Undangan untuk Mendengarkan Diam-Diam

Untuk Mendengarkan hati Allah dalam Firman-Nya

 

Oleh Chad Thomas Johnston

 

Tumbuh di gereja, saya sering mendengar orang-orang melemparkan istilah-istilah seperti “mahakuasa,” “mahahadir,” dan “mahatahu” ketika mereka menggambarkan Tuhan. Kata-kata yang terlalu besar seperti ini sepertinya merupakan wadah yang cocok untuk menangkap kebesaran-Nya.

Namun, ketika saya membaca kitab Kejadian baru-baru ini, saya mendapati diri saya bertanya-tanya apa tepatnya makna bagi Allah sebagai yang “maha tahu.” Dalam pasal 18, saya menemukan sebuah ayat yang sepertinya menunjukkan bahwa Dia tidak mengetahui sesuatu.

Dalam pasal ini, Allah menampakkan diri kepada Abraham sebagai tiga pria. Dia memberi tahu Abraham, “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki”(Kejadian. 18:10). Kemudian Dia memberi tahu Abraham bahwa dia akan mengunjungi Sodom dan Gomora untuk melihat apa yang terjadi di sana. “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya.” Kejadian 18: 20-21 berbunyi. “Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya.”

 

 

Bagian ini menjadi teka-teki ketika membahas tentang kemahatahuan Allah. Pertama, Dia memberi tahu Abraham bahwa dia akan memiliki seorang anak laki-laki, yang menunjukkan bahwa Dia mengetahui masa depan. Pada saat yang sama, kedengarannya seolah-olah Dia tidak sepenuhnya yakin apa yang sedang terjadi di Sodom dan Gomora. Bagaimana ini bisa terjadi? Dia mendengar “keluh kesah,” tetapi sepertinya Dia perlu mencari tahu sendiri jika keluhan itu benar atau tidak.

Bagaimana mungkin, saya bertanya-tanya, bahwa Allah maha tahu, tetapi tampaknya disini kurang mengetahui?

Orang-orang sering beralih ke pendeta mereka ketika pertanyaan seperti ini datang. Sebagai anak dari seorang pendeta gereja Baptis, saya menelepon ayah saya. Untuk proyek doktoralnya, dia berfokus pada pemberian metode penafsiran Alkitab kepada orang awam, jadi saya pikir dia mungkin dapat membantu saya memahami Kejadian 18.

“Kamu harus melihat gambaran yang lebih besar,” kata Ayah. “Ingatlah bahwa Abraham tidak memiliki Alkitab untuk ditanyakan jika dia memiliki pertanyaan tentang Allah. Lebih dari segalanya, Sang Pencipta menunjukkan kepada Abraham seperti apa diri-Nya dalam perikop ini, Chad.”

“Jadi interaksi ini untuk keuntungan Abraham?” Tanya saya. “Saya benar-benar bertanya-tanya apakah Tuhan mengatakan hal-hal ini bagi Abraham, tetapi saya dapat mengetahui alasannya.

“Pikirkan seperti ini: Kadang-kadang orang tua membisikkan kepada anak-anak mereka untuk memberitahukan beberapa hal secara tidak langsung, kan?”

“Ya,”jawab saya, karena saya pun mempelajari taktik ini dari pria di ujung telepon itu.

“Allah sedang mengundang Abraham ke dalam apa yang Dia sedang lakukan, dan menunjukkan kepadanya siapa Dia.”

“Jika kamu perhatikan, Allah berbicara dengan diri-Nya di ayat 17, dan Ia membiarkan Abraham menguping,” kata Ayah. “Pada dasarnya Allah mau berkata, ‘Haruskah Aku merahasiakan dari Abraham apa yang akan Kulakukan, atau haruskah Aku membiarkannya tahu?’”

“Saya memperhatikan hal itu dan berpikir itu sangat aneh,” kata saya. “Saya berpikir, ‘Mengapa Allah menyiarkan monolog batin-Nya agar Abraham mendengarnya? Apa gunanya?’”

“Allah sedang mengundang Abraham ke dalam apa yang Dia sedang lakukan, dan menunjukkan kepadanya siapa Dia” kata Ayah. “Bagian ‘monolog batiniah’ ini muncul tepat sebelum Allah berkata‘Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya.’” (Kejadian 18:21).

Saya mendengar halaman-halaman kertas yang dibalik melalui telepon dan membayangkan Ayah sedang duduk di perpustakaannya, mencari jawabannya. Dia memiliki ribuan buku, dan sebagian besar menampilkan catatan kecil di pinggirannya. Membolak-balik buku-buku Ayah adalah dengan menguping pemikirannya —mempelajari siapa dia, dan bagaimana dia memandang Allah.

“Oke, dalam The IVP Bible Background Commentary: Old Testament, penulisnya menulis, ‘Untuk menunjukkan keadilan ilahi, Allah “turun” untuk menyelidiki suatu situasi sebelum mengambil tindakan.’ Perhatikan penggunaan kata “menunjukkan.” Allah sedang menunjukkan kepada Abraham siapa Dia — memperlihatkan kepadanya bahwa Dia adalah Allah yang adil ”(halaman 50).

“Jadi bukan karena Allah tidak mengetahui apa yang terjadi di Sodom dan Gomora,” kata saya, “Seolah-oleh Dia mengenakan topi penyelidik —sehingga Dia memainkan perandemi keuntungan Abraham?”

“Itu benar,” kata Ayah. Saya bisa mendengar suara statis dan hingar-bingar di telepon, sementara Ayah mencari buku teologis yang lain.

Untuk menunjukkan keadilan ilahi, Allah turun untuk menyelidiki suatu situasi sebelum mengambil tindakan.

“Dalam The NIV Application Commentary: Genesis, dikatakan,‘ Kejadian 18:20-21 menggambarkan bahwa Tuhan sedang dalam misi pencarian fakta.’ Perikop itu menggambarkan Dia seperti itu. Itu tidak berarti Dia tidak tahu informasinya. Teks selanjutnya mengatakan bahwa perikop ini ‘tidak boleh dipandang sebagai atribut Allah yang berkompromi, seperti contohnyaatribut kemahahadiran-Nya atau kemahatahuan-Nya, tetapi sebagai atribut yang memperkuat, seperti contohnya atribut keadilan.’ Penulis menyimpulkan, ‘Seorang hakim yang adil akan melihat bukti secara langsung’”(halaman 475).

“Jadi Tuhan sedang menunjukkan kepada Abraham bahwa Dia adalah hakim yang adil.”

“Ya, benar.”

“Apakah saya salah, atau apakah Yesus melakukan demonstrasi seperti ini juga? Seperti ketika wanita yang mengalami pendarahan menyentuh pakaian-Nya, dan Dia berkata dalam Markus 5:30, ‘Siapa yang menyentuh jubah-Ku?’ Saya rasa Yesus tahu jawaban untuk pertanyaan ini.”

“Benar,” kata Ayah, “Ini adalah untuk kepentingan orang-orang di sekitar-Nya. Dia membiarkan orang-orang menguping agar mereka tahu siapa Dia dan apa yang Dia dapat lakukan. Dia sedang mengungkapkan bahwa Dia adalah milik Allah.”

Ini terlihat aneh. Kebanyakan orang mengajukan pertanyaan karena mereka menginginkan jawaban. Siapa yang bertanya ketika mereka sudah tahu jawabannya?

Nampaknya, Allah melakukannya.

Ketika saya membaca Alkitab tahun ini, saya mendapati diri saya berpikir tentang percakapan saya dengan ayah saya setiap kali saya menemukan suatu perikop yang membingungkan. Apa yang dikatakan bagian ini tentang siapa Tuhan itu? Ketika saya membaca Alkitab dengan cara ini, saya merasa seolah-olah saya sedang menguping apa yang sedang dilakukan Pencipta saya – tentu saja Allah telah mengundang kita semua untuk mendengarkan dan mengenal Dia dengan lebih baik.