Menurut sebagian besar orang, jika ingin hidup bahagia, anggap saja hidup adalah hadiah. Hidup adalah anugerah. Dan memang menurut saya demikian. Dari tidak ada menjadi ada. Dari tidak punya menjadi memiliki. Dan demikian seterusnya sehingga hidup terasa berkelimpahan.
Nama saya; Sinar. Ya, kurang lebih seperti itulah pengalaman hidup yang saya alami. Dulu saya gadis biasa saja. Datang dari desa, merantau ke kota, dan mengalami transformasi. Dulu bisa dikatakan saya tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Namun seiring waktu, berkat dan anugerah Tuhan terus mengalir dalam kehidupan. Saya lulus sekolah tinggi, meniti karir dan kini mulai kebingungan memilih pasangan hidup. Bukan bingung karena tidak ada teman yang serius, tetapi justru kebalikannya. Entah bagaimana awal mulanya, saat ini saya telah menjalin hubungan yang begitu dalam dengan tiga pria.
Ketika saya merenungkan kehidupan ini, saya menyadari ada dua kepribadian yang berbeda dalam setiap orang. Ketika senang, pribadi itu akan tertawa sepuasnya. Tetapi ketika sedih atau sedang susah, pribadi itu menjadi terdiam, berpikir dan mungkin juga berdoa. Nah, mungkin dulu saya adalah pribadi yang banyak diam dan berpikir, karena banyak sekali peristiwa yang saya alami membuat saya bersedih. Namun akhir-akhir ini saya lebih menikmati hidup. Saya ingin menjadi pribadi yang tertawa lepas dan bahagia. Nah, saya jalani saja kehidupan ini dengan hati yang ringan dan riang. Kalau kemudian ada pria yang memperhatikan gaya hidup saya, dan tertarik untuk serius menjalin hubungan, saya selalu menerimanya dengan tangan terbuka. Sampai saat ini, banyak teman pria yang terus datang menyatakan ketertarikannya untuk hidup bersama. Saya hanya mengiyakan namun tidak banyak memberikan janji. Saya hanya akan melihat kesetiaan dan kegigihan mereka.
Akhir-akhir ini tinggal tiga pria yang terus bertahan menunjukkan keseriusan mereka untuk menikahi saya. Namun saya belum memilih. Apakah A, B atau J. Saya ingin segera mengambil keputusan, tidak ingin juga untuk mengulur-ulur waktu. Tetapi saya bingung memilih mana yang terbaik. Masing-masing punya kelebihan, keunggulan, tetapi juga kekurangan-kekurangan. Kekurangan A saya dapatkan dari B, kekurangan B saya dapatkan dari J, kekurangan J saya dapatkan dari A. Wah.., kalau bisa tiga pria itu menjelma jadi satu, jadi saya tidak harus bingung memilih.
Bahagia sih dicintai oleh tiga pria yang masing-masing punya keunikan dan kelebihan sendiri-sendiri. Walau saya harus pintar-pintar membuat janji dan membagi waktu agar mereka tidak saling bertemu. Tetapi tetap saja terselip perasaan bersalah…, sampai kapan saya harus begini. Saya ingin setia dengan satu pasangan. Tetapi seakan-akan Tuhan diam dan belum menunjukkan jawaban. Sementara saya tak tega atau tak mampu mengambil satu keputusan.
Diceritakan kembali oleh: Sasongko Adiyono