Tanda Kehadiran Tuhan
(Charity Singleton Craig)
Tanda itu ada di sekitar kita dan tak selalu sedahsyat yang kita kira.
Pernahkah Anda merasa putus asa untuk mendengar Tuhan? Saya teringat pada suatu musim panas—ketika saya masih muda, naif dan jauh dari keluarga untuk pertama kalinya. Pada hari-hari saya tidak bekerja, saya akan menyusuri jalan di tepi pantai yang menghadap ke Samudera Atlantik, merindukan pandangan sekilas tentang kebesaran Tuhan di tengah deburan ombak dan gelombang yang tak pernah berhenti. Di Keluaran 33, kita mendapati Musa juga mengalami patah hati. Ia baru saja kembali dari Gunung Sinai ketika mendapati bangsa Israel menyembah patung anak lembu emas. Sekarang, ketika ia bersiap memimpin mereka melanjutkan perjalanan ke Tanah Perjanjian, ia merasa sangat putus asa. Ia merasa sendirian dalam kepemimpinan dan kewalahan dengan kedegilan bangsa Israel. Dan setelah sekian lama menjadi pengikut setia, Musa menjadi tidak yakin apakah ia mengenal Tuhan sepenuhnya.
“Beritahukanlah kepadaku jalan-Mu sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kemurahan hati-Mu,” Musa berkata. “Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku!” (Keluaran 33:13, 18).
Bagi Tuhan, mengabulkan permintaan Musa – menyatakan kemuliaan-Nya yang sepenuhnya dengan memperlihatkan wajah-Nya – akan mencelakai Musa. Tetapi Tuhan juga tahu bahwa Musa sedang putus asa. Karena itu Dia merancang untuk memberikan yang diperlukan Musa: pengingat kebaikan dan kasih-Nya. Tuhan dengan lembut membawa Musa ke suatu celah gunung dan menudungi Musa dengan tangan-Nya (Keluaran 33:19-23).
Dalam satu hal, penyataan diri Tuhan yang terbatas kepada Musa mengingatkan saya tentang kenosis Yesus – pengorbanan-Nya mengosongkan diri – yang dijelaskan di Filipi 2. Meskipun Yesus ada “dalam rupa Allah, [Dia] tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan.” Dia justru mengosongkan diri-Nya, mengesampingkan segala kemuliaan-Nya agar Dia dapat menunjukkan kepada dunia kebaikan-Nya yang mengherankan – mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan mereka (Filipi 2:5-7). Tentu saja sebagian orang pernah meminta Yesus untuk memberi suatu tanda. Ketika Dia menegur mereka, itu bukan karena Dia tidak bisa melakukan mukjizat yang mereka minta. Sesungguhnya, Dia sering melakukan mukjizat. Tetapi, tanda-tanda bukanlah pokoknya, yang penting adalah percaya pada Yesus sendiri (Markus 8:12; 13:22).
Di musim panas beberapa waktu yang lalu itu, yang membuat saya bertahan bukanlah tanda-tanda dahsyat tentang kekuasaan Tuhan, tetapi pengingat sederhana tentang kebaikan-Nya – hal-hal yang saya alami sehari-hari. Alih-alih menjatuhkan pekerjaan yang sempurna ke pangkuan saya, Dia memelihara melalui tip-tip tambahan dan jam-jam kerja dobel. Alih-alih menghilangkan rasa rindu saya pada rumah dan keluarga, Dia membawa saya kepada dua orang janda yang menjadi seperti ibu saya pada masa-masa sulit. Dan ketika saya duduk memandang ke laut lepas, mendoakan suatu tanda, Dia menjumpai saya dalam doa, Roh-Nya memberi kesaksian pada roh saya bahwa Dia menyertai saya. Yang tampak sebagai kegelapan ternyata merupakan tangan Tuhan yang menudungi dan melindungi saya.
Saya merindukan saat kemuliaan Tuhan dinyatakan sepenuhnya pada kita semua, yang terang-Nya menggantikan matahari dan bulan (Wahyu 21:23). Tetapi sebelum saat itu tiba, saya memercayai Tuhan atas kilasan-kilasan kebaikan-Nya yang Dia berikan di sepanjang jalan itu.