Orang Seperti Saya

(John VandenOever)

Perjalanan Jim Mansfield bersama Tuhan tidak sempurna, tetapi ia bertekad membagikannya kepada orang lain.

Sinar mentari pagi memancar di akhir musim semi, membuat terang yang tak dikehendaki menerobos masuk melalui jendela dapur. Jim Mansfield terbangun, tetapi tak lama kemudian, bertengkar lagi dengan istrinya, Sue. Malam sebelumnya merupakan malam Minggu yang seperti biasanya bagi mereka: mereka berdua terlalu banyak minum minuman keras, membiarkan waktu berlalu. Mereka lalu menggerutu untuk mencapai dipan, mengarahkan “remote control” ke depan televisi, dan kemudian makin lama makin hening.

Dr. Charles Stanley sedang berada di layar televisi pada saat itu. Sebelum-sebelumnya mereka sering melewatinya saja dengan menekan tombol-tombol lain untuk mencari saluran acara lain. Tetapi kali ini, mereka tetap berada di saluran itu, dan menonton. Jim melihat pria berpakaian rapi itu, tetapi ia merasa seakansedang mendengarkan Tuhan secara langsung. Ketika acara itu berakhir, mereka sama-sama berbicara tentang keinsafan-keinsafan aneh yang mereka rasakan. Jim lalu berkata, “Kukira kita harus pergi ke gereja.”

Saat itu bukan pertama kalinya mereka mencoba serius tentang Allah, atau membereskan hidup mereka. Bertahun-tahun sebelumnya, mereka sudah melakukannya ketika mendapatkan pendamping untuk anak-anak mereka yang masih kecil, tetapi tidak ada perubahan yang terjadi. Kali ini mereka mau mencobanya lagi, dengan mencari gereja yang menerima mereka dan juga iman dalam Kristus yang menyelamatkan.

“Saya memikirkan Dr. Stanley ketika saya memikirkan perjalanan hidup saya,” cerita Jim kemudian. “Beliau adalah contoh dari orang yang melakukan, bukan cuma membicarakan saja perjalanan hidupitu.” Jim adalah seorang tukang besi, anggota Serikat Buruh, yang sudah bekerja di bidang konstruksi jalan dan jembatan selama lebih dari 40 tahun. “Saya kira ada sebuah pelayanan besar di luar sana bagi orang-orang seperti saya, di bidang industri.” Ia tahu bahwaberhari-hari dan berminggu-minggu berada jauh dari rumah membawa andil untuk merasa terasing, dan betapa mudahnya melupakan keluarga – dan diri sendiri – dengan minum minuman keras malam demi malam. Dan ia tidak menutupi keadaan imannya selama lima tahun terakhir ini.

Jim menyimpan beberapa Alkitab bekas di mobilnya—dan membawanya ke mana pun ia pergi untuk dibagikan pada saat ada kesempatan. Ia suka mendengarkan orang lain, menanti saat ada celah terbuka dan siap membagikan pengharapan yang ia miliki dari Alkitab itu.

Meskipun beberapa orang mencibirnya, Jim tidak terganggu. “Para murid juga tidak mengambil tindakan,” katanya. Ketika salah seorang dari mereka mengaku tidak ingin bersama istrinya lagi, Jim menasihati agar mereka tetap bersama dan mengatakan bahwa selalu masih ada harapan. Jim melihat dirinya sendiri pada orang-orang ini—ia mengerti kegagalan-kegagalan mereka, dan merasakan penderitaan mereka. Namun ketika ia mendengar seorang pemuda berkata, “Ibu saya selalu berdoa agar saya bertemu dengan orang seperti Anda,” Jim tahu bahwa Allah sudah menebus kehidupannya saat itu.