7 Kebenaran Tentang Membangun Kebiasaan
Hidup yang Berkemenangan
Alih-alih bertekad untuk berubah total di Tahun Baru, pikirkanlah satu perubahan kecil setiap waktu.
Sebagaimana yang biasa terjadi, jutaan orang membuat resolusi di awal tahun baru, dan bertekad mengawasi diri mereka dengan cermat. Namun, ketika tekad-tekad itu berguguran sebulan kemudian, banyak orang pun lalu membuang resolusi-resolusi mereka di tengah kekalahan – hanya karena mereka tak dapat memenuhi satu janji pun.
Kebanyakan dari kita ingin mengubah hidup kita, dan kita dapat melakukannya dengan berfokus pada satu kebiasaan setiap waktu, dan meminta Roh Kudus memampukan kita. Setelah satu kebiasaan berhasil kita kuasai, kita kemudian bisa beralih untuk memulai kebiasaan berikutnya. Jika kita berusaha memperbaiki hidup kita sekaligus di awal tahun baru, persoalan akan muncul. Tak heran jika kita menjadi putus asa dan menyerah.
Pada tahun 2015, saya ingin melakukan satu kebiasaan: berolahraga. Setahun kemudian, olahraga sudah menjadi ritual saya sehari-hari. Dan karena kebiasaan ini sudah menjadi bagian dari rutinitas hidup saya di pagi hari, saya dapat membayangkan mengenakan pakaian olahraga dalam tidur saya.
Sementara saya melakukan kebiasaan ini dan belajar menguasainya, saya menemukan ada tujuh kebenaran yang bisa membantu Anda memulai petualangan kebiasaan Anda sendiri.
- Alkitab menganjurkan kita untuk membangun kebiasaan. Paulus membahas tentang pentingnya ketekunan ketika ia berbicara tentang bagaimana para atlet mempersiapkan diri dalam pertandingan (baca I Korintus 9:24-27). Dan penulis kitab Ibrani mengingatkan kita, “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya” (Ibrani 12:11).
- Introspeksi kecil dapat membantu kita memilih kebiasaan yang akan dilakukan. Lengkapilah kalimat ini: “Saya paling berbahagia ketika ______________.” Ketika saya menyadari bahwa saya paling berbahagia ketika berada di luar ruangan, dan bahwa saya suka mendengarkan cerita, olahraga menjadi hal yang menarik bagi saya. Mengapa? Karena saya dapat melakukan jalan pagi di luar rumah setiap hari sambil mendengarkan rekaman Alkitab atau cerita lainnya. Dan karena aktivitas ini merupakan kebiasaan yang menyenangkan, saya benar-benar mengharapkannya dapat melakukannya setiap hari. Dan kalau saya melihat ke belakang, ke tahun lalu, saya dapat dengan jujur berkata bahwa aktivitas ini sudah menjadi salah satu kebiasaan yang paling konsisten saya jalani.
- Kasih karunia mengokohkan kebiasaan, tetapi sifat kritis melemahkannya. Suatu kebiasaan dapat saja dimulai lagi karena hal itu bukanlah tujuan (tetapi sarana) dari yang hendak dicapai. Dalam hal ini ia netral, sehingga Anda tak perlu menghukum diri sendiri jika suatu saat Anda gagal melakukan suatu kebiasaan. Ikatlah lagi tali sepatu Anda keesokan harinya, dan mulailah berlari lagi.
- Rutinitas di pagi hari memengaruhi keberhasilan kebiasaan. Pagi hari menentukan suasana hari-hari kita. Penulis Don Marquis mengingatkan kita, “Orang yang sukses tidak dilahirkan langsung sukses. Mereka menjadi sukses dengan membangun kebiasaan untuk melakukan hal-hal yang tidak suka dilakukan oleh orang-orang yang tidak sukses.”
- Minimalis dan sederhana merupakan situasi ideal untuk membangun kebiasaan yang baik. Sebagai contoh: Jika Anda ingin memiliki kebiasaan makan yang lebih baik, menyederhanakan menu (dan mengurangi makanan olahan) akan menolong Anda. Jika Anda lelah memikirkan akan memakai baju apa setiap hari, pikirkanlah untuk memperkecil lemari pakaian Anda atau membuat “seragam” agar Anda dapat dengan mudah menyingkirkan satu keputusan. Saya mendapati semakin saya rela melepaskan (menyederhanakan rumah, kamar, lemari saya), semakin saya memiliki ruang di kepala saya untuk membuat keputusan-keputusan yang benar-benar penting.
- Ketika membangun kebiasaan-kebiasaan rohani, pikirkanlah langkah-langkah rohani. Tuhan dengan unik sudah membuat setiap kita terhubung dengan-Nya secara kreatif dan dengan cara yang berbeda-beda. Manakah yang paling beresonansi dengan Anda: menyembah, berada di luar rumah, melayani orang lain, menjadi aktivis, belajar, hening, bertualang, berelasi, mengekspresikan seni/artistik? Mungkin Anda sudah lupa bahwa melayani orang yang kurang beruntung ternyata menggetarkan jiwa Anda dan membuat Anda lebih dekat dengan Yesus (karena Anda sedang melakukan pekerjaan-Nya). Mungkin “saat teduh” telah melumpuhkan Anda karena tidak membuat Anda bisa duduk di alam terbuka, menikmati ciptaan Tuhan, atau menghasilkan karya seni yang didasarkan pada kisah-kisah Perjanjian Baru. Salah satu latihan yang saya lakukan tahun ini untuk membuat saya paling terhubung secara rohani adalah dengan menghayati kehidupan melalui perjalanan 40 hari menjelang Paskah. Langkah sederhana ini sangat mengubah hidup saya dan membuat saya makin dekat dengan hati Tuhan.
- Realisme perlu melebihi idealisme dalam membangun kebiasaan. Kita harus realistis. Pilihlah satu kebiasaan, dan pakailah waktu berbulan-bulan untuk menguasainya. Jika Anda melakukan terlalu banyak pada satu waktu, Anda akan gagal. Sebaliknya, realistislah dengan kemampuan Anda, dan berilah waktu kepada diri Anda sendiri.
Jadi, daripada membuat diri Anda kewalahan di awal tahun baru, ingatlah perkataan Yesus ini: “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar” (Lukas 16:10). Mulailah dengan perkara kecil, kuasailah satu kebiasaan, nikmati sukacita dari disiplin itu, dan kemudian mulailah satu kebiasaan yang baru lagi. Dengan melakukan yang seperti ini pada tahun lalu, saya menjadi lebih terhubung dengan Yesus, memiliki pikiran yang lebih jernih dan tubuh yang lebih sehat. Semua itu telah memotivasi saya untuk membangun kebiasaan yang lebih besar pada tahun ini: menghabiskan lebih banyak waktu untuk mendengarkan suara Tuhan.
Oleh Mary DeMuth