Rumah Ke Mana Pun Anda Pergi

(Jamie A. Hughes)

Entah Anda hanya tinggal di satu kota atau berpindah-pindah ke berbagai wilayah, Anda selalu memiliki tempat untuk menjadi bagian.

Jadi, “Anda berasal dari mana?” Sebuah pertanyaan yang tidak berbahaya. Tanyakan saja pada suami saya, maka Anda akan mendapat penjelasan yang sangat menarik tentang pertanian seluas 200 hektar di wilayah selatan Atlanta — tempat yang dipenuhi anjing, kucing, sapi, kuda, kambing, dan lebah madu. Bagi saya, pertanyaan ini sedikit lebih sulit. Untuk Anda ketahui, saya dibesarkan di 12 kota yang berbeda di tiga negara bagian yang berbeda, dan tidak pernah tinggal di satu tempat lebih dari dua tahun. Dan meskipun hal itu membuat saya menjadi tukang pindah yang sangat efisien (dan membuat saya tidak suka menimbun barang), hal itu juga memiliki beberapa kelemahan, termasuk fakta bahwa saya tidak pernah merasa menjadi bagian di mana pun.

Saya telah meratapi perasaan ini lebih dari sekali dan berharap bisa memiliki tempat yang bisa disebut bagian dari diri saya sendiri—negeri yang berbicara tentang suatu tempat yang menjadi bagian terdalam diri saya, rumah yang setiap bunyi derit papannya dan noda di temboknya saya kenali dengan baik. Tetapi seiring bertambahnya usia, saya mulai menyadari bahwa tidak memiliki tempat asal ini juga memberikan beberapa kelebihan. Pertama, saya tidak terikat sedikit pun dengan planet bumi indah yang Tuhan ciptakan untuk kita ini. Saya bisa menikmati dan memelihara keindahannya tanpa terikat padanya. Saya juga jadi terbiasa dengan ambiguitas tertentu dalam hidup saya, yang memungkinkan saya melompat ke dalam suatu situasi dengan kedua kaki tanpa sedikit keraguan apa pun. Jadi meskipun saya tidak tahu pasti apa yang akan terjadi di masa depan, saya baik-baik saja dengan segala misteri, ruang kosong di pikiran saya, pemikiran-pemikiran tentang “bagaimana jika” itu semua. Saya memperkirakan rumah kekal saya akan sangat menakjubkan melampaui yang dapat saya bayangkan, tempat di mana Tuhan akan tinggal bersama umat-Nya untuk selamanya (Wahyu 21:1-3). Dan apa lagi yang bisa lebih baik dari itu?

Dalam renunganGod’s Purpose for Your Life”(Tujuan Tuhan untuk Hidup Anda), Dr. Stanley menulis, “Tujuan Tuhan untuk Anda bukan hanya membangun kerajaan di bumi ini, tetapi juga menyiapkan Anda dan orang lain untuk kerajaan surga yang akan datang.” Perhatikan, ia tidak berkata bahwa membangun kerajaan di bumi ini—memiliki rumah yang Anda sukai—sebagai hal yang buruk. Tujuan Tuhan “bukan hanya” itu; tetapi mencakup sesuatu yang lebih besar, lebih mulia, dan sama sekali lebih menakjubkan dari yang pernah dapat kita bayangkan.

Tetapi semasa hidup di antara rumah di bumi ini dan rumah yang akan datang itu bukanlah ruang dan waktu yang sunyi dan sepi. Ingatlah janji Yesus di Yohanes 14:23: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” Meskipun saya mendambakan suatu tempat di dunia ini yang saya bisa merasa cocok, saya tidak kehilangan harapan dalam penantian. Sebaliknya, saya membuat rumah saya bagi dan dalam Tuhan, dan yang lebih baik lagi, Dia tinggal di dalam saya.

Menarik untuk diperhatikan bahwa kata Yunani oikeó, yang sering diterjemahkan sebagai “tinggal” atau “berdiam” mengandung arti perasaan nyaman dan familiar. Di mana Anda oikeó (tinggal/ berdiam), di situ Anda akan merasa paling aman/nyaman dan dapat benar-benar menjadi diri sendiri. Ini sangat masuk akal. Bagaimana mungkin kita tidak merasa damai jika kita hidup bersama Dia yang telah mencari dan mengenal kita, yang mengasihi kita bahkan sebelum Dia menciptakan bagian-bagian terdalam diri kita? (Lihat Mazmur 139.) Ini berarti saya tidak pernah menggelandang, tidak pernah tak punya rumah. Dan tidak peduli seberapa sering saya berkemas untuk pindah, tempat tinggal saya yang sesungguhnya adalah sesuatu yang selalu bersama saya. Dialah tempat saya menjadi bagian—selalu.