Duet Untuk Dunia Yang Hancur
(Daniel Darling)
Perbedaan (dan kerja sama) antara kasih karunia dan kemurahan
Saya kira para guru tidak akan mengetahuinya. Karena lupa meminta tandatangan orangtua di slip catatan pekerjaan rumah, saya membuat corat-coret model tulisan indah yang menyerupai tanda tangan Ibu saya dan menyerahkannya. Tidak diperlukan analisis dari para ahli tulisan tangan untuk membongkar pemalsuan itu, sehingga di ujung hari, sang guru pun sudah memberi peringatan keras. Saya takut sekali memikirkan yang akan terjadi di rumah ketika saya pulang. Orangtua saya sudah membuat peraturan: Jika kamu membuat masalah di sekolah, kamu juga akan mendapat masalah di rumah.
Namun tidak seperti biasanya, ibu saya hanya memberi teguran, dan setelah menunjukkan kesalahan saya dengan jelas, mengizinkan saya keluar untuk bermain dengan teman saya Johnnie selama beberapa jam. Ini benar-benar menjadi pelajaran yang tak pernah akan saya lupakan. Sampai hari ini, meskipun saya melakukan berbagai macam kesalahan, saya tak pernah lagi tergoda untuk memalsukan tandatangan seseorang, meski hanya untuk alasan main-main dan bukan untuk tindakan kejahatan.
Yang terjadi pada saya hari itu merupakan gambaran kecil dan sederhana tentang dua konsep penting dalam Injil Kristen: kemurahan dan kasih karunia (mercy and grace). Kedua anugerah ini sering disalahartikan (dan sering digunakan secara tertukar), meskipun memilikiperbedaan yang jelas. Alkitab sering menyebutkan kedua kebaikan ini, yang menjadi semacam duet ilahi yang datang dari Tuhan melalui Yesus.
Kemurahan/rakhmat yang kaya
Paulus menyebut kemurahan Tuhan (mercy) pada orang berdosa itu “kaya.” Tetapi kebenarannya adalah Tuhan sendirilah yang “kaya dengan rakhmat dan kemurahan.” Mengapa Tuhan perlu kaya dengan rakhmat dan kemurahan? Karena orang berdosa adalah “orang-orang yang harus dimurkai” yang “sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa [mereka].” Pandangan Alkitab tentang manusia yang sudah jatuh dalam dosa ini mengerikan: penyandang-gambar (ciptaan) yang sudah dengan sangat kurang ajar menolakSang Pemberi-gambar (Pencipta mereka) sampai mereka giat bekerja untuk “penguasa kerajaan angkasa” (Efesus 2:1-4). Jika kita mengerti bahwa Alkitab memandang dosa sebagai pemberontakan terhadap Tuhan yang kudus – pemberontakan yang pantas mendapat hukuman tertinggi (lihat Roma 6:23) – kita tentu dapat memahami betapa nilai dan makna sesungguhnya dari kemurahan itu dan bagaimana kita telah diselamatkan.
Jadi, kemurahan adalah tindakan Tuhan yang tidak menimpakan pada kita apa yang pantas kita terima sepenuhnya. Tetapi, tidak seperti yang dilakukan ibu saya terhadap kejahatan tingkat pertama saya yang canggung, kemurahan yang kita terima dari Tuhan bukan sekadar Dia menempuh cara lain. Tuhanlah yang menanggung hukuman untuk orang berdosa melalui Anak-Nya sendiri yang tidak berdosa. Kristuslah yang memikul beratnya seluruh dosa kita sehingga kita dapat dibenarkan di hadapan Bapa di dalam Dia (2 Korintus 5:21). Diperlukan cadangan kemurahan ilahi yang kaya dan tak terkira untuk membangkitkan orang berdosa dari kematian. Inilah jenis kemurahan luar biasa yang tetap menerapkan keadilan pada yang bersalah dengan mengarahkan hukuman itu kepada Kristus yang tidak bersalah.
Kemurahan adalah tentang penyelamatan. Kemurahan adalah tentang tidak mendapatkan yang seharusnya kita terima. Kita selalu dan selamanya sangat membutuhkan kemurahan ini. Tetapi kemurahan baru satu sisi saja dari kasih Tuhan kepada orang berdosa. Masih ada sisi lain yang disebut kasih karunia.
Kasih karunia yang melimpah
Banyak teolog mengartikan kasih karunia (grace)sebagai “kebaikan yang tidak selayaknya diterima.” Dengan kata lain, jika kemurahan berarti tidak menerima hukuman yang seharusnya kita terima, kasih karunia adalah mendapatkan kebaikan yang tidak sepantasnya kita terima. Paulus berkata, “Oleh kasih karunia kamu diselamatkan” (Efesus 2:5). Jadi, jika kemurahan menyelamatkan kita dari bahaya, maka hal itu pada akhirnya adalah karena kasih karunia Tuhan – kebaikan-Nya yang diberikan pada kita – dengan mengadakan rencana ilahi untuk “membangkitkan kita bersama dengan Dia dan memberikan tempat pada kita bersama dengan Dia di surga” (Efesus 2:6). Tuhan tidak hanya melepaskan kita dari cengkeraman Iblis dan menyelamatkan kita dari hukuman neraka, Dia juga mencurahkan berkat-berkat pada kita sebagai anak-anak-Nya. Menjadi anak-anak Raja, diundang ke meja perjamuan-Nya – inilah yang disebut kasih karunia.
Kasih karunia juga mencakup napas yang diberikan Tuhan pada kita setiap hari. Berkat kecil yang tak terpikirkan, bahkan di tengah penderitaan dan kesusahan. Mengalami kasih karunia Tuhan berarti menikmati kehangatan kasih sayang Bapa surgawi, untuk mengenal dan dikenal oleh-Nya. Kita sebenarnya tidak pantas menerima semua ini, kita yang memiliki hati pemberontak. Tetapi kasih karunia menanti dengan segala kelimpahannya bagi orang-orang yang mau menerimanya melalui Roh Kudus.
Mengapa kita membutuhkan keduanya
Dalam perumpamaan tentang Anak Yang Hilang (Lukas 15:11-32), Yesus menceritakan tentang seorang ayah yang menunjukkan duet ilahi ini. Tidak menuntut si anak yang kurang ajar itu untuk mengembalikan harta warisan yang sudah dihambur-hamburkan dan menerima posisi seorang budak adalah kemurahan. Tetapi pelukan hangat, pesta penyambutan dengan menyembelih anak lembu tambun, dan pemulihan sebagai anak adalah kasih karunia.
Kemurahan menyelamatkan kita, dan kasih karunia memulihkan kita sebagai anak-anak-Nya. Kemurahan adalah tentang Yesus yang mengalahkan dosa, kematian dan kubur. Kasih karunia adalah tentang Dia memulihkan dan memperbarui hati yang berdosa. Keduanya bekerja bersama-sama, karena tanpa kemurahan, tidak ada kesempatan untuk kasih karunia. Jika kita bukan anak-anak-Nya, Tuhan tidak dapat mencurahkan berkat-berkat Bapa pada kita selamanya. Tetapi kemurahan yang menyelamatkan kita, dalam banyak hal, adalah tindakan kasih karunia itu sendiri, ketika Tuhan mencari kita dalam ketidak-acuhan dan ketidak-tahuan kita akan keselamatan.
Dan merenungkan tindakan kemurahan dan kasih karunia Tuhan pada kita seharusnya membuat kita juga menyalurkan berkat-berkatini. Kita dapat menunjukkan kemurahan, dan mengampuni dosa-dosa besar maupun kesalahan-kesalahan kecil saudara-saudari kita, karena kita sendiri sudah dimasukkan sangat dalam ke tandon rahmat kemurahan Tuhan yang kaya ini. Dan kita juga dapat memberikan kasih, pertolongan, persekutuan, persahabatan, waktu dan sumber daya lainnya sebagai anugerah bagi mereka. Menunjukkan kasih karunia berarti memberi, menyalurkan, mencurahkan. Untuk menunjukkan kita sudah diselamatkan, kita menyelamatkan. Karena sudah mendapat kemurahan, kita menunjukkan kemurahan. Sebagai penerima kasih karunia, kita memberikan kasih karunia kepada orang lain.
Kita tidak akan pernah bisa memahami sepenuhnya kebaikan kembar Yang Maha Kuasa ini. Tetapi kembali menghayati kedua karakter ini seringkali sangat penting untuk pembentukan jiwa kita. Jika kita tidak melihat diri kita sebagai sasaran kemurahan Tuhan dan penerima kasih karunia-Nya, kita akan sering jatuh lagi ke dalam keputusasaan dan rasa tidak aman. Namun jika kita membiarkan diri kita dibentuk oleh kebenaran-kebenaran luar biasa ini, kita akan hidup sebagai umat Tuhan yang berbeda—bahkan di dunia yang sudah hancur oleh beratnya beban kejatuhan.