Dengan Keberanian Dan Keteguhan Hati
(Charles F. Stanley)
Sukacita mengherankan dalam menjadi saksi Yesus Kristus
Ketika saya sedang mengemudi di sepanjang jalan raya pada suatu hari, saya melihat pesan yang ditulis dengan cat semprot di pinggir jembatan. Bunyinya, “Lahir untuk membangkitkan neraka.” Entah penulisnya memahami artinya atau tidak, ia sebenarnya sudah membuat pengakuan terbuka tentang alasan hidupnya. Saya tidak yakin di antara kita ada yang akan memilih perkataan ini sebagai tujuan hidup, tetapi jika saya memberi Anda sekaleng cat semprot dan meminta Anda untuk melengkapi kalimat ini, apa yang akan Anda tuliskan: “Lahir untuk …”?
Rasul Yohanes menuliskan jawaban atas pertanyaan ini dalam pengantar suratnya yang pertama kepada orang-orang Kristen di Asia Kecil (1 Yohanes 1:1-4). Tujuan hidupnya dapat disimpulkan dengan empat kata ini: “Lahir untuk mewartakan Kristus.”
Yohanes adalah murid Yesus yang termuda, mungkin saat itu ia baru remaja berusia awal 20-an. Dalam tulisannya tentang kehidupan Kristus, Yohanes menyebut dirinya sebagai “murid yang dikasihi Yesus” (Yohanes 20:2). Ketika menulis surat pertamanya, sekitar 60 tahun setelah ia mengalami kehadiran Anak Yahweh secara fisik, ingatan maupun kasihnya pada Kristus tidak memudar.
Dalam surat ini, Yohanes memberikan laporan saksi mata tentang “apa yang sudah ada sejak pada mulanya” (1 Yohanes 1:1). Frasa ini adalah caranya merujuk pada Anak Bapa yang kekal, yang sudah ada sebelum permulaan waktu dan penciptaan. Ini mirip dengan berita Injilnya, di mana ia menyebut Yesus sebagai “Firman”, dengan mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1).
Yohanes tak pernah bisa melupakan waktu tiga tahun yang dihabiskannya bersama Anak Bapa yang berinkarnasi, yang tinggal di antara manusia. Di dalam ayat pertama 1 Yohanes 1, ia menggambarkan pengalamannya dengan tiga cara:
- • “Apa yang telah kami dengar.” Yohanes telah mendengarkan Yesus mengajar, menegur dan membuat gusar para pemimpin agama, menghibur Maria dan Marta ketika saudara mereka meninggal, dan membangkitkannya kembali dengan perintah, “Lazarus, keluarlah” (Yohanes 11:43). Yohanes berada di ruang atas ketika Yesus memberikan perintah-perintah terakhir-Nya kepada para murid, dan mendengar doa syafaat-Nya bagi mereka kepada Bapa (Yohanes 13-17). Semua ini masih terngiang jelas di telinganya enam dasawarsa kemudian. •
- “Apa yang telah kita lihat dengan mata kita.” Yohanes menyaksikan Yesus mengubah air menjadi air anggur, meredakan angin ribut, berjalan di atas air, menyembuhkan penderita kusta, membangkitkan anak perempuan, memulihkan penglihatan orang buta dan pendengaran orang tuli, membuat orang lumpuh berjalan, dan memperbanyak makanan untuk memberi makan lebih dari 5.000 orang. Semua ini menjadi bukti yang lebih dari cukup untuk meyakinkan dirinya bahwa Yesus adalah benar-benar Anak Yahweh.
- • “Apa yang telah kita lihat dan sentuh dengan tangan kita, tentang Firman Kehidupan.” Yohanes tidak hanya melihat perbuatan-perbuatan Yesus, ia juga melihat dan menyentuh Yesus secara fisik/langsung. Yohanes adalah murid yang bersandar di dada Tuhan pada saat Perjamuan Terakhir untuk menanyakan siapakah pengkhianat itu (Yohanes 13:21-25). Yohanes tidak hanya berdiri di dekat salib ketika Yesus mati, ia juga hadir di ruangan ketika Kristus yang bangkit mengundang para murid untuk menyentuh Dia, dan ia berdiri menyaksikan Tuhan naik ke surga.
Hasrat terbesar sang rasul adalah mewartakan yang telah ia lihat dan ia dengar tentang Yesus agar orang lain juga percaya kepada-Nya. Itulah sebabnya ia menulis suratnya, yang tetap menjadi saksi kita sampai hari ini. Ia menutup pengantar suratnya dengan perkataan: “Swmuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna” (1 Yohanes 1:4). Bagi Yohanes, mewartakan Kristus bukan sekadar hak istimewa dan tanggung jawab—tetapi hal yang memberinya sukacita penuh.
Sukacita Mewartakan Kristus
Meskipun tidak ada di antara kita yang menjadi saksi mata kehidupan dan pelayanan Yesus seperti Yohanes, kita juga dapat mengenal Dia seperti yang dijelaskan Petrus dalam suratnya yang pertama: “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan” (1 Petrus 1:8). Kita dapat memiliki sukacita penuh yang sama jika Yesus menjadi Juruselamat kita, gairah hidup kita, dan topik pembicaraan kita dengan orang lain.
Seperti Yohanes, kita memiliki kesaksian untuk dibagikan kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus sebagai Juru Selamat dan Tuhan. Untuk menjadi saksi Kristus yang efektif tidak perlu memiliki gelar teologis atau jawaban atas semua pertanyaan. Kita dapat mengikuti saja teladan Yohanes dengan menceritakan kepada orang lain apa yang telah kita dengar, lihat, dan rasakan tentang Kristus.·
- Apa yang telah Anda dengar? Jika Anda seorang Kristen, Anda tentu telah mendengar dan menerima Injil, dan ini adalah berita keselamatan yang sama yang perlu Anda bagikan kepada orang lain. Jika Anda pernah membagikan iman Anda kepada orang lain, Anda tahu persis apa yang dibicarakan Yohanes ketika ia menyebut tentang sukacita penuh (Yohanes 15:11). Ada kegembiraan dan kepuasan luar biasa dalam menyampaikan kepada orang lain tentang bagaimana mereka juga dapat dibebaskan dari dosa dan menerima hidup yang kekal melalui Yesus Kristus.
- • Apa yang telah Anda lihat? Meskipun kita tidak dapat melihat Yesus dengan mata jasmani kita, jika kita telah mengenal Dia dalam waktu yang lama, kita telah melihat Dia bekerja dalam hidup kita. Kita bukan lagi diri kita yang dulu, karena Kristus tidak hanya menyelamatkan kita untuk kekekalan, tetapi Dia juga mengubahkan kita dalam kehidupan ini. Dan semakin lama kita berjalan dengan Dia, semakin perlu kita berbagi dengan orang lain.
- Apa yang telah Anda rasakan? Kita yang menanggapi Yesus dengan pertobatan dan iman akan mengalami kemerdekaan dan sukacita sebagai akibat percaya pada Injil dan menerima pengampunan atas segala dosa kita. Ketika kita menceritakan yang telah kita alami ini, kita dapat membuka mata orang-orang yang tidak mengenal Dia, membuat mereka melihat bahwa keinsafan bukanlah hukuman Tuhan, tetapi itu adalah undangan-Nya kepada keselamatan dan hidup yang kekal. Begitu mereka menerima Kristus sebagai Juru Selamat, mereka akan memiliki yang kita miliki—kasih, penerimaan, belas kasihan, damai sejahtera, kepuasan, dan sukacita luar biasa.
Kita lahir untuk mewartakan Yesus kepada orang lain. Hal ini tidak serumit yang kadang kita pikirkan, tetapi untuk menjadi saksi-Nya kita memang memerlukan keberanian dan keteguhan hati. Syukurlah, Tuhan sudah menyediakan hal itu juga bagi kita, dan ketika kita dapat mengalahkan ketakutan dan keraguan kita dan mulai menceritakan kepada orang lain tentang yang telah Yesus lakukan dalam hidup kita, kita akan dipenuhi sukacita—entah pesan kita diterima atau tidak. Semakin sering kita berbicara tentang Juru Selamat kita, semakin mudah kita melakukannya dan semakin besar sukacita yang kita alami. Dan hal itu juga akan menjadi semacam kesaksian sendiri, kesaksian yang akan menarik orang lain kepada Sumbernya—Tuhan Yesus Kristus.