Lebih Besar Dari Dosa
(John Vanden Oever)
Kasih Tuhan itu tertinggi, bahkan lebih tinggi dari dosa terbesar kita.
Jaminan keselamatan dalam Kristus sudah lama menjadi tantangan seumur hidup saya. Pertama-tama, pergumulannya adalah belajar percaya bahwa jaminan itu sangat mungkin. Bahkan sampai sekarang, saya masih merasa agak ragu. Saya terjebak dalam pemikiran bahwa kasih karunia dan kemurahan Tuhan itu terlalu baik untuk menjadi kenyataan. Bersyukur, Tuhan berulang-ulang memberikan janji-janji-Nya yang luar biasa untuk meyakinkan kita tentang jaminan yang disediakan Kristus bagi anak-anak-Nya. Salah satu contohnya adalah Yohanes 6:37: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” Ayat itu mengatakan pada saya bahwa jika saya datang pada Kristus, saya akan dijaga-Nya, yang membuat saya merasakan damai yang luar biasa.
Tetapi bagaimana saya tahu bahwa saya benar-benar sudah datang kepada-Nya? Saya masih belajar untuk menerima bahwa hal ini berlaku pada saya, meskipun saya hidup di dalam tubuh ini dan terus-menerus gagal. Ketika saya berduka atas kegagalan saya, saya tergoda untuk bertanya apakah saya benar-benar sudah diselamatkan. Berbagai perasaan mulai menghantui iman saya. Tetapi, dalam buku “Resting in the Faithfulness of God” (Bersandar pada Kesetiaan Tuhan), Dr. Stanley menjelaskan: “Perasaan kita seringkali bertentangan dengan janji-janji Tuhan. Dan kita harus memutuskan, ‘Apakah aku akan memercayai perasaanku? Atau apakah aku akan memercayai yang Tuhan [sudah] katakan?’ Dan di sinilah iman dan keraguan berbenturan.”
Tuhan tidak terkejut dengan dosa saya atau pun terganggu dengan keberadaannya; Dia tetap mengasihi saya betapa pun saya sering gagal. Menyadari kehancuran dan kebutuhan saya yang terus-menerus akan pertolongan-Nya, saya sudah belajar bahwa Kristus hidup dan terus mendoakan saya (Ibrani 7:25). Di kayu salib, Dia sudah membayar dosa-dosa saya, dan sekarang, di zaman ini, Dia menerapkan kemenangan-Nya itu pada hidup saya setiap hari dan setiap saat.
Anda lihat, saya harus berhadapan dengan kebenaran bahwa perbuatan-perbuatan saya sejak awal tidak dapat menyelamatkan saya, jadi bagaimana bisa usaha-usaha ini membuat saya tetap selamat? Saya membutuhkan Kristus secara terus-menerus. Kebenaran saya yang terbaik hanya seperti kain kotor (Yohanes 64:6), karena itu saya harus mencari Dia dan bergantung pada-Nya hari ini sebagaimana yang selama ini sudah saya lakukan.
Namun, keraguan tak pernah sepenuhnya lenyap. Makin lama saya makin belajar bersikap jujur dan terbuka terhadap orang lain. Ketika saya mengakui ketakutan-ketakutan saya, saya mendapati orang lain juga ternyata memiliki ketakutan. Itu sebabnya kita perlu terus saling mendukung dan mengingatkan sesama orang percaya bahwa Kristus lebih besar dari perasaan dan keraguan kita, dari kegagalan dan bahkan kemenangan kita – dan bahwa Tuhan itu kasih (1 Yohanes 4:8). Hanya orang yang mengenali kebutuhannya yang terdalam dan mau berpegang erat pada Juru Selamat yang pengasih yang akan mendapat kelegaan dari kegelisahan hatinya.