Bagaimana Berdiam Diri Di Abad 21

(Fil Anderson dan Staf In Touch Ministries)

Panduan Sentuhan Hati untuk kesehatan rohani yang lebih baik

Secara bergurau ada yang mengatakan bahwa kursi goyang adalah inovasi orang Amerika: Kita perlu merasa seolah-olah kita sedang pergi ke suatu tempat, meskipun kita sedang bersantai. Kita adalah bangsa yang “hard-wired and dog-tired” (selalu aktif/menyala dan sangat lelah).

Kita selalu berusaha bergerak lebih cepat, menjejalkan satu hal lagi meskipun seraya berkata kita ingin melambat. Dan ya, melambat adalah fokus tulisan ini, tetapi sebelum kita berbicara tentang bagaimana melakukannya, mari kita mengecek realitas dulu.

Letakkan ponsel Anda, tutup laptop, setel pengingat waktu selama lima menit (atau 10 menit, jika Anda punya banyak waktu), dan kemudian … berdiam dirilah. Tanpa distraksi, tanpa mengerjakan ini itu atau menonton sesuatu. Tanpa musik atau latar suara televisi untuk mengisi keheningan. Hadir saja dengan diri Anda sepenuhnya.

Sekarang, setelah Anda melakukannya, jawablah satu atau lebih pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Buatlah catatan di jurnal Anda jika Anda mau.

  • Bagaimana yang Anda rasakan?
  • Apa yang Anda temukan tentang diri Anda?
  • Apakah Anda merasa damai, rileks, gelisah, bingung atau bahkan juga terganggu?

Mencari, menyelami dan mempertahankan keheningan itu bisa jadi sulit, tetapi kita dipanggil untuk melakukannya sebagai bagian dari kehidupan Kristen (Mamur 46:11). Dengan menyingkirkan segala distraksi, kita sedang memberi ruang untuk mengenal Tuhan yang tinggal di dalam kita. Itu sebabnya kami membuat panduan ini – untuk menolong Anda menjelajahi disiplin rohani yang sering didiskusikan  (tetapi jarang dipraktikkan) ini. Harapan kami bukan supaya Anda sempurna dalam berdiam diri, tetapi agar disiplin ini dapat membantu Anda berhenti sejenak yang cukup lama untuk berinteraksi dengan Tuhan – dan disegarkan oleh-Nya.

Terlalu sibuk untuk berhenti

Mungkin ilustrasi terbaik untuk menggambarkan kehidupan kita yang tergesa-gesa dan gelisah adalah tempat pencucian mobil. Anda tahu aturannya: Ketika Anda berhenti di tempat pencucian mobil, Anda diminta untuk membiarkan mesin tetap menyala, melepaskan kemudi dan tidak menginjak rem. Kemudian Anda menunggu alat itu “menyedot” Anda.

Seperti itulah tipikal hari yang terjadi pada banyak dari kita – menyedot kita. Bagi banyak orang, hidup itu non-stop. Kita begitu sibuk sampai kadang rasanya seperti kita sudah kehilangan akal sehat. Seringkali tanpa kita sadari, kesibukan dan interupsi yang meraung-raung menuntut dipenuhi – dan tiba-tiba saja kita menyadari bahwa tubuh kita yang lelah menyimpan jiwa yang kosong.

Realitasnya adalah, ancaman paling signifikan bagi orang beriman bukanlah pandangan-pandangan skeptis atau bujukan hal-hal berbahaya. Ancaman yang lebih besar adalah kesibukan dan kegopoh-gopohan kita sendiri – stimulasi berlebihan terus-menerus yang menelan kita seluruhnya dan perlahan-lahan menguras kebaikan yang Tuhan tempatkan dalam diri kita.

Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi ancaman ini?

Kita dapat berusaha untuk hening atau berdiam diri.

Apakah keheningan atau berdiam diri itu?

Berdiam diri adalah penarikan diri yang strategis dari aktivitas yang tidak perlu. Ini bukan penyelesaian masalah, perencanaan atau bahkan berdoa. Tetapi mengapa hal ini sangat penting bagi kita sebagai orang percaya? Karena berdiam diri meneduhkan pikiran, tubuh dan perasaan agar jiwa beristirahat. Itulah cara kita mengakui keterbatasan kita sebagai manusia dan menyadari bahwa kita bukan Tuhan.

Kita cenderung mengaitkan melakukan kehendak Tuhan dengan aktivitas, semakin kita aktif, semakin (kita pikir) Tuhan berkenan. Padahal Bapa surgawi berkenan pada kedua-duanya – aktivitas kita maupun keheningan kita—dan ketidakseimbangan ekstrem yang kita jalani sekarang ini melanggar irama dasar yang dirancangkan untuk kita nikmati. Beraktivitas maupun berdiam diri sama-sama ciptaan Tuhan, dan ada waktunya yang tepat untuk masing-masing.

Ada suatu legenda yang mengatakan bahwa ketika bersafari, anggota suku Afrika tertentu akan berhenti secara berkala ketika mereka sedang berjalan untuk membiarkan jiwa mereka mengejar mereka. Itulah yang dilakukan disiplin berdiam diri pada kita—menambah ketenangan pada tindakan rutin kita untuk menyeimbangkan roh kita.

Apapun yang dikatakan budaya Barat, berdiam diri bukanlah membuang-buang waktu. Ketika Anda berdiam diri, Anda bukan sedang tidak melakukan apa-apa; Anda justru sedang melakukan hal yang penting, yaitu waktu/kesempatan untuk beristirahat dan juga penyadaran.

Yesus sendiri melakukan tindakan berhenti sejenak ini secara rutin. Pasal pertama Injil Markus menceritakan tentang hari pertama Yesus saat bekerja sebagai Mesias. Satu hari maraton: bangun pagi-pagi, mengajar di sinagoge, menyembuhkan ibu mertua Petrus pada waktu istirahat makan siang, dan kemudian menyembuhkan orang-orang sakit sampai larut malam. Hari pertama yang non-stop sibuk dan melelahkan! Tetapi perhatikan pada Hari 2.

Markus 1:35 berkata, “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke  luar. Ia pergi ke tempat yang terpencil dan berdoa di sana.”

Kehidupan Yesus mencerminkan irama yang seimbang antara keterlibatan yang intensional dan penarikan diri yang strategis. Tetapi pada kita, yang terjadi biasanya sebaliknya. Ketika kita terlalu sibuk dan hidup menjadi ribut, berdiam diri adalah hal pertama yang kita tinggalkan ketimbang yang kita lakukan. Padahal realitasnya, berdiam diri itu menjadi fungsi penyeimbang dalam hidup kita, yang memampukan kita menghadapi berbagai tantangan dengan ketahanan dan ketangguhan yang lebih baik.

Bagaimana melakukan keheningan atau berdiam diri

Mari kita perhatikan sejenak beberapa langkah penting yang dapat memindahkan kita dari teori atau gagasan tentang berdiam diri kepada pengalaman nyata sehari-hari.

  1. Tetapkan waktu. Saya menjadwalkan waktu berdiam diri sebagai hal pertama di pagi hari karena saya dapat. Biarkan hidup Anda menetapkan waktu terbaik Anda sendiri, entah itu langsung setelah bangun tidur, ketika anak-anak tidur siang, pada waktu istirahat makan siang, sepulang kerja, menjelang makan malam, atau sebelum tidur. Apa pun yang paling sesuai dengan kepribadian dan tahap kehidupan Anda, Anda dapat memulainya dari sana.
  2. Temukan tempat. Penting sekali untuk menemukan tempat yang Anda tidak akan diinterupsi. Mungkin di dekat jendela, di taman, atau bahkan di kamar mandi. Carilah tempat apa saja yang paling tepat untuk Anda. Terkadang suara mesin juga dapat membantu mengurangi distraksi yang berisik.
  3. Tetapkan tujuan (dan batas waktu) yang masuk akal. Berapa lama realistisnya Anda dapat melakukannya? Anda bisa memulai dengan 5-10 menit dua atau tiga kali seminggu. (Dan jika ini sulit, dua menit juga baik untuk memulai. Ingat, latihan ini dimaksudkan untuk disiplin yang memberi manfaat, bukan sumber frustrasi). Dan ketika Anda merasa mampu, perpanjang waktunya atau tingkatkan frekuensinya dalam seminggu. Konsistensi merupakan hal terpenting.
    • Jika Anda memakai ponsel sebagai pengingat waktu, pastikan ponsel Anda tidak berada di depan Anda dan matikan notifikasinya.
  4. Sebagaimana diperlukan beberapa saat sebelum mobil berhenti, berikanlah waktu beberapa saat untuk diri Anda dapat berdiam diri. Bersabarlah terhadap diri sendiri jika Anda merasa letih dan teralihkan. Untuk membantu Anda menyingkirkan berbagai pikiran dan perasaan, lakukanlah bentuk aktivitas fisik atau mental yang lebih sederhana – berjalan beberapa kali putaran di sekitar ruangan, merentangkan tubuh, atau memerhatikan suatu gerakan alami seperti nyala lilin atau daun yang tertiup angin. Anda juga bisa mendengarkan musik yang meneduhkan, memandangi lukisan, atau menggenggam salib. Kemudian dengan lembut pejamkan mata Anda dan tariklah napas dalam-dalam secara perlahan-lahan.

Pilihlah ayat Alkitab untuk diucapkan berulang-ulang pada diri Anda. Sebagai contoh, cobalah memakai Mazmur 46:11, dan berhenti sejenak setelah setiap baris.

Diamlah, dan ketahuilah bahwa Akulah Tuhan

Diamlah, dan ketahuilah bahwa Akulah…

Diamlah, dan ketahuilah…

Diamlah…

Ayat-ayat lain yang juga bisa menolong adalah Yeremia 31:3, Yohanes 15:9-13, Zefanya 3:17, dan Yesaya 49:15. Dan ada ratusan ayat lagi yang terdapat dalam Alkitab. Jika Anda menemukannya, tulislah di jurnal Anda atau tandai di Alkitab Anda.

  1. Libatkan tubuh Anda. Ada alasannya mengapa kita melihat banyak orang bersujud di hadapan Yesus di Perjanjian Baru (Matius 20:20, Markus 10:17, Lukas 5:8) – postur fisik kita sangat terkait dengan postur spiritual Dengan bersujud, kita diingatkan bahwa Tuhan adalah Pencipta, Pemelihara dan Pemimpin kita, dan posisi-posisi tubuh lainnya bisa menolong kita berhubungan dengan-Nya dengan cara lain. Mengingat hal itu, pikirkanlah untuk membiarkan tubuh Anda menolong Anda melambat dengan melakukan “doa tubuh” sederhana seperti berikut ini:
  • Berdirilah dengan kaki terbuka selebar bahu, kemudian membungkuklah dan biarkan lengan Anda terayun perlahan. Katakanlah, “Tuhan, untuk sesaat, agar aku dapat diam tenang, aku ingin melepaskan semua beban yang kutanggung, Tolonglah aku, tolonglah aku menyingkirkan semua kecemasan, beban dan keinginanku saat ini.”
  • Selanjutnya, berdirilah tegak, angkat tangan di atas kepala, lihat ke atas dan berkatalah, “Tuhan, aku ingin dipeluk oleh-Mu dan dipenuhi oleh kasih-Mu yang tak bersyarat.”
  • Sekarang, lingkarkan tangan ke sekeliling tubuh sebagai tanda kesediaan Anda menerima dan menghargai kehadiran Tuhan yang penuh kasih di dalam Anda.
  • Terakhir, ulurkan lengan dan tangan Anda ke depan untuk menunjukkan keinginan Anda membagikan kasih Tuhan yang tak bersyarat kepada orang lain. Akhiri doa Anda dengan berkata, “Dalam nama Yesus, amin.”
  1. Teduhkan pikiran Anda. Bagi banyak orang, ini adalah tantangan terbesar. Wajar jika kita sedang belajar untuk berdiam, benak kita dipenuhi dengan pikiran macam-macam (atau berbagai ide). Bersikaplah lembut terhadap diri sendiri, biarkan saja hal itu dan teruslah berlatih untuk diam tenang. Beberapa orang mendapati bahwa mencatat pikiran-pikiran yang mengembara ini membantu mereka untuk melepaskannya dan melanjutkan latihan. Tidak ada cara yang benar atau salah dalam melakukan hal ini. Jika Anda sabar terhadap diri sendiri dan memperlakukan gangguan dengan ramah, semua itu cenderung cepat teratasi s Ingat, diperlukan waktu untuk menjadi “orang yang berhenti sejenak.”
  2. Hadirlah di sini dan saat ini. Ini bukan waktu untuk mengolah masa lalu, kekhawatiran atau impian masa depan, melainkan, untuk mengalami  kedekatan dengan Tuhan secara lebih penuh. Saat ini adalah yang terpenting.
  3. Berefleksi dan beristirahatlah. Saat Anda siap, hayatilah dengan lembut waktu Anda: Apakah Anda merasa bersemangat, terganggu, damai, kecewa atau yang lainnya? Tahan dirilah untuk tidak menilai observasi ini baik atau buruk—semua yang berkaitan dengan berdiam diri adalah hal baik. Setelah itu, lanjutkan hidup Anda dengan menyadari bahwa Anda sudah merawat jiwa Anda.

Akhirnya, jika Anda sudah membaca langkah-langkah ini dan merasa benar-benar tak dapat melakukannya sekarang, cobalah hal ini: Lain kali saat Anda makan sendirian, lakukanlah dengan cara itu—artinya, jangan menonton pertunjukan, menyetel siniar atau membaca artikel. Makanlah perlahan-lahan, hanya dengan piring dan pikiran Anda sebagai teman, dan biarkan hal itu menjadi pengantar Anda kepada keheningan.

Beberapa Kata Penyemangat

Jika Anda mencoba berdiam diri hari ini, entah selama dua menit atau sepuluh menit, Anda mungkin merasa tidak nyaman. Hal baru seringkali terasa tidak nyaman. Ingatlah bahwa penting bagi Anda untuk:

  1. Memulai di tempat Anda berada, bukan di tempat yang Anda pikir Salah satu hal yang saya sukai tentang Yesus adalah cara Dia menjumpai kita di tempat kita berada, tanpa mempermalukan, menghakimi atau memberi penilaian.
  2. Mengingatkan diri sendiri bahwa Anda tidak sukses atau gagal saat berdiam diri. Jika Anda seorang perfeksionis, lepaskanlah keinginan itu. Tolaklah dorongan untuk memberi nilai pada diri Anda, untuk berkata bahwa Anda baik atau tidak baik dalam hal ini, atau bahwa hal itu berjalan baik atau buruk. Jangan biarkan diri Anda mendengarkan percakapan-diri-sendiri itu.
  3. Terus melanjutkan. Sekalipun jika dilanjutkan terasa seperti membuang-buang waktu saja, jangan menyerah untuk berdiam diri. Jika Anda lalai melakukannya satu atau dua hari, jangan mencaci maki diri Anda. Mulailah melakukannya lagi. Anda akan bersukacita jika Anda melakukannya.

Jangan pernah lupa bahwa keheningan adalah suatu persembahan—bagi Tuhan maupun diri Anda sendiri. Menemukan dan memelihara ketenangan jiwa bukan saja membantu Anda untuk hidup lebih baik dan manusiawi, tetapi juga membawa Anda ke dalam persekutuan yang lebih dalam dan intim dengan Tuhan—Pribadi yang menciptakan Anda dengan penuh kasih dan merindukan persekutuan yang  tulus dengan anak-Nya. Dengan berdiam diri, Anda akan mengenal siapa Tuhan dan juga siapa Anda di dalam Dia.