Nama saya Diana. Beberapa tahun lalu saya tinggal di Singapura. Namun saat ini saya sudah kembali tinggal di kota kelahiran saya, Salatiga. Saya tinggal di Singapura karena menjalani perawatan. Saya terserang cancer. Mulanya saya hanya merasakan gatal dan nyeri di bagian payudara. Saya tidak terlalu memperhatikan karena gatal dan nyeri itu saya anggap sepele dan tidak terlalu mengganggu. Namun setelah terbentuk benjolan kecil, saya mulai resah.
Akhirnya karena dorongan suami dan nasihat teman-teman, saya memberanikan diri untuk memeriksakannya. Saya menjalani operasi kecil. Jaringan di bawah payudara sedikit diambil untuk dianalisa, apakah ada kelainan atau semuanya normal saja. Saya cemas, tetapi akhirnya bisa berserah pada Tuhan dan siap menerima apapun yang terjadi.
Saat diagnosa dari dokter harusnya sudah keluar, saya tidak segera diberi tahu. Walaupun saya terus mendesak, dokter hanya menyarankan saya untuk istirahat dan menikmati liburan saja. Saya merasakan ada yang disembunyikan oleh dokter dan suami. Saya juga merasakan mereka berdua seolah sepakat merahasiakan hasil laboratorium yang harusnya saya dapatkan.
Tidak berapa lama suami mengajak pergi ke Singapura. Namun persiapan yang dia lakukan bukan untuk liburan 3 atau 4 hari. Lebih tepatnya untuk tinggal 3 atau 4 bulan di sana. Saat itu saya belum memahami apa yang tengah terjadi. Rupanya setiba di Singapura, suami baru bercerita, bahwa saya menderita cancer payudara stadium IIIB. Dan saya harus masuk ke rumah sakit khusus untuk menjalani perawatan.
Saya menangis tanpa suara, memuji Tuhan untuk semua peristiwa yang boleh saya alami. Saya bersyukur memiliki suami yang sangat mencintai istri, sehingga dia mau melakukan apa saja demi kesehatan saya. Singkatnya saya kemudian menjalani berbagai terapi. Rambut saya rontok dan kulit saya pun lisut dan menghitam. Namun saya bertahan.
Pulang kembali ke Indonesia, saya mendapati banyak sahabat saya sudah lebih dulu dipanggil Tuhan. Juga teman-teman yang melepas kepergian saya, yang dulu saya lihat sehat dan bugar. Membuat saya merenung bahwa tugas saya di dunia belumlah selesai. Banyak hal yang belum saya kerjakan untuk Tuhan. Sebaliknya mereka yang sudah dipanggil Bapa, mereka telah selesai dan mereka telah berbahagia. Tuhan ingatkan, jika saya tetap mampu berdiri, semata karena kasih karunia Tuhan itu lebih dari cukup. Demikian kesaksian saya…
Diceritakan kembali oleh :
Sasongko Adiyono