mereka bisa jadi adalah keturunan dari orang-orang yang belajar tentang Tuhan Israel dan Mesias yang dijanjikan dari Daniel.

Setelah melihat bintang yang tidak biasa di negeri mereka, orang-orang Majus ini melakukan perjalanan jauh ke Israel. Begitu sampai di Yerusalem, mereka bertanya-tanya, “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” (ayat 2).

Pertanyaan mereka menimbulkan kegemparan besar.

Raja Herodes dibuat gelisah oleh para pelancong dan berita aneh itu (ayat 3). Ia menganggap dirinya adalah raja orang Yahudi, dan dunia pun menganggapnya demikian. Perhatian utama Herodes adalah memastikan bayi orang Yahudi ini tidak memisahkannya dari tahtanya. Herodes lalu mengumpulkan imam-imam kepala dan para ahli Taurat untuk mencari tahu di mana Mesias akan dilahirkan (ayat 4-6). Para pemuka agama itu lalu memberitahukan bahwa menurut Kitab Suci Mesias akan datang dari Betlehem.

Alih-alih bergembira dan ikut mencari Raja mereka, para ahli agama ini justru tampaknya sudah puas dengan kehidupan rohani mereka, karena Kitab Suci tidak mencatat ada tindakan lebih lanjut dari mereka.

Sebaliknya, tindakan-tindakan orang Majus yang tanpa pamrih terfokus untuk meninggikan Raja orang Yahudi yang baru lahir itu. Ketika mereka tiba di tempat Yesus berada, dengan takjub dan rendah hati, “mereka sujud menyembah Dia” (ayat 11). Mereka lalu mempersembahkan hadiah-hadiah mereka yang sangat cocok untuk seorang raja.

Kedua, perhatikan hadiah-hadiah yang mereka pilih (ayat 11). 

Meski diragukan apakah para Majus itu memahami arti pentingnya persembahan mereka, setiap hadiah yang mereka berikan sangatlah tepat dan bermakna profetik bagi Anak Yehuvah:

  • Mur adalah wangi-wangian yang terutama digunakan untuk pemakaman dan secara profetik menunjuk kepada kematian Yesus dan peran-Nya sebagai Penebus.
  • Kemenyan dibakar di atas mezbah emas bait suci orang Yahudi oleh para imam dan melambangkan peran Yesus sebagai Imam Besar dan Pengantara kita kepada Bapa Yahweh.
  • Emas menunjukkan penghargaan yang tinggi dan merupakan hadiah yang tepat untuk seorang raja – siapa Yesus sebenarnya.

Akhirnya, mari kita bandingkan respons tokoh-tokoh ini yang dapat membantu kita memikirkan respons kita sendiri terhadap Kristus saat ini. Seperti para tokoh dalam cerita ini, setiap kita dapat menanggapi Yesus dengan salah satu dari tiga cara berikut ini:

Herodes bersikap memusuhi Kristus karena ia menganggap Yesus sebagai ancaman (ayat 16).

Sikap seperti ini masih sangat lazim sampai hari ini. Sebagian orang menolak Yesus karena mereka ingin memerintah dalam kehidupan mereka sendiri. Mengakui Dia sebagai Raja terlalu mahal karena menuntut ketundukan pada pimpinan-Nya.

Para pemimpin agama Yahudi bersikap acuh tak acuh terhadap Mesias mereka (ayat 4-6).

Mereka memahami isi Kitab Suci, tetapi mereka sudah merasa puas dengan menyembah Tuhan menurut cara yang biasa mereka lakukan. Kenyamanan semacam ini masih menjadi ciri sebagian orang percaya saat ini. Meskipun mereka pergi ke gereja, mereka tidak memiliki kerinduan untuk mengenal Kristus lebih dalam. Karena segala alasan praktis, Dia tidak mendapat tempat dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Orang-orang Majus datang untuk menyembah Raja itu, untuk bersujud dan merendahkan diri di hadapan Yesus (ayat 11).

Jika Anda mengikuti teladan mereka, Anda juga dapat merayakan dan menikmati keajaiban hadiah Tuhan yang paling tepat untuk kita (Yohanes 3:16). Saat Anda mengakui Yesus sebagai Raja, Anda menemukan sukacita dan kekayaan tak terkira dengan menjadi bagian dari kerajaan-Nya yang mulia. Dan inilah hadiah paling tepat yang Dia inginkan dari Anda—kesediaan Anda untuk hidup dekat dengan-Nya, sekarang dan selamanya sampai dalam kekekalan. Sungguh Tuhan yang penuh kasih!