Apa Yang Dilakukan Barnabas?
(Jamie A. Hughes)
Seringkali tempat terbaik untuk mencari sosok teladan adalah di luar sorotan publik.
Sebagai anak yang hidup di awal tahun 80-an, saya dibesarkan di era serial-serial televisi Sesame Street, 3-2-1 Contact, Schoolhouse Rock!, dan The Electric Company. Tetapi tidak satu pun dari tontonan-tontonan itu yang dapat menandingi serial Mister Roger’s Neighborhood. Saya menyukai boneka-boneka, lagu-lagu, dan perjalanan-perjalanan keliling lingkungan untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang hebat seperti Mr. McFeely, Handyman Negri, dan Officer Clemmons—yang semuanya mengajarkan pada saya tentang nilai-nilai kreativitas, kesabaran, dan kemurahan hati. Tetapi satu perkataan Mister Rogers yang selalu saya ingat adalah dari kisah hidupnya sendiri: “Ketika saya masih kecil, dan saya melihat hal-hal yang menakutkan di dalam berita-berita, ibu saya selalu berkata pada saya, ‘Carilah penolong. .. kamu akan selalu menemukan orang-orang yang menolong.’”
Hal itu memberi saya rasa aman, karena tahu orang-orang baik dan benar akan selalu ada, apa pun yang terjadi. Dan ini mengilhami saya untuk menjadi salah satu orang yang dicari Mister Rogers—seorang yang melakukan hal yang benar dalam situasi apa pun, dan membuat orang tetap bersemangat, di saat-saat paling kelam sekalipun.
Mungkin itu sebabnya Barnabas selalu menjadi salah satu tokoh Alkitab favorit saya. Tidak seperti Petrus, ia tidak pernah berjalan di atas air. Ia tidak memiliki kesaksian berada di kaki salib seperti Yohanes, dan ia juga tidak dikenal sebagai pengajar hebat seperti Paulus. Tetapi Barnabas tak dapat dipungkiri selalu hadir di sepanjang Perjanjian Baru, memberikan dirinya secara konstan untuk kepentingan Kabar Baik.
Ia menjual tanahnya dan menyerahkan uangnya kepada gereja (Kisah Para Rasul 4:36-37), menjamin identitas Paulus yang segera akan menjadi rasul ketika para murid tidak ingin berhubungan dengan mantan penganiaya jemaat (Kisah Para Rasul 9:26-28), melakukan perjalanan pekabaran Injil bersama Paulus, dan mengalami banyak kesulitan bersama-sama. Dalam setiap kisah, ia menolong orang lain dan membantu memikul beban.
Ia mungkin dilahirkan dengan nama Yusuf, tetapi mudah dimengerti jika kemudian ia mendapatkan nama baru “Barnabas” yang artinya “anak penghiburan/penyemangat.” Bagaimanapun, menyemangati orang berarti memberi kepercayaan diri. Orang seperti itu adalah sumber ketenteraman hati, orang yang mendorong orang lain dan selalu bersedia menolong dalam hal apa pun yang diperlukan. Itulah tepatnya yang dilakukan Barnabas pada begitu banyak orang yang dijumpai dalam hidupnya.
Saat ini, jika kita mencari contoh khotbah atau ilustrasi pengajaran, kita cenderung tertarik pada “momen-momen besar” dan orang-orang yang ambil bagian di dalamnya. Tetapi saya sangat yakin bahwa Barnabas pantas mendapat penghargaan lebih—ia memiliki banyak hal yang bisa diajarkan pada kita. Dan kita perlu mengenali orang-orang seperti dia yang sudah hadir di gereja sebelum waktunya untuk memastikan segala sesuatu berjalan lancar dan dalam keteraturan yang baik.
Sesuai prediksi Mister Rogers, saya menemukan penolong di setiap tempat yang ada. Lihatlah ke sekeliling, dan saya yakin Anda pun akan menemukan hal yang sama. Mereka ada di tempat penitipan anak di gereja, sedang mengganti popok, atau di dapur-dapur yang sedang menyiapkan makanan. Mereka adalah orang-orang yang datang ke tempat-tempat terpencil atau menjadi sukarelawan dalam prakarsa-prakarsa penjangkauan karena mereka senang berada di antara orang-orang dan menolong orang lain dengan cara apa pun yang mereka bisa. Menyaksikan orang-orang luar biasa ini mengerjakan dengan gembira tugas-tugas yang diabaikan orang lain membangkitkan semangat saya. Sikap mereka menginspirasi saya untuk melihat pekerjaan pelayanan saya sendiri dari sudut pandang yang berbeda.
Dan para penolong ini tidak hanya terampil dalam tugas-tugas praktis. Mereka juga tahu kapan harus diam dan kapan harus mengucapkan kata-kata ramah kepada orang yang menyakiti atau menegur orang yang berbuat salah. Dan kebijaksanaan yang mereka tunjukkan pada saat-saat itu bisa memiliki bobot yang sama pentingnya dengan segala sesuatu yang disampaikan dari mimbar.
Para penolong yang penyemangat pada dasarnya tidak suka memerintah, tetapi ini bukan berarti mereka mudah menyerah. Contohnya, setelah terjadi perbedaan pendapat tentang sepupunya Markus, Barnabas memilih untuk berpisah baik-baik dengan Paulus (Kisah Para Rasul 15:36-41). Rasul Paulus tidak mau memberi kesempatan kedua kepada pemuda itu dan membawanya dalam perjalanan misi berikutnya, tetapi Barnabas berpikir sebaliknya. Ia telah membuat pilihan yang sulit dan, sebagai hasilnya, ia dapat menjadi mentor Markus, yang kemudian menjadi orang pertama yang menulis salah satu dari empat kitab Injil.
Belakangan, Paulus mulai setuju dengan rekan lamanya itu. Di dalam 2 Timotius 4:11, ia menulis kepada anak didiknya sendiri, Timotius, untuk memintanya segera datang dan membawa serta Markus, yang ia gambarkan sebagai orang yang “pelayanannya penting bagiku.” Ya, para penolong yang baik tahu bagaimana dan kapan harus bertindak berani dalam menolong orang lain, yang seringkali, akan terbukti bahwa mereka benar dalam jangka panjang.
Ada banyak hikmat yang bisa dipetik dari “Barnabas-Barnabas” yang Tuhan tempatkan dalam hidup kita, tetapi mereka mudah terabaikan karena mereka seringkali berbuat baik tanpa menarik perhatian kepada diri sendiri. Seperti Mister Rogers, kita harus selalu mencari para penolong ini, memperhatikan apa dan bagaimana yang mereka lakukan, dan memakai teladan mereka sebagai panutan bagi hidup kita sendiri.